Zara menutup pintu kamarnya dengan pelan. Tunggu.
Zara memikirkan kejadian tadi siang, “Jadi, aku tidak turun dari mobil karena takut dengan kamera wartawan. Karena, kalau sampai aku terekspos sedang berada di HG, aku akan mati?”
Dia berjalan, kemudian duduk di pinggir kasur, “Tapi, itu akan terjadi kalau aku berjalan bersama dengan CEO HG. Bukan karyawan biasa seperti Nicholas.”
Gadis itu menggit bibir bagian bawahnya. Kemudian dia menepuk jidatnya berkali-kali.
Bodoh! Lalu kenapa dia mengenakan jas yang terlihat mahal? Dan lagi, bukankah itu mobil limosin? Zara tersedak angin. “Tidak mungkin.”
***
Nicholas Greene. Semalam aku tidak bisa tidur karenamu!
Rasa penasaran ini terus menghantuiku. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk bertemu langsung dengan Nicholas tanpa mengabarinya terlebih dahulu.
Sekarang Zara berada di ruang tunggu HG. Sebenarnya ruang tunggu itu terletak di lobi dan bukan sebuah ruangan. Hanya banyak sofa yang disusun dengan rapi.
Karena Zara sudah menunggu cukup lama, tentu saja seorang security ditugaskan untuk mengawasinya.
“Aku ingin bertemu dengan Pak CEO!” Teriakan yang nyaring itu membuat Zara menoleh.
Security yang pada awalnya mengawasi Zara kini pergi ke gadis rewel itu untuk membawanya keluar dari gedung. Tidak lama kemudian, gadis itu berhenti mengoceh. Dia berteriak histeris, “Pak CEO!”
Zara spontan berdiri dan berjalan mendekati kerumunan itu. Dia mencari-cari CEO yang dimaksud.
Itu dia! Zara semakin dekat.
Tapi.. bukannya itu Nicholas?
Lalu Zara terkejut karena Nicholas membalikkan badannya seketika. Gadis itu berada tepat dibelakangnya. Pria itu sendiri juga kelihatan terkejut. Bagaimana ini?
Zara menelan ludahnya dalam-dalam, “Ekhem..”
“Hai.. ini aku. Ngomong-ngomong aku berubah pikiran. Apa kamu bisa membiarkan aku bertemu dengan pak CEO? Aku benar-benar ingin mewawancarainya.” tanya Zara, dia sedikit tidak enak karena sikapnya kemarin.
“Aku..” Pria itu berpikir keras, “Oh iya, iya. Kamu bisa menemuinya.”
Aku tidak boleh ketahuan. Batin Nicholas.
“Benarkah? Sekarang juga?” Ucap Zara penuh harap.
Nicholas bingung harus menjawab apa, “Aku minta maaf sekali. Sayangnya jadwal Pak CEO hari ini sudah penuh. Bagaimana kalau minggu depan anda kembali lagi kesini?”
Sekretaris Nicholas membenarkan dasinya, lalu mengantongi id card tag miliknya. Kemudian dia berlagak seakan-akan dialah CEO HG. Melihat kepekaan Sekretaris tersebut, Nicholas merasa lega.
“Sekretaris Greene, ada yang ingin kubicarakan di kantor,” Ucap sekretaris itu tanpa menoleh ke arah Zara sekalipun.
Nicholas mengangguk, sedangkan Zara membungkukkan badannya. Kenapa makhluk itu hanya mengangguk?
“Baik, pak! Saya akan segera menyusul anda.”
Tap tap
“Anda mau kemana, nyonya Sekretaris?”
Zara mendongakkan kepalanya, matanya membelalak melihat orang yang semua orang ketahui. Presdir Hudson?? Tunggu, aku baru ingat kalau Presdir Hudson tidak mempunyai seorang putri!
Gadis itu menundukkan kepalanya kembali dengan cepat. Begitu pula dengan Sekretaris tersebut.
Nicholas terdiam beberapa detik, kemudian dia tertawa.
“Hahaha. Ayah tidak tahu ya? Hari ini kan hari terbalik!” Nicholas merangkul sekretarisnya yang sedang membungkuk. Tertawalah, Alice!
Seperti bertelepati, sekretaris itupun tertawa. Tentu saja dengan sopan. Sedangkan Zara tetap menunduk.
Sialan. Jadi kamu membohongiku, Nicholas?
Hudson menaikkan alis sebelah kanannya, tampangnya sama sekali tidak menyeramkan. “Benarkah?”
Nicholas dan sekretarisnya mengangguk dengan kompak.
Hudson melangkah ke arah Zara. Gadis itu menggigit bibirnya, keringat dingin mulai bercucuran di pelipisnya. Tidak mungkin Presdir Hudson mengenalku.
“Apa kamu melakukan kesalahan?” tanya Presdir tersebut yang benar-benar membuat Zara bingung. Tanpa berpikir lagi, gadis itu mengangguk dengan cepat.
Kemudian Hudson menoleh ke belakang, ke arah putra satu-satunya itu, “Nicholas, Ayah akan pergi lagi ke luar kota. Jaga perusahaan ini dengan baik. Juga, orang seperti itu seharusnya tidak disini.”
“Ah.. baik Ayah. Hati-hati di jalan!” Nicholas hanya bisa meng-iyakan agar situasi ini segera berlalu. Kemudian Hudson pergi meninggalkan mereka lalu memasuki mobil yang sudah menunggunya diluar.
Nicholas menelan ludahnya, dia menoleh ke arah Zara. “Haha, tolong maafkan Ayahku. Anggap saja hal ini tidak pernah terjadi,” Lalu pria itu mengacungkan kedua jempolnya ke arah Zara, “Menurutku, kamu sangat keren.”
Zara tidak memedulikan pujian Nicholas. “Kalau begitu aku akan pergi.”
“Baiklah, kalau itu maumu. Tapi, minggu depan kamu akan kemari lagi, kan?” Tanya Nicholas memastikan.
Zara tersenyum, “Aku rasa tidak.” Kemudian dia menundukkan kepalanya, lalu kembali tegak. Dia benar-benar ingin pergi dari sini.
Gadis itu buru-buru meninggalkan Nicholas, sedangkan pria yang dimaksud masih diam ditempat. Oh iya, namanya!
“Kamu!” teriak Nicholas. Padahal, Zara baru berjalan tiga Langkah. Tentu saja beberapa orang di lobi ikut menoleh karena merasa terpanggil.
Sekretaris menggerakkan tangannya kepada mereka yang merasa terpanggil, “Bukan, bukan kalian. Kembalilah bekerja.”
Dengan patuh, para karyawan kembali mengerjakan pekerjaannya seperti semula.
Nicholas memberanikan diri, “Itu.. siapa namamu?”
“Kita kan tidak akan bertemu lagi. Lupakanlah aku dan kembali ke pekerjaanmu.” Zara memalingkan wajahnya, dia benar-benar ingin segera keluar dari sini. Suasana hatinya benar-benar resah.
Nicholas membiarkan Zara pergi begitu saja. Meski sebenarnya Nicholas sangat penasaran dengan namanya.
***