Between Rage and Serenity

Auli Inara
Chapter #1

Chapter 1 🖤

Lynn menatap datar gundukan tanah di depannya. “Tinggi badan gue udah nambah 2 cm!”

Gadis semampai itu lalu berjongkok dan mulai mencabuti rumput liar di atas makam. “Gak nyangka kan lo, gue lebih tinggi dua senti dari Lynn yang bulan lalu nemuin lo di sini!

“Kasian, lo pasti gak bisa tumbuh tinggi lagi kan di dalam sana?

“Ahh... gue gak harusnya becanda begitu. Apa gue harus nangis? Tapi gue udah tiap hari nangis di pukul Oma karena pulang tangah malam.

“Lo bisa bayangin gimana Oma ngomel-ngomel tiap tengah malam, ‘ini anak kurang ajar! Bisa-bisanya anak gadis perawan pulang tengah malam!’

“Heran gue, tiap hari ngomelin hal yang sama, gak bosen apa. Gue yang dengarnya aja enek!”

Lynn mulai menaburkan bunga di atas makam.

“Gue baik-baik aja kok! Lo juga baik-baik aja kan?

“Lo gak lagi disiksa malaikat kubur kan di dalam sana? Gue doain lo tiap habis sholat, gue harap lo baik-baik aja...”

Raut wajah Lynn mulai berubah sendu.

“Gue takut banget lo gak baik-baik aja di sanaa huhu... gimana dong kalau lo gak baik-baik aja?!

“Dasar goblok! Lo kan bisa mati dengan cara baik-baik!

“Nyeselkan lo sekarang! Nyesel kan!

“Udah ah gue pulang! Gue sumpahin lo diampuni sama Tuhan!”

Dengan wajah yang basah oleh air mata, Lynn menengadahkan tangannya. Berdoa dengan sungguh-sungguh. Ia lalu memperbaiki tudung kepala yang dikenakannya dan pergi tanpa sepatah kata lagi.

Lynni Rubi itu lah nama yang tertera di name tag nya. Gadis itu masih memakai seragam sekolahnya sebelum setibanya ia di café ia berganti outfit dengan seragam coklat pegawai café. Ia menyanggul rambut ranjangnya dan mengikat tali celemek ke punggungnya. Dan ia dengan gesit bersua ketika bel di atas pintu sudah berdering.

“Selamat datang!” ucapnya dengan senyum lebar di wajahnya.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 sore, café mulai ramai di datangi pengunjung. Kakak-kakak mahasiswa yang hobi nongkrong, atau siswa-siswa yang melepas penat usai melewati 44 jam pelajaran di kelas minggu ini. Meski di luar waktu itu mereka juga harus bergelut dengan tugas yang menumpuk. Menjadi siswa SMA itu berat. Namun tidak ada alasan untuk mengeluh, toh sejak bertahun yang lalu anak-anak sudah wajib belajar 12 tahun.

Sama seperti remaja seusia Lynn yang senang bila akhir pekan tiba, Lynn juga tidak kalah senang dari mereka, meski waktu akhir pekannya sebagaian besar dihabiskan untuk mengurus keperluan sekolah. Tapi setidaknya di setiap akhir pekan, pendapatan café tiga kali lebih banyak dibanding hari biasanya. Kalau begitu ia akan mendapatkan bonus yang banyak juga.

“Lynni!”

“Iya Kak!” Lynn menyahut.

“Ini tolong antarkan pesanan meja nomor 24!”

“Nomor 24? Okee Kak!” Lynn lalu membawa nampan berisi lima gelas minuman es coklat, jus dan juga soda. Namun ada satu gelas mug yang berisikan kopi hitam panas.

Lihat selengkapnya