Beyond Brief: Jadi Brief Nya Apa?

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #15

Chapter 15: BANGOR!

Freemium sudah menyelesaikan proses shooting untuk iklan "Banyu from Dusk till Dawn". Setelah itu, hasil rekaman ditransfer ke server dan editor. Tim produksi dan editor meninjau dailies untuk memastikan semua footage ada dan nggak ada masalah teknis.

Iklan Banyu mulai diolah editor. Pam memberikan arahan dan feedback untuk memperbaiki transisi, pacing, dan continuity. Hasil aransemen musik dari Karina dan Suwarji dipastikan sesuai dengan mood dan tone iklan. Pam beberapa kali mendengarkan musik yang mengiringi iklan untuk memastikan kesesuaiannya.

Setelah beberapa hari yang penuh dengan kerja keras, tiba juga hari Jumat yang cukup santai bagi para buruh ahensi. Iklan sudah selesai di review internal dan tengah dalam proses peninjauan oleh client. Brand Banyu akan memberikan feedback di hari Senin. 

Kerja di creative agency memang fleksibel alias gak jelas waktunya. Karyawan bisa datang super siang dan pulang super malam, atau bahkan nggak pulang dua hari berturut-turut. 

Namun, ketika jadwal longgar, karyawan bebas memilih pulang atau lebih realistis, nyangkut di bar terdekat merayakan kemerdekaan sementara. Kirika dan Miko pulang lebih dulu untuk menggantikan jam tidur yang defisit. Aku memilih menikmati pop-up market, undangan dari salah satu startup di bidang penyediaan buah dan sayur organik, “TanIndonesia” yang pernah menjadi client Freemium.

Aku berjalan-jalan menikmati suasana. Di tengah-tengah mengelilingi booth, notifikasi gaji masuk ke rekening, memberikan booster semangat setelah bekerja keras mengurusi iklan Banyu selama sebulan belakangan ini. Ritualku tentunya langsung membuka aplikasi mobile banking dan mulai membayar cicilan yang sudah menunggu. Rutinitas yang sudah menjadi bagian dari hidup.

Aku yang awalnya cuma mau datang sebentar, berakhir terbawa suasana. Mengobrol dengan perwakilan brand, menikmati demo masak, free testing hasil panen, dan workshop dengan ahli gizi terkenal. Aku juga mengambil beberapa video yang akan diupload ke Instagram Story Freemium sebagai konten client engagement. Nggak terasa waktu sudah menunjukkan jam 21.00.

Aku bergegas kembali ke kantor, karena laptop masih tertinggal di meja. Saat memasuki gedung, suasana terasa berbeda. Biasanya, ada aja orang yang masih sibuk menyelesaikan pekerjaan atau sekadar santai main game. Namun, malam ini terasa sunyi. Cuma ada suara langkahku, dan pak security yang berjaga di pos, mengangguk singkat saat aku lewat.

Aku berjalan melewati kubikel-kubikel dan ruang editing yang gelap. Sambil terfokus pada ponsel, menonton konten video di sosial media Karina Intan, hasil kiriman link ditambah komentar julid dari Kirika. Di video itu, Karina membuat konten kangen-kangenan dengan Danrief yang baru pulang dari Swiss setelah beberapa hari shooting iklan produk coklat.

Danrief memamerkan kemesraannya dengan Karina. Ah, betapa berbeda dia sekarang. Saat denganku dulu, ia jarang sekali memposting tentang kami. Makanya, history-nya bersih, nggak banyak orang tahu kalau ia pernah bersama orang payah seperti aku.

Ada api kecil yang menyala setiap kali melihat mereka. Susah banget mau move on. Aku ingin fokus pada hidupku sendiri, tapi setiap kali aku melihat postingan mereka, tetep aja rasanya panas.

Tanpa aku sadari, Pam ternyata masih berada di ruangannya. Baru saja selesai menyelesaikan pekerjaannya dan hendak pulang, sampai ia melihat ada seseorang datang dan memutuskan untuk memeriksa keadaan di luar. Ia berjalan dan menghidupkan saklar lampu.

Aku yang masih fokus sama ponsel, tiba-tiba dikejutkan oleh cahaya lampu yang menyala. Aku tersentak, handphone hampir terlepas dari tangan "Aduh!" teriakku kaget.

Duh, kenapa harus ketemu dia sekarang sih, aku belum siap mental. Sebenarnya, aku telah menghindari Pam sejak insiden di set. Perasaan malu, bersalah, dan khawatir tentang bagaimana insiden tersebut mempengaruhi pandangannya kepadaku membuat nggak nyaman untuk langsung berinteraksi. Meskipun sebisa mungkin kelihatan biasa aja, hati emang nggak bisa bohong. Selama pasca produksi, sebisa mungkin memaksimalkan koordinasi via chat dan meminimalisir interaksi

Pam melirik jam tangannya, hampir jam 10 malam. Wajahnya terlihat lelah. Dari dekat, aku baru menyadari kalau Pam punya tahi lalat kecil di bawah matanya, yang membuatnya terlihat lucu.

"Lo ngapain, zy? Kirain udah pulang" tanya Pam.

"Oh, tadi sore gue keluar buat datang ke acara TanIndonesia. Mereka bikin event pop up market gitu" aku berusaha tenang.

Pam mengangguk. "Kok balik lagi ke kantor?"

Aku nyengir sambil menunjuk laptopnya. "Ini... laptop gue ketinggalan".

Pam bertanya lagi, "Weekend tetep mau kerja?"

Aku menggeleng, ketinggian nih ekspektasinya. “Nggak, gue nggak bisa ninggalin laptop ini karena besok ada rilis episode baru Drama China kesukaan gue. Tentang pernikahan kontrak dengan bos mafia, gitu!" Aku menyeringai, mencoba menahan kegembiraan membayangkan romcom yang aku tunggu-tunggu. "Gue nggak punya TV di kosan, dan liat nih layar hp gue" kataku sambil mengangkat ponselku yang retak, “mafia muda yang ganteng jadi keliatan punya dua kepala kalo gue nonton disini”.

Pam tertawa ringan.

"Kok lo nggak balik sih, Pam? Kan editan udah beres" aku balik bertanya.

Pam menjelaskan, "Gue abis bikin roadmap awal buat campaign JalanJalan," ucapnya. Aku menutup mulut tanda tak percaya. Project iklan travel platform ini memang sudah menunggu untuk kami garap, tapi jadwalnya masih tiga bulan lagi, sementara kami masih sibuk dengan pekerjaan lain yang belum resmi 24 jam rampung. Titisan Sonic kali ya orang ini.

“Ya ampun, istirahat dulu kali, Pam. Invoice project ini aja belum lunas” kataku sambil menggeleng.

“Gue mau start persiapan dari sekarang. Biar kita punya waktu buat fine-tune strategi, cek apa yang dibutuhin, dan tackle kemungkinan masalah sebelum hari H. Biar pas launching, semuanya bisa smooth”.

Jujur, aku masih belum terbiasa menemukan orang yang sebegini giatnya bekerja di Freemium

"Lo udah makan malem?" tanyaku, mencoba mengalihkan topik dengan santai.

Pam terlihat sedikit terkejut, mungkin nggak nyangka ditanya soal makan malam olehku. “Eh, maksud gue, lo sama Mba Nina kan suka lupa makan kalau udah fokus kerja,” aku menjelaskan dengan senyum.

Ia mengangguk paham. “Belum sih, baru sempet ngopi aja tadi.”

Aku berkacak pinggang, pura-pura serius. "Wah, bener-bener deh lo, Pam. Gue yang habis makan di acara tadi aja udah laper lagi.”

Lihat selengkapnya