Beyond Brief: Jadi Brief Nya Apa?

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #1

Chapter 1: Masalah Orang Susah!

Aku membuka mata dengan perasaan pusing luar biasa. Pandangan yang awalnya kunang-kunang berangsur jelas. Perut terasa perih, mungkin bakteri dari gorengan bakwan yang aku beli di pinggir jalan pagi tadi sedang saling serang.

Perlahan, aku bisa melihat wajah temanku. Pertama, Kirika yang sedang mangap lebar melahap lemper sambil nonton televisi. Ia bahkan nggak sadar kalau sedikit bungkusan daun pisang ikut masuk dan terkunyah dalam mulutnya. Di sampingnya ada tubuh gempal Miko yang sedang sibuk push rank game, menekan layar handphone dengan jempol gemuknya penuh nafsu.

“Ri, itu daunnya kemakan” kalimat pertama yang aku ucap dengan serak, tenggorokanku amat kering seperti menahan haus sebelum berbuka puasa.

Kirika dan Miko kompak menoleh.

“Izzy! Akhirnya, bangun juga lo” Kirika menjawab setengah memekik sambil melepeh sisa-sisa daun pisang, “gimana perut lo? masih sakit nggak?” ia membolak-balikkan telapak telapak tangannya di jidatku. Ya, memang nggak sinkron, yang ditanya sakit perut tapi yang diperiksa suhu tubuh.

Aku mengangkat tangan kiriku yang lemas dan telah tertusuk jarum infus, sedikit kaget dengan piyama satin krem beraroma parfum floral yang entah kapan sudah aku kenakan.

Perhatianku beralih ke tempat asing yang sekarang kami tempati. Ruangan cukup luas, bahkan dua kali lipat besarnya dibandingkan kamar kost tempat aku tinggal. Di dinding tertempel Smart TV Curve tipis seharga dua puluh jutaan keluaran brand Jepang yang iklannya diproduksi oleh kantorku, samar-samar aku mendengar presenter gosip tengah menayangkan berita perseteruan harta gono gini dari keluarga artis ternama. 

Tirai setinggi tiga meter tersibak bersanding dengan dinding berlapis wallpaper bernuansa gold, juga ada sofa panjang berpadu dengan coffee table yang dipercantik dengan vas bunga.

Aku memaksa badan untuk mengubah posisi berbaring menjadi duduk. Jleb, bokongku mendarat lembut menyentuh kasur. Wah, empuk sekali, pantas saja aku tidur nyenyak dan rileks, senikmat habis refleksi.

“Ri.. Mik.. ini di mana sekarang?” tanyaku linglung sambil mengabaikan rasa sakit.

“Rumah Sakit Izzy, tadi masuk IGD, tipes lo kambuh” Kirika menyambut pertanyaanku dengan antusias.

Aku menghela nafas. “Iya, tipes, gue nggak amnesia. Maksud gue, ini kok udah pindah dari IGD? “Gue disuruh dokter opname ya? Kenapa nggak dibawa pulang aja? Wait..” Aku bergidik menyadari bahwa kemewahan ini merupakan suatu hal yang tak pantas aku dapatkan. “Ini ruang VIP nggak sih? Mampus gue! gimana nanti bayarnya". “Ri, Mik, sebentar lagi gue harus daftar sidang, dan kalo gue lulus, bayaran wisuda sudah menunggu, tunggakan gue makin menggunung” aku menghela nafas berat.

Lihat selengkapnya