"Salam aden, lama tidak melihatmu disini"sapa seorang lelaki, "eh pak Anas, kau disini juga, semoga kau selalu diberkahi"balas Ihsan, "heeeiii maasss, kebiasaan gak ngomong kalau mau datang"ucap seorang gadis kecil dibelakang Anas yang langsung berlari kearah Ihsan, "ei Fira, gimana sekolahnya"tanya Ihsan, "aman kok mas"ucap gadis tadi, "kau dikeraton gimana"tanya Ihsan, "hmm gak gimana-gimana, nyuci sendiri, masak sendiri, makan sendiri, biasalah sayur disana banyak yang bisa kupetik"ucap Fira, "oi Fira, kamarmu kotor lagi, hiiihh aku pula yang bersihkan, kasian abdi dalem tau, mereka banyak kerjaan lain"ucap teman Fira, "kamarmu masih kotor seperti biasanya dek"tanya Ihsan, "mirip denganmu lah mas, agak mending sedikit sih"ucap Fira, "dek, kau yang benar saja, aku kan tinggal dihutan"ucap Ihsan, "yep begitulah kondisi kamarku, bagus kan, hhh kau terlalu lebay aja Isel"ucap Fira, "heh jangan gitu ke temennya, hai Isel, udah gede aja"ucap Ihsan, "hei mas Ihsan, eh ini ayah nanyain kabarmu"ucap Isel, "hehehe iya, bilang aja aku baik-baik saja"ucap Ihsan, "ok, eh Fira, jangan sembunyi dibalik masmu gitu, tanggung jawab"ucap Isel, "hiiliiih iya, aku masakin omelet deh"ucap Fira, "hmm oke kau kumaafkan, besok ya sepulang sekolah"ucap Isel, "dek Fira, Isel, kalian disini toh, hmm dicari mbak Shifa tuh, kayaknya dia nyari yang mencabuti wortel ditamannya, itu kau kan dek Fira"ucap seorang gadis lain, "eeee gimana ini mas"bisik Fira, "bukannya itu gratis ya mbak Kanti"ucap Isel, "iya gratis, tapikan izin dulu, kalau ternyata yang ditanam mbak Shifa ternyata salah satu tanaman obatnya gimana, nanti kalian sakit karena gak tau cara pengolahannya"ucap gadis tadi, "mas gimana ini, mbak Shifa nanti marah"ucap Fira, "mampus, siapa suruh ngambil tanpa izin, nanti kena pukul nangis, aku juga gak mau dipukul lagi sama dia"ucap Ihsan, "gimana aden, apa saya urus aja masalah roro Fira"bisik Anas, "gausah pak, biar tau rasa, orang dia dirawat sama keluarga kerajaan saat ini ya harus ikut tatacara mereka, gabisa disamain dengan di desa"ucap Ihsan, "ok aden, aman"ucap Anas, tak lama kemudian Shifa datang dengan mata menyala, "jadi siapa yang ngambil wortel di tamanku tanpa izin"ucap Shifa, "tuh mbak, dua anak itu"ucap Kanti, "oi Shifa jangan kasar-kasar, mereka masih kecil"ucap Alim, "hmm, gaada urusan, kalau salah satu tanaman obatku diambil mereka juga yang mati Alim, palingan cuma kujewer sedikit, sini Fira, Isel"ucap Shifa sembari mendekati Fira dan Isel, "mak, pie iki"gumam Alim sembari melirik Kanti, "gak pie pie mas"ucap Kanti, "kau ngapain ngomong sih"tanya Alim, "kan emang mereka"ucap Kanti, "hhh iyasih"pikir Alim, "nih Shifa, makasih ya mau merawat adikku"ucap Ihsan sembari menenteng adiknya menuju Shifa dan menyerahkannya, "hhh mas, kau emang gabisa diajak kerjasama"gerutu Fira yang sekarang sedang digendong oleh Shifa, "sama-sama Ihsan, dia juga sangat membantu kok dikeraton tapi memang usil, persis kayak masnya, aku bawa dulu ya"ucap Shifa sembari tertawa kecil dan membawa Fira dan Isel untuk mendisiplinkan mereka, "persis kayak ibu dirumah"ucap Alim, "hmmm iya begitulah"ucap Kanti sembari mengangguk-angguk bersama Alim.
Keesokan harinya ketika matahari terbit tiba-tiba ada ledakan keras dilangit, "ahhh akhirnya aku bisa sedikit menang melawanmu, latihan dari ayahmu itu memang gak main-main"ucap seorang pemuda yang mendarat cepat dari pusat ledakan, "sheeshh kayaknya disana kau berlatih dengan keras ya Steve, kemampuan konstruksimu sudah jauh berkembang"ucap pemuda satunya yang baru turun dengan tawa kecil diwajahnya, "wajar saja sih negeriku memang banyak kerjaan arsitektur Lintang"ucap pemuda bernama Steve itu, badannya tinggi besar dengan mata sipit yang segera dia pasangi kacamata, "mungkin kapan-kapan aku mau mampir"ucap Lintang, "mampirlah, jangan muter-muter di sini saja"ucap Steve, "bentar lah ya, pembangunan di Mandaraka juga udah cukup tertata sekarang, mungkin aku akan segera kesana"ucap Lintang, rambutnya agak panjang bergelombang dengan otot-otot liat dan kulit sawo matang karena sering terkena sinar matahari, mereka berdua sedang menuju perayaan yang dibuat Ihsan, "ei mas Steve, mas Lintang, kalian tiba juga akhirnya"teriak Ihsan dengan riang sembari mengepalkan tinjunya untuk mengetes kekuatannya namun Steve langsung saja dengan cepat menjatuhkan Ihsan, "mendadak banget ngomongnya, rumahku jauh tau, mana langsung mau ngajak gelut pulaj"tegur Steve dengan kesal sambil sedikit memukuli Ihsan, "aduh maaf mas ehehe, selamat datang"ucap Ihsan, "lain kali jangan buat acara mendadak begini"ucap Steve, "iya Ihsan, dia sibuk dan aku eeee, kadang gak baca pesan, untung aja ada Steve yang tadi pagi menyempatkan menjemputku ahahaha"ucap Lintang, "bisa-bisanya loh datang terakhir, padahal kau yang rumahnya disini, gak tanya ke siapa kek, pantas aja Ihsan gamau nitip adeknya ke kau"ucap Steve, "walah Steve, keraton nawarin buat ngerawat adiknya Ihsan, aku bisa apa, lagian adiknya cewek, aku gak paham, jadi biarin ajalah putri Shifa yang ngurus, lagian katanya adiknya itu butuh teman"ucap Lintang, "terserah kau lah, eh Ihsan mana Alim"ucap Steve, "dia ada didalam"ucap Ihsan sembari menunjuk musholla yang sekarang pelatarannya sudah ramai, "oh disana ya, makasih Ihsan, aku kesana dulu ya"ucap Steve sembari berjalan menuju tempat perayaan, " Ihsan, kau menolak lagi ajakan pak Arya menjadi seorang rshi ya, kau tau kalau menghindari permintaan maharaja berkali-kali tanpa alasan yang masuk akal bisa berakibat fatal kan"ucap Lintang yang tiba-tiba serius, "aku juga bingung mas, hmm gimana ya, aku akan mencoba membuat wilayah sendiri, mungkin dengan begitu aku bisa tetap memberikan banyak manfaat dengan caraku sendiri"ucap Ihsan, "kalau begitu cepat lakukan, sebelum orang lain yang menanyakan padamu, kau tidak akan bisa menghindar lagi kalau itu terjadi, kita berada dalam bahaya kali ini"ucap Lintang sembari berjalan menuju perayaan lalu tiba-tiba Lintang kembali memasang wajah riangnya meninggalkan Ihsan merenung sendiri, "aku harus melakukannya secepatnya, aku terlanjur menantang maharaja, satu-satunya pilihan adalah maju"gumam Ihsan sembari memanggil ular vasuki dan menginstruksikannya untuk menjadi pagar pelindung perayaan itu, lalu dengan segera ular itu menunjukkan wujud aslinya yang sangat besar dan melingkari tempat itu dengan tubuhnya yang sangat besar, melingkupi gunung-gunung, menyelami lautan dan melingkar kembali dan membentangkan tudungnya untuk melindungi orang-orang disana dari teriknya matahari, "terimakasih santoso"ucap Ihsan pada ularnya itu dan pergi menuju perayaan dan mulai berpesta bersama orang-orang disana, Ihsan menari-nari bersama warga saat Alim bermain musik bersama dengan para musisi setempat, setelah itu ada beberapa perlombaan seperti berenang, memanah dan balapan , hadiahnya juga tidak main-main.
Beberapa saat berlalu dan siang hari telah tiba, Ihsan mengumpulkan orang-orang terdekatnya untuk pembentukan wilayah baru miliknya didalam musholla sementara yang lain melanjutkan makan-makan, "ini pisang gorengnya Ihsan, yang lain udah dapat juga kan"ucap Shafa dengan lembut diikuti dengan anggukan pelan dari orang-orang diruangan itu, "minumannya ada disini ya"ucap Shifa sembari menyiapkan beberapa dispenser berisi air putih, susu, teh, kopi dan jus dan juga beberapa mangkuk gula, "sini Fira, Isel"ucap Shafa sembari memeluk kedua anak kecil itu disebelah Ihsan yang segera memulai rapat hari itu, "jadi hadirin, saya disini mengundang kalian kesini untuk memulai untuk membuat wilayah baru yang akan ada dibawah pimpinan saya, saya sudah memiliki luas wilayah yang cukup untuk membuat perkampungan kecil dan itu sepenuhnya merupakan tanah yang diamanahkan Tuhan pada saya, dari hadirin disini apakah ada saran untuk apa saja hal pertama yang harus diurus"ucap Ihsan dengan lantang dan sejelas mungkin, "sebelumnya mohon maaf aden, saya izin bicara, apa urgensi dari membuat wilayah baru sebenarnya, kami perlu mendapatkan kejelasan sebelumnya"ucap Anas, "izin menambahkan aden, sebelum kita lanjut, saya juga ingin menanyakan apakah setiap pekerjamu sebelumnya akan dipindahkan ke wilayah baru ini, bukannya saya ingin lancang tapi saya juga punya keluarga yang sudah tinggal dengan nyaman disini, jadi kalau alasannya tidak benar-benar penting saya juga tidak bisa pindah, eh ini boleh merokok kan"ucap Andre, "ini asbaknya pak Andre tangkap"ucap Sekar melemparkan sebuah wadah keramik kecil pada pak Andre, "silahkan pak, eh sebenarnya urgensi membuat wilayah baru ini karena saya banyak ketidakcocokan dengan pihak negara saja"ucap Ihsan, "yang jelas Ihsan, alamak, jadi gini ya saya bantu jelaskan, jadi raden mas kalian tercinta ini sudah beberapa kali mendapatkan tawaran jadi rshi, tapi dikarenakan ketidakcocokan dengan cara kerja pemerintahan serta keinginannya untuk membuat sebuah tempat yang aman dan nyaman bagi karyawan dan orang-orang yang mau mengikutinya, Ihsan berinisiatif untuk mendirikan sebuah wilayahnya sendiri agar tetap bisa berkontribusi sesuai dengan kapasitasnya tanpa harus terikat dengan tujuan tertentu yang ditetapkan sebelumnya oleh negara"ucap Alim, "lalu aden gimana dengan kami yang sudah berumah tangga"ucap seorang wanita didekat Anas, "saya tidak akan memaksa kalian untuk pindah, kalian tetap bisa tinggal di wilayah kalian masing-masing, tapi yang mau ikut saya ada wilayah yang saya susun sendiri didekat kampung halaman saya dan sebagian besar planetnya masih kosong"ucap Ihsan, "mas, yang bener aja kalau ngomong, baru sebelas yang kau pakai"celetuk Fira, "owh iya, jadi begitulah, sebagian besar masih hutan yang perlu dibabat dulu, tentang tanahnya sejauh ini punya indeks kesuburan yang cukup tinggi karena kami rawat dengan baik"ucap Ihsan, "baik aden, saya bisa pertimbangkan, ee gimana mas"ucap wanita tadi, "jangan berdiskusi diluar topik dulu Lina"ucap Anas sembari menenangkan istrinya itu, "Fira!!, jangan asal nyeletuk, ini rapat orang banyak, bukan masmu saja"bisik Shafa sembari menatap tajam Fira, "Ihsan, apa saja yang sudah kau siapkan untuk ini, kau mau buat wilayah otonom kan, administrasinya sudah siap apa belum, mungkin ada yang bisa kubantu"tanya Steve, "gimana Suf, datanya"tanya Ihsan, "sedang kurapikan, hmm sumber daya sudah ada datanya, kebersihan udara, air, pangan, kesuburan cukup bagus sih, kalau data sumber daya alam sudah cukup memenuhi sih Ihsan, tinggal diolah dengan baik saja meski kualitas penduduknya masih tingkat 4 sih agak buruk indeksnya,sisanya untuk perizinan, perlu nama"ucap Yusuf, "hmm syarat minimal mengelola wilayah adalah ekspansi tingkat G, jadi berapa G ekspansinya"tanya Steve, " G-1008 mas, ada vimana juga untuk membantu perpindahan, nantinya akan kualokasikan sebagai transportasi "ucap Ihsan, "cukup luas sih, tapi kalau eksplorasinya hanya sebatas sebelas benda kosmis kurasa akan sulit"ucap Steve, "iya itu masalah sih, gaada satupun dari kita yang sanggup membersihkan wilayah sebesar itu, ditambah lagi peradaban tingkat 4 itu buruk sekali, kok bisa serendah itu"ucap Steve, "hmm kurasa itu wajar Steve, mengingat sebagian besar dari mereka adalah bekas kala sena, kita butuh lebih banyak rathi dengan sumber daya manusia yang baik untuk bergabung, setidaknya untuk sampai ke peradaban tingkat 7, wilayah seluas itu gak bisa diurus dengan main-main"ucap Lintang, "sebenarnya ada beberapa yang sudah cukup memiliki warga yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan peradaban tingkat 7,8,9,10 atau bahkan 11 seperti kita dan itulah yang dihitung aden sebagai plenet yang pas, masalahnya adalah sebagian besar warga memang benar merupakan bekas kala sena yang merupakan warga yang semaunya sendiri sehingga sulit untuk memaksimalkan tingkat peradaban mereka"ucap Riki, "itu adalah masalah yang serius, percuma saja kalau banyak sumber daya kalau tidak bisa mengolah"ucap Lintang, "karena itulah aku mengumpulkan kalian disini, yang bisa kulakukan hanya mengarahkan yang menjalankan adalah kita semua, aku tidak menjamin bahwa semuanya akan lancar, karena itulah aku butuh pengertian kalian semua, sore ini aku ungkapkan gagasanku untuk membuat sebuah rumah bersama, entah akan ada yang tinggal atau tidak itu tergantung kalian, tapi aku mohon ayo kita coba bersama"ucap Ihsan yang sedikit terisak menangis, "sabar mas, kami akan bantu kok, tapi namai dulu, mas Yusuf nunggu daritadi tuh"ucap Fira sembari menepuk pundak kakaknya itu, "kami akan membantumu aden"ucap para petinggi karyawan Ihsan disana dengan serempak, "jadi gimana Ihsan, kau sudah punya nama"tanya Shafa dengan lembut sambil menatap mata Ihsan, "yang bagus Ihsan kalau ngasih nama, ini doamu untuk semua orang yang akan tinggal disana"ucap Alim, " Jonggring Saloka"ucap Ihsan sembari memeluk adiknya dan menatap mata Shafa penuh takjub, "setuju"ucap Yusuf dengan lantang, "akhirnya bukan nama ngasal, aku setuju"ucap Steve, "ahahaha ada yang trauma dengan nama garudanya nih, bagus Ihsan aku setuju"ucap Lintang, "grrrh kau ini mas Lintang, hhh semoga nama itu membawa semangat bagi wargamu nanti, semoga kau selalu diberkahi Ihsan, aku akan pulang ke Devaloka sebentar lagi, maafkan aku gak bisa banyak membantu ya"ucap Alim, "tak apa cak, terimakasih untuk semuanya ya, baiklah bagi yang mau pulang silahkan, aku sudah menyampaikan apa yang harus kusampaikan,apabila ada saran lain silahkan sebelum saya tutup"ucap Ihsan sembari mengelus kepala adiknya, "tutuplah aden, hari ini kami sudah menyampaikan apa yang kami ingin sampaikan juga, lagian rokokku sudah habis hahaha"ucap Andre, "matanee, dah habis sebungkus aja kau Andre"ucap Anas, "baiklah kututup pertemuan hari ini, terimakasih atas kehadirannya, silahkan melanjutkan kegiatan"ucap Ihsan, "haaah tinggal bakar-bakar daging nih, ayo mulai lagi pestanya, aku bawa banyak daging sapi nih"ucap Alim, "ayooo"ucap orang-orang disana dengan semangat sembari berbondong-bondong keluar menuju tempat membakar daging, "hmm aku pergi dulu ya mas,"ucap Fira sembari keluar bersama Isel meninggalkan Ihsan dan Shafa berdua, "kau sudah mengambil langkah sejauh ini Ihsan, jangan sampai mundur lagi, aku siap membantumu kok"ucap Shafa, "terimakasih Shafa, nampaknya aku akan semakin jarang bertemu denganmu saat ini, maaf ya"ucap Ihsan, "apa maksudmu, kau sedang membangun rumah yang sangat besar untuk kita semua tinggali bersama, kau jangan minta maaf padaku karena kau sedang membangun dirimu sendiri"ucap Shafa, "aku pergi dulu ya, mereka mungkin sedang mencariku, kalau mau susul ya"ucap Ihsan diikuti anggukan pelan dari Shafa, "sekarang dirikulah yang harus memantaskan diri untuk menjadi permaisurimu Prabhu"gumam Shafa setelah Ihsan melangkah pergi untuk ikut bakar-bakar daging, lalu diapun beranjak berdiri untuk mengikuti Ihsan dari belakang.