Beyond Brief

Kurniati Putri Haeirina
Chapter #5

Chapter 5: Belum Berdoa, Sudah Dikabulkan

“Yes!” Aku bersorak kecil, langsung ngelepas headset yang dari tadi nyumpel di telinga. Tesisku resmi nambah lima halaman. Pencapaian besar dalam daftar milestones seorang Altara Izzy.

Aku masih duduk di posisi yang sama sejak habis magrib tadi: kaki selonjoran, laptop nyala, muka setengah berminyak belum dicuci, dan rambut awut-awutan. Gini amat ya hidup mahasiswa yang mau lulus.

Dulu aku selalu mikir kalau orang stres itu formatnya jalan setengah telanjang sambil teriak-teriakan di jalan. Ternyata enggak. Duduk di kamar kos, ngetik, terus mendadak overthinking juga termasuk stress.

Hahhhh. Lagian kenapa sih aku nyusahin diri sendiri. 

Dulu, waktu tesis ini masih project bersama, alias aku yang ngetik sementara Danrief yang mikir, semuanya terasa lebih gampang.

Yah, namanya juga masih jetlag pasca dicampakkan. Semenjak gak ada Danrief, hidup rasanya serba bingung, kayak gak ada arahan.  

Aku juga kurang gercep sih, waktu putus harusnya sekalian juga aku ganti topik tesis yang lebih mudah, ke project garapan Freemium misalnya.

 Hmm, yang mana tapi ya?  

Iklan brand minyak angin rasa matcha?  

Iya, minyak angin rasa matcha. Inovasi yang entah siapa yang minta. Bahkan dari awal project disetujui, Kirika udah nyerah duluan. Bingung mau jual produk ini dari sudut mana.  

 Atau iklan caleg independen pas pemilu lalu.  

Calonnya bapak-bapak gabut kebanyakan duit. Miko yang design balihonya buru-buru karena kebanyakan revisi. Tapi giliran udah kecetak seribu biji, tagline-nya malah typo

“Merakyat. Peduli. Berkaya”. Hahahahaha.

Miko insecure setengah mampus dan nyaris ngetik surat resign. Untung client-nya santuy, katanya yang penting viral. Syukurlah, invoice tetep cair.

 

Ya, memang nggak ada project yang keren-keren amat kayak Ketek Men seri pertama, atau seri kedua mahakarya si Danrief. Tapi kan, at least tinggal geser kursi, wawancara Miko sama Kirika, kelar.

Lihat selengkapnya