Nina akhirnya ngangkat kepala dari layar, Apple Pencil nya berhenti gerak. Tatapannya langsung menusuk ke arah Pam, jelas skeptis banget.
Pam cuma ngangguk santai. "Museum Interaktiva".
Nina langsung nyender ke kursi. "Pam, sensory play, storytelling, experience, iya, gue paham. Tapi realistis aja, ini nggak ketinggian buat Lima Soda?".
Pam tetap kalem. "Justru realistis. Lima Soda ini dipegang generasi ketiga, anak muda. Mereka mau excitement, gak bisa kita kasih yang standar-standar".
Nina diam sesaat, keliatan masih mencerna penjelasan Pam. "Terus eksekusinya gimana? Gue nggak mau client bingung sama ide yang kelewat abstrak".
Museum Interaktiva ini paling pas buat konsep kita. Kita bikin instalasi nano bubble, audiens dateng, rasain langsung sensasi buka botol Lima Soda".
Aku buru-buru catet di hape biar nggak lupa:
Museum Interaktiva = sensory play, bubble experience, pengalaman langsung kayak buka botol Lima Soda
“Gue nggak bilang konsep lo nggak bagus. Tapi ini bisa kita deliver nggak ke client? Tim account kita ngerti gak cara jual valuenya?". Tatapannya pindah ke Gian.
Aku juga ikutan nengok ke Gian. Astaga, bos yang satu ini bukannya bantuin diskusi, malah selonjoran asik di sofa, satu tangan scroll hape, satu tangan lagi nyemilin keripik dari toples kristal Nina. Remahannya udah bertebaran kayak serbuk bom.
Ia tiba-tiba mendongak, masih cengengesan, “Gimana menurut lo, Zy?” lalu ngomong begitu tanpa dosa. Mati gue. Kok tiba-tiba dilempar ke aku sih?.
“Eh, bisa Mbak!” ujarku buru-buru sok yakin. Semua mata tertuju padaku. "Karena… konsepnya baru banget, sensory banget gitu. Pokoknya, kita tinggal bilang aja ke client ini tuh kayak… apa ya, kayak Bubble Party for Your Sense! Jadi playful, unik, sensory-sensory, ya pokoknya… gitu lah”.
Aku langsung pengen buru-buru rewind kalimat barusan. Bubble Party for Your Sense? apaan sih Izzy?.
Gian langsung ketawa kecil, puas banget liat aku salah tingkah. Brengsek!
Nina masih natap aku, terus matanya pindah ke Gian kayak mau bilang, "Lo bisa serius nggak sih?".
Pam diem bentar, lalu ngangguk kecil. "Bubble Party for Your Sense... gue suka".
Aku langsung bengong. Dengan muka bingung aku ngelirik Gian yang sekarang ngakak diem-diem sampe mukanya merah.
"Tapi realistis budget-nya gimana?" Nina minta diyakinkan lagi.
Nah, justru di sini Gian yang dari tadi nggak jelas tiba-tiba duduk tegak, senyum lebar nungguin momen ini. "Chill..” ujarnya ditengah kunyahan keripik.