Beyond Brief: Jadi Brief Nya Apa?

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #14

Chapter 14: Keselamatan Lebih Penting

“Camera, roll, action!” suara Sutradara menggema di lokasi shooting hari kedua. Cuaca cerah di daerah Rasuna, berbeda dengan hari pertama yang cukup menantang. Saat itu, hujan deras mengguyur ketika kami bersiap untuk memulai adegan outdoor. Karina, yang sudah siap dengan dress midi berwarna navy dengan potongan A-line yang dihiasi dengan sabuk batik tipis di pinggang sempat jengkel karena hujan mengacaukan jadwal. 

Saat hujan mengguyur, crew panik, berlomba menutupi kamera dan lighting dengan terpal. Di tengah kekacauan, ada yang berteriak, “Woy siapa yang bawa celana dalem buat dilempar ke atep? katanya bisa berhentiin ujan” membuat semua tertawa di tengah kepanikan.

Pam dengan cepat mengambil kendali. “Kita shift ke adegan indoor sekarang. Siapin set di dalam studio!” serunya. Semua bergerak cepat, menyesuaikan perubahan rencana. Meskipun sempat kacau, Pam berhasil memastikan kami tetap produktif.

Hari ini, adegan Karina Intan di pagi hari jadi fokus utama. Dia mengenakan setelan Banyu edisi office look, blazer dan celana krem dengan detail floral melati. Simpel tapi cocok untuk bekerja. Dengan tas jinjing, heels, dan kacamata, Karina siap menyebrangi jalan dengan latar gedung-gedung perkantoran dan riverside di tengah kota. 

Cahaya matahari lembut menambah keindahan visual. Suara genset, crew yang lalu-lalang, dan panggilan dari walkie-talkie menghiasi jalannya pengambilan gambar. Tim produksi sudah tiba sejak subuh, menyiapkan peralatan. Meski area shooting sudah diatur supaya clear, daya tarik Karina tetap memikat. Beberapa orang berhenti sejenak, terkagum-kagum melihatnya.

Tiba-tiba saat medium shot tengah dilakukan, sebuah Mercedes-Benz hitam berhenti di dekat lokasi. Pintu mobil terbuka, dan seorang wanita keluar dengan gagah dan memancarkan aura diva. Ternyata itu adalah Madam Marina Hartono. Dia mengenakan jumpsuit bermotif leopard yang dipadukan dengan kacamata baca besar. Rambut hitamnya dipotong cepak. Seluruh tim terdiam sejenak, terkejut oleh kehadirannya. Karina yang tengah berakting, sejenak kehilangan fokus namun segera kembali beraksi.

"Marina datang untuk melihat langsung proses produksi kita," bisik Kai yang mendampinginya, sambil menyalamiku. Aku, yang menjadi one man standing dalam mengurusi kebutuhan client dan partner karena Gian tengah menjalani terapi rutinnya, menelan ludah setelah mendapatkan surprise visit dari Marina. Kehadiran ikon mode satu ini memberikan kesan tegas dan berwibawa, sekarang aku paham kenapa ia dijuluki youngster in heart, gangster in attitude.

Selama break shooting, Pam berkoordinasi sana-sini untuk memastikan kualitas visual terjaga. “Untuk adegan ini, gue mau lebih banyak close-up supaya emosi Karina lebih kerasa. Bisa kita coba angle dari kanan?” Pam berbicara dengan tim produksi. 

“Karina, yang tadi sudah bagus. Untuk adegan berikutnya, coba keliatan lebih bahagia. Kita mau penonton merasakan excitement itu”. Karina mengangguk. "Oke, gue akan coba lebih ekspresif" ucapnya. Dia kemudian melangkah ke sisi set, mencoba senyum yang lebih lebar sambil mengayunkan tas dengan gaya yang lebih ceria. Karina berlatih beberapa kali, memastikan gerakannya kelihatan natural.

Sementara itu, di saat bersamaan, Madam Marina mendekati layar monitor untuk melihat hasil foto lebih dekat. Aku yang sedang sibuk membantu mengatur properti di sekitar set, tiba-tiba dari sudut mata melihat kacamata mahal Marina tergelincir dari hidungnya. Kacamata itu melayang beberapa detik di udara sebelum jatuh menuju tanah yang penuh kabel dan properti kecil.

Lihat selengkapnya