Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #1

Pemimpin

"Aku sendiri lagi ya, eh hari ini senin, bakal ada yang datang,"ucap seorang anak laki-laki yang baru bangun dari tidurnya, waktu menunjukkan pukul 00.00 saat dia beranjak pergi dari dipannya dan menginjakkan kakinya ketanah bersalju, tubuhnya melelehkan salju yang mengenainya membuatnya bersih setiap saat dan memperlihatkan kulit putih kemerahannya yang menutupi ototnya yang liat, segera dia berpakaian dengan rapi untuk nantinya turun, "setahun lalu tanah ini sangat rimbun, hmm wajar saja sih, kalau aku meninggikan tanah ini pasti akan dingin seperti gunung pada umumnya,"pikirnya sembari mengambil air untuk berwudhu lalu kemudian pemuda itu berlatih dengan sangat keras hari itu lalu sekitar jam empat dia turun dari gunung menuju musholla terdekat dan melihat orang-orang sudah bersiap, "turun juga kau dari gunung Ihsan,"ucap seseorang pemuda atletis dengan kulit hitam seperti langit malam, "hei cak Alim, gimana kabarmu,"ucap pemuda gunung tadi yang bernama Ihsan, "aku baik-baik saja, gimana kabarmu, eh rumahmu itu sudah kau bangun tembok kan!?, "ucap Alim, "eeeehh tidak ada tembok pun gaada juga yang mau datang berkunjung, kurasa gak perlu deh cak,"ucap Ihsan, "ide siapa coba membuat gunung sebesar itu, ya jelas gaada yang mau datang, manusia yang masih normal mana tahan suhu sedingin itu, tidak semua orang melatih ketujuh cakranya Ihsan,"ucap Alim, "itu kecelakaan cak, kontrol energiku masih belum bagus waktu itu sehingga malah jadi gunung seperti ini, tapi semuanya aman kok, kuncoro kayaknya senang-senang aja,"ucap Ihsan, "itu lembu mistis Ihsan, hmm yasudahlah ayo siap-siap, kau imam disini kan, aku ikut,"ucap Alim, "iya cak, eh ayo dah, hmm nanti kita ke Yusuf yuk,"ucap Ihsan, "boleh,"ucap Alim, beberapa saat kemudian mereka menaiki pushpaka vimana mereka dan melesat cepat menuju kota teman mereka itu.

Kota Ngalam 24 Desember 2012 pukul 06.30. "Ei Yusuf, kau yakin formatku ini benar,"ucap seorang gadis memanggil seorang pemuda yang sedang sibuk membongkar motornya, "iya Sekar, kau terlalu takut mencoba, kalau itu Ihsan dia palingan sudah meledakkan beberapa meja eksperimen karena mencoba, ya itulah namanya eksperimen, harus berani,"ucap pemuda bernama Yusuf yang membongkar motornya tadi sekarang berjalan menuju gadis tadi, badan kekarnya dia dapatkan dari pekerjaan sehari-hari untuk menjadi mekanik, beberapa noda hitam mengenai rambutnya yang putih seperti salju, "hhh aku kan bukan Ihsan, nanti kalau bajuku terbakar karena ledakan gimana!?, yang benar aja Suf kita belum menikah ya, sopan sedikit kau, lagian kalau Ihsan dia kan juga yang punya pabrik ini jadi sesuka hatinya lah kalau mau eksperimen disini, uangnya sendiri kok,"ucap gadis bernama Sekar itu yang membuka topeng bengkel yang melindungi wajahnya yang keemasan dengan rona merah menghiasi pipinya, badan langsingnya segera minggir saat Yusuf menghampiri mejanya, "iyadeh iya, kau mau masukin mekanisme apa sih disini,"ucap Yusuf, "pembentukan bom yang lebih cepat dan kuat sih Suf,"ucap Sekar, "memangnya kamu mau tambahin apa, nuklir yang kamu pasang seminggu lalu sudah mau diganti saja, belum cukup kah,"tanya Yusuf, "sayangnya belum cukup, aku perlu bom yang bisa menghabisi musuh sampai tak ada bukti,"ucap Sekar, "kalau gitu tak bisa pakai nuklir, jejak radiasinya bisa dideteksi dengan mudah, kau akan dideteksi juga setelah itu, tugas vishkanya kah!?,"ujar Yusuf, "iya Yusuf, aku kapten utama vishkanya disini, katanya mau buat Ngalam jadi kerajaan,"sahut Sekar, "aku ada sistem khusus untuk itu, ini misil akselerasi, sistemnya kau berikan energimu dan dia akan meluncur dengan akselerasi setara dengan energi yang kau berikan dan dan bisa ditarik lagi, ukurannya juga sangat kecil seperti pasir, bisa dimasukkan ke hidung musuh lalu kau aktifkan dan dia akan memancarkan aliran listrik yang pas untuk membunuh musuh, membuatnya seolah mati dengan alami, dah hampir setahun lalu aku buat ini,"ucap Yusuf, "kenapa kau tidak bilang dari dulu kalau kau punya hal seperti ini,"ucap Sekar, "eee aku gak suka sih, kurang fleksibel karena sistem pengejaran otomatisnya, kalau kau suka pakai aja, terakhir kali kupakai saat Ihsan mengantarkan adiknya untuk bersekolah Februari lalu, uniknya hari ulang tahun adiknya itu tepat saat masuk sekolah, seolah dirayakan oleh sekolah hahaha, aku diminta untuk membuat sistem pengamanan oleh kepala sekolah saat ini jadi kubikin aja begitu setelah itu gak kupakai lagi,"ucap Yusuf, "eeh begitu ya, pantas sih, udah jadi maharathi pasti banyak permintaan aneh dari negara,"ucap Sekar, "sebenarnya, aku jarang dapat misi dari negara, sebagian besar urusan bisnis sih,"ucap Yusuf, "itu mendingan daripada Ihsan yang gak pernah menjalankan misi dari negara sedikitpun, aneh juga rasanya dia menjadi maharathi lebih dulu darimu, hmm meski gak sampai dua minggu sih jaraknya, dia dapat gelar itu tepat setelah pertempuran dengan narayani sena waktu itu kan,"ucap Sekar, "ya begitulah tepat besok genap setahun dari kepulangan kami dari Kurukshetra, aku duluan yang baca predikat baru Ihsan dan Alim sore itu, aku baru tau kalau kabar kenaikan jadi maharathi adalah kabar global,"ucap Yusuf, "iyalah, itu penting, pejuang sekaliber kalian harus mulai diawasi oleh dunia internasional, ada jurnal dan catatannya, hhh aku juga mau seperti itu, kapan ya aku jadi maharathi,"ucap Sekar, "kamu harusnya bisa mendapatkan gelar itu lebih cepat dari pejuang biasanya kan kamu seorang vishkanya, pengaruhmu harusnya lebih besar,"ucap Yusuf, tiba-tiba sebuah suara memecah pembicaraan mereka berdua, "wah-wah kayaknya kami mengganggu nih,"ucap Alim yang baru saja datang bersama Ihsan, "hei Suf, lagi ngapain, gimana kabarnya,"ucap Ihsan yang mencari tempat untuk duduk kemudian memakan mie instannya, "baik kok, eh kau sudah datang saja Alim, gimana kabarmu,"ucap Yusuf, "aku,"ucap Alim, "hmmmm enak sekali varian baru ini, gak sia-sia ada inovator rasa itu,"komentar Ihsan yang memotong perkataan Alim begitu saja, "oi, orang lagi ngomong jangan dipotong,"ucap Alim dengan geram, "maaf cak,"ucap Ihsan sembari memelankan suara makannya, "aku baik aja Suf, kalian berduaan saja kah,"tanya Alim, "lah, kurasa matamu harusnya paling bagus disini, kan banyak juga karyawan dan periset di bengkel ini,"ucap Yusuf, "hahaha begitulah, hmm gimana ini mau jalan-jalan kemana kita,"ucap Alim namun tiba-tiba gawai Ihsan berbunyi lagi, "grrrhh mau berapa kali aku mau diberi tawaran ini, aku masih sebelas tahun!, gak mau pak!,"ucap Ihsan dengan marah ke gawainya, "kok marah banget sih Ihsan, dari siapa,"ucap Alim, "pak Arya,"ucap Ihsan, "palingan misi, emang misi macam apa yang membuatmu geram,"ucap Alim, "kau tidak tau Alim, dia ditawari jadi rshi dari sebulan lalu, eh Ihsan aku boleh nyoba gak,"ucap Sekar, "heh!?, Sekar!!, kenapa kau malah bilang itu pada Alim, kan sudah kubilang buat diam masalah ini,"ucap Yusuf, "udahlah Suf daripada malah meledak lain waktu, rasa apa itu Ihsan,"ucap Sekar sembari mendekati Ihsan untuk minta mienya, "nih Sekar, rasa kecap ikan,"ucap Ihsan, "kau ditawari jadi rshi Ihsan, kenapa gak diterima aja, katanya mau membantu lebih banyak orang, dengan akses terhadap jabatan pemerintah negara kau bisa memperluas pengaruhmu dengan cepat, mimpimu akan lebih cepat terwujud"ucap Alim, "gak mau, apaan nanti diatur-atur, pekerja biasa kayak periset disini saja sibuk seperti itu, lagian kalau aku jadi bagian dari pejabat, usahaku bisa terbengkalai, aku gak mau mengurus dua hal berbeda itu bersamaan,"ucap Ihsan, "alasanmu hanya itu Ihsan, kan kami bisa bantu,"ucap Alim, "gak bisa cak, pemilik usaha seperti diriku gak seharusnya mengambil jabatan pemerintahan, bisa kacau nanti kecampur uang bisnis sama uang dana dari negara,"ucap Ihsan, "alasanmu masih terlalu egois Ihsan, kan ada bendahara yang bakal membantumu nanti,"ucap Alim, "sudah hei, kok malah bertengkar begitu, eh Ihsan mienya habis,"ucap Sekar, "hmm gaapa Sekar santai aja aku bisa ambil lagi,"ucap Ihsan, "aku tidak paham alasanmu Ihsan, tapi kurasa punya kekuatan politik itu juga penting kalau mau membantu banyak orang,"ucap Alim, "aku juga bimbang dari kemarin hari cak, pak Arya juga sudah pernah mengajakku diskusi panjang lebar jum'at lalu, aku selalu menolaknya karena banyak orang yang lebih bisa berada diposisi itu, aku memang pedagang yang baik, tapi aku terlalu manipulatif untuk jadi rshi bidang perdagangan, aku memang jendral yang baik tapi gaya bertempurku tidak cocok dengan para prajasena maupun vishkanya, aku akan bantu kok tapi kalau secara langsung dengan mengambil jabatan kurasa tidak, mungkin aku memang lebih cocok untuk mendirikan dan memimpin sebuah organisasi seperti sekarang,"ucap Ihsan, "tapi kalau kapasitasmu memang lebih dari itu bagaimana Ihsan, kau akan diam saja, kau tidak bisa terus-menerus bermain dipapan permainanmu sendiri, ada papan yang lebih besar,"ucap Alim, "Alim, sudahlah, Ihsan masih kecil, kasian dia kalau harus mendapatkan tanggungjawab sebesar itu, kemarin hari aku juga berpikir sepertimu tapi setelah mendengar alasan Ihsan, aku mungkin bisa memahaminya,"ucap Yusuf, "kita maharathi Yusuf, mau bagaimanapun kau harus memahami bahwa kaliber kita memang diatas manusia biasa, Ihsan harus memahami itu, kedewasaan tidak ditentukan dari umur tapi kemampuan berpikir dan mau bagaimanapun kau harus mengakui kita memang melampaui sebagian banyak orang dalam hal itu meski kita masih diusia anak-anak,"ucap Alim, "heh Alim, sebuah beban hanya bisa ditanggung oleh orang yang mau menanggungnya, Ihsan tidak mau dan alasannya cukup masuk akal, ayahku juga sering menemukan kelakuan busuk teman-temannya di kursi pemerintahan dan rata-rata mereka yang melakukannya memang punya latar belakang pebisnis, biarkan saja Ihsan menentukan jalannya sendiri, kalau dia memang lebih suka menjadi nahkoda meski awalnya yang dia punya hanya perahu kecil suatu hari dia akan membawa kapal juga asalkan dia menikmati kebaikan yang dia lakukan kebaikan itu akan berkembang dengan sendirinya, tak ada yang perlu dipaksakan,"ucap Sekar, "sesuatu juga harus ditempatkan pada wadahnya, saat ini gelas yang sudah diisi oleh Ihsan sudah penuh, waktunya dia menuangkan air digelas lain, Ihsan, dengarkan aku kau tidak bisa terus begini, ada perkara lain yang lebih besar yang memintamu untuk mengisinya, jangan kau biarkan orang lain memaksakan diri untuk mengisinya,"ucap Alim, "Alim!!, kau harusnya mengenal Ihsan lebih dari ini, orang yang bertindak sesuka hatinya seperti Ihsan takkan cocok untuk bekerjasama dengan orang yang tidak bisa memahaminya,"ucap Yusuf, "cukup, kenapa kalian malah bertengkar, hh kupikir memang sudah waktunya aku melangkah lebih jauh, tapi aku memang tak bisa bekerjasama dengan baik, mungkin akan lebih baik aku membuat wilayahku sendiri, perkampungan kecil saja sudah cukup, aku tidak mau kebebasanku diganggu lagi, cak kau mau tinggal sehari lagi tidak, besok genap setahun setelah kemenangan kita waktu itu aku ingin membuat perayaan, nanti sekalian kita yakinkan beberapa orang yang kupercaya untuk membuat perkampungan sendiri,"ucap Ihsan dengan senyum getirnya, "baiklah, aku akan tinggal untuk sementara,"ucap Alim sementara Ihsan berjalan pergi dari situ, "lihat apa yang kau perbuat Alim, kau mengacaukan hari ini,"ucap Sekar sembari kembali ke meja praktiknya untuk melanjutkan perakitan, "setidaknya dengan ini dia akan mulai menempuh jalannya untuk mengambil tanggungjawab yang sesuai dengan kapasitasnya,"gumam Alim, "kau sudah memantiknya untuk bertindak lagi Alim, tahun kemarin kau sudah merasakan sendiri kegilaan yang bisa dia perbuat, kini setelah dia tenang kau sulut lagi dia untuk bertindak, sekarang takkan ada yang bisa menghentikannya,"sahut Yusuf sembari kembali mengerjakan mesinnya, "mungkin itulah yang terbaik,"ucap Alim. Sementara itu diluar Ihsan merenung sendirian memandangi bayangannya dikolam yang agak kabur karena gelombang air yang disebabkan air matanya.

Lihat selengkapnya