Beyond Brief: Jadi Brief Nya Apa?

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #13

Chapter 13: Martabak, Guys!

Setelah penolakan awal dari manajemen Karina Intan, Freemium akhirnya berhasil meyakinkan mereka untuk bekerjasama dengan menawarkan creative freedom. Mereka tahu Karina selalu ingin lebih dari sekadar menjadi wajah sebuah campaign, ia ingin terlibat dalam proses kreatif. Dengan janji bahwa Karina bisa mengarahkan elemen musik dalam project ini, Freemium berhasil membuka pintu kolaborasi. Karina sangat antusias dengan project musik pertamanya ini, terutama karena ia berkesempatan bekerja sama dengan komposer favoritnya, Suwarji Kusumah. Kayak karakter Disney Princess yang selalu beruntung, Karina tampaknya selalu mendapat kesempatan terbaik dalam hidupnya.

Pre-production meeting sudah berlangsung beberapa kali sebelum kami menjadwalkan shooting. Setiap pertemuan, kami membahas detail-detail penting dengan intens. Meski aku tidak terlibat langsung dalam proses kreatif, Gian menugaskanku untuk memantau perkembangan project dan memastikan mood setiap orang tetap baik.

Setiap kali melihat Karina Intan memasuki ruang meeting, jantungku berdegup kencang. Tubuhnya tinggi menjulang, hidungnya mancung, rambutnya hitam terawat. Karina selalu datang dengan Manager dan Personal Assistant-nya. Jujur, aku agak kerepotan pada awal pertemuan karena tim Karina memiliki banyak permintaan untuk memastikan kenyamanan modelnya. 

Di hari pertama, aku bolak-balik meminta OB memesankan jus buah segar tanpa gula, susu, atau pemanis buatan. Air mineral harus dari brand tertentu, dan makan siang favorit Karina adalah gado-gado dengan bumbu kacang dipisah, tanpa kerupuk, dan tanpa komponen yang mengandung minyak. Tapi lama-kelamaan, aku sudah lebih luwes. Semua itu aku lakukan dengan sepenuh hati, meski ada sedikit rasa aneh mengganjal, serta takut dimarahi Gian jika tidak diikuti.

Karina benar-benar membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar wajah cantik. Ia tak segan bertanya dan memberi masukan yang membantu tim kreatif. "Aku mau lagu ini punya nuansa yang kuat, dan pastinya, musiknya harus selaras dengan visual yang mendukung value brand Banyu" ungkap Karina dalam salah satu meeting. Pam selalu mampu mengambil posisi tengah, mewadahi keinginan brand Banyu juga mampu memasukkan unsur kreatif Karina.

Pada salah satu pertemuan, Karina tiba-tiba memanggilku. "Mbak, eh, siapa namanya?" tanyanya sambil menatapku dengan sedikit bingung.

"Izzy, Kak" jawabku sambil tersenyum meski ada rasa kecil yang tiba-tiba menghantam.

"Oh iya, Izzy. Tolong pastikan kostum untuk shooting nanti sesuai ukuran aku, ya. Aku butuh beberapa cadangan dalam ukuran berbeda, terutama untuk adegan yang lebih aktif. Aku nggak mau ada masalah dengan kostum saat di lokasi”. “Dan satu lagi, tim stylist dari Banyu memang nyiapin wardrobe, tapi aku lebih nyaman kalau timku yang membantu mengganti pakaian. Please, komunikasikan ini ke brand. Pastikan ada waktu meeting para stylist untuk sinkronisasi" pintanya penuh ekspektasi.

Aku mengangguk, "Tentu, Karina. Aku pastiin semuanya siap"

Lihat selengkapnya