Beyond Brief: Jadi Brief Nya Apa?

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #3

Chapter 3: Maju Susah, Mundur Mustahil

“Pemikiran lo emang nyentrik, zy. Bayangin aja jadi penguji lo, bahas ketek sepanjang sidang” Bintang tertawa.

“Yee, seharusnya lo sebagai akademisi, lebih terbuka sama ide nggak biasa” balasku.

“Iya, bener juga. Kenapa lo nggak cari topik yang lebih mudah? Misalnya, project Freemium aja. Enak kan, narasumbernya orang dalem. Biasanya lo anti ngeribetin diri sendiri"

“Pertanyaannya bagus. Ini bisa jadi simulasi sidang, kalo penguji tanya apa yang bikin kamu tergerak meneliti topik ini? Apa relevansi dan kontribusinya terhadap dunia penelitian?” aku berdehem, berakting seperti role-playing.

“Baik, izinkan saya menjawab. Harum Cendana produk dengan pembelian paling rendah dibawah brand Esensia, setelah 30 tahun eksis. Ini karena beragamnya produk pesaing yang lebih modern dan kurangnya promosi. Hadirnya iklan Ketek Man membuat masyarakat merespons positif. Hasil penjualan meroket setelah peluncuran campaign” aku menjelaskan.

Ia bertepuk tangan. “Kalau cuma sidang tesis, gue yakin lo bisa melewatinya. Entah sudah berapa klien yang berhasil kena tipu-tipu lo. Sekarang tugas lo tinggal selesaikan bab akhir sampai beres” tukasnya sambil menyendok tumis kangkung.

“Makanya, salah satu alasan gue ketemu lo hari ini adalah untuk menyelesaikan penelitian gue, sekaligus makan-makan juga sih,” aku tersenyum lebar sambil mengunyah cumi goreng yang garing sekali.

Bintang adalah teman sekelas waktu kuliah. Meskipun kami tidak terlalu dekat, kami sering berhubungan di media sosial dan kadang hangout bareng saat merasa burnout dengan aktivitas masing-masing. Ia anak ambisius yang selalu duduk paling depan, sementara aku lebih suka datang terlambat dan duduk di pojokan untuk membuka lapak gosip. Ia selalu panen pujian, sementara aku panen omelan Dosen. Benar kata peribahasa, kita menuai apa yang ditanam. Bintang mengabdikan diri sebagai Dosen di sebuah kampus swasta favorit, aku pernah main ke kampus tempatnya mengajar, tempatnya nyaman ditambah dengan lingkungan yang kondusif.

Bintang cinta belajar hingga membawanya dapat beasiswa S3 fully funded dari sebuah Kedutaan Negara Eropa dan baru beberapa minggu lalu ia kembali ke tanah air. Kepulangannya membawa berita membahagiakan, mendapat gelar Doktor di usia 28, bahkan belum genap kepala tiga dan mendapat promosi menduduki jabatan sebagai Ketua Program Studi. 

Mata Bintang melebar setelah mencoba gurame asam manis yang disajikan dengan irisan nanas sebagai toppingnya, memberi isyarat agar aku juga mencicipinya.

Reaksiku tak jauh berbeda, emang enak poll! Ini beneran enak atau aku yang laper ya? sebelumnya aku habis terjebak kemacetan yang menggila sepulang kantor, awalnya aku hendak memesan ojek online, namun tergoda dengan tawaran tebengan dari Kirika yang dijemput pacarnya untuk pergi merayakan anniversary dinner. Tentunya nggak aku tolak, secara kondisi lagi cekak.

Pertemuan hari ini seperti puncak simbiosis mutualisme untukku. Bintang butuh teman untuk mengobati kerinduannya terhadap kuliner Indonesia, ia bahkan sampai bersumpah untuk “detox” roti selama beberapa bulan kedepan. Sementara aku? Yah, selain dapet makanan gratis, bisa wawancara Bintang buat penelitianku. 

Lihat selengkapnya