Beyond Brief: Jadi Brief Nya Apa?

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #11

Chapter 11: Ingat Makan, Lupa Kerja

Ting! Ponselku mengeluarkan suara notifikasi. Di tengah kesibukan hari ini, pesan tersebut seakan jadi secercah cahaya. Gaji bulan ini masuk! Senyum lebar merekah di wajahku. Dengan tangan tremor karena belum makan, aku membuka aplikasi bank untuk mengecek saldo yang aku hapal digit per digitnya.

Sambil terus mendengarkan pembahasan meeting, aku segera membayar cicilan-cicilan yang sudah menunggu. Yes, seenggaknya satu bulan tunggakan berkurang dari belasan bulan lainnya yang masih menunggu.

Hari ini, Gian memberikan tugas kepadaku untuk menemani Pam dan Nina dalam beberapa meeting di luar kantor. Sementara dirinya? Dia punya agenda maha penting lain, menghadiri fashion show Archipelago Elegance, duduk di row terdepan, dan berebut membeli blazer yang harganya menyerempet gaji bulananku. Blazer berwarna nyentrik yang kalau aku pakai, bakal kelihatan kayak barang thrifting di Pasar Senen, sementara di badan orang berduit kayak Gian, tetap terlihat keren. Sungguh, hanya Gian yang bisa bolos kerja dengan alasan semacam itu.

Karena itu, aku kini terdampar dengan Pam dan Nina yang sedang serius membahas perpanjangan kontrak Lima Soda dan strategi di masa mendatang. Kami memulai kegiatan dengan pergi ke kantor Lima Soda, membahas evaluasi hasil kampanye dan iklan yang sudah berjalan, sekaligus tanda tangan perpanjangan kontrak untuk agenda promosi lainnya. Setelah itu, Pam dan Nina bertemu dengan salah satu senior mereka, legenda di bidang periklanan, di lobi sebuah hotel. Mereka banyak berdiskusi tentang merintis bisnis kreatif.

Setelah pertemuan itu, aku kira kami akan berakhir di restoran atau apalah untuk mengisi perut yang kosong. Aku bingung sama konsep hidup orang yang bisa lupa makan karena kerja. Kalau aku sih lebih mungkin lupa kerja tapi ingat makan. Bahkan dalam kondisi sakit fisik dan sakit hati, nafsu makanku tetap baik, syukurlah.

Nyatanya, mereka masih betah ngobrol hanya ditemani secangkir kopi. Sementara itu, kepalaku mulai kunang-kunang karena belum mengisi perut dengan makanan berat. Aku, yang belum sempat sarapan, pergi ke kantor dengan perut kosong. Niatnya sih mau cari brunch yang nendang, kayak batagor atau cilok di jalanan dekat kantor. Tapi, Gian udah nyusahin aku dengan memintaku memesan karangan bunga buat desainer yang jadi tuan acara hari ini, yang nggak lain adalah sohibnya sendiri. Ya, beginilah nasib hamba sahaya.

Sebenarnya, peranku di dalam pertemuan ini tidak sepenuhnya jelas. Selain membantu Pam dan Nina membawa beberapa barang atau mencatat detail penting, aku juga sering mendistraksi mereka dengan jokes garing. Jangan bilang aku nggak usaha mengingatkan mereka kalau sekarang sudah sangat lewat jam makan siang.

Misalnya, saat Nina butuh data tambahan, aku cepat-cepat mencarinya dan memberikannya tepat waktu.

Di tengah obrolan serius mereka, aku mencoba menyelipkan sedikit kode yang di balut humor. "Eh, by the way, bener nggak sih orang bisa lebih kreatif karena multitasking? Misalnya, kerja sambil denger lagu, atau mungkin kerja sambil makan gitu?".

Lihat selengkapnya