Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #5

Pondasi Awal

Beberapa saat kemudian Ihsan dan Lintang akan segera pergi dari keraton Makaradwaja untuk memulai pembangunan joggring saloka, "aku akan menginformasikan ke seluruh jajaran pemerintahan atas masuknya dirimu sebagai salah satu rshi bidang militer Lintang, hmm aku akan memikirkan nama yang cocok untukmu"ucap Arya, "baiklah, jadi waktunya sebulan kan wahai maharaja, tenang saja ini tidak akan lama wahai maharaja, aku tidak akan membuatmu menunggu"ucap Lintang, "lakukan yang terbaik wahai skanda"ucap Arya sembari mengantar mereka berdua pergi, "semoga kau selalu dikuatkan pak Arya"ucap Ihsan, "siap Ihsan, kau juga ya, mulai hari ini sepertiku kau akan memimpin banyak orang, ingatlah selama menjadi pemimpin membangun sesuatu tak bisa sendiri, kau harus melakukannya bersama agar semua merasakan manfaatnya, hati-hati dijalan"ucap Arya, "baiklah pak Arya, sampai jumpa lagi"ucap Ihsan sembari bersalaman dengan sang maharaja dan pergi, "Lintang, awasi terus adikmu itu, dia bisa saja menjadi sangat kuat, jangan biarkan kekuatannya mengarah kepada kehancuran, kau mungkin akan kuberi hari libur setiap selasa"ucap Arya dengan serius, "aku tau itu pak, terimakasih sudah mengingatkanku dan terimakasih juga waktu liburnya"ucap Lintang sembari terus berjalan menghampiri Ihsan yang sudah melambaikan tangannya dari vimananya, "dengan apa yang bisa dia lakukan mungkin joggring saloka akan segera menjadi negara sendiri, semoga dia tidak menjadi musuhku"gumam Arya di depan pintu keratonnya.

Sesampainya di Tirtawangi, Ihsan segera menemui kedua orang tuanya untuk meminta izin dan segera bertolak ke tempat tinggalnya untuk segera membangun wilayahnya, "jadi dengan wilayah seluas ini kau mau mulai dari mana Ihsan"tanya Lintang, "untuk pondasi awal, kita akan membersihkan tanah ini dari para warga yang tidak kooperatif, sudah terlalu banyak perampok dan pengedar obat-obatan terlarang yang berkeliaran disini dan mereka kadang melakukan tindakan kriminal disini, sebelumnya aku tidak punya kepentingan untuk menyingkirkan mereka jadi aku hanya bisa membiarkan mereka disini dan berharap mereka akan berbuat lebih baik, disini juga tak ada prajasena yang cukup sehingga sangat sulit membersihkan mereka, adikku sampai hanya tau sebelas planet padahal wilayah kepemilikanku jauh lebih luas tapi sangat berbahaya sehingga dia selalu kuberitahu kalau itu adalah planet liar yang tidak bisa ditinggali"ucap Ihsan sembari menyiapkan seluruh peralatan perangnya, "nampaknya kau mengerti sekali ulah mereka Ihsan, aku akan bersiap juga, wilayahmu yang terus meluas itu juga jarang sekali dicek, kau sudah siap bermandikan darah lagi kan"ucap Lintang yang juga sedang memakai peralatan perangnya, "kuncoro, muncullah sayang, kita akan bertempur lagi"panggil Ihsan sembari menghentakkan trisulanya yang baru saja dia panggil, lalu seekor lembu yang sangat besar dengan mata menyala menghampiri Ihsan dari dalam salju, "nampaknya sudah lama sekali aku tidak melihatmu berperang bersama lembu nandimu Ihsan, kau benar-benar akan membasahi tempat ini dengan darah rupanya"ucap Lintang sembari memanggil meraknya, "ahahaha kau juga jarang memanggil mulyono berperang, kau tau merak paravani sangat menakutkan saat dipanggil pemiliknya, apalagi kau yang memanggilnya mas"ucap Ihsan, "kau kasih apa lembumu sampai sebesar itu Ihsan, merakku sampai terlihat kecil loh"tanya Lintang, "eee gak tau, selama ini dia jadi penjaga beberapa hutan dan jadi penguasa disini bersama cemol, penguasa sebenarnya hahaha"ucap Ihsan sembari menggendong kucing kecilnya dari kepala lembunya, "kau bilang kucing oranye kecil itu raja sebenarnya dihutanmu, kau memang lucu Ihsan, dia kena pijak motor saja mati kayaknya"ucap Lintang, "eeeee tapi Kuncoro terlalu lembut pada binatang disini, mana mau dia bertempur kalau tidak bersamaku hahaha, lagipula dia harus hormat pada kakak pertama, kau jaga tempat ini ya cemol"ucap Ihsan pada kucingnya yang dia lepas begitu saja dirumahnya lalu dia menaiki lembu besar itu dan segera setelah itu ular vasukinya melingkar dileher lembunya, "aku baru ingat kalau gunung ini sangat besar setelah melihat lembumu memakai naga vasuki seperti kalung, itu ukuran asli naga vasukimu kan"ucap Lintang, "tentu saja ini ukuran asli mereka, aku sedang bertempur melawan banyak orang bukan duel melawan komandan perang yang sangat kuat, ukuran asli mereka akan membantu, mungkin beberapa dari mereka akan kooperatif karena takut"ucap Ihsan, "perspektif yang bagus, aku jadi bersemangat, pemikiranmu memang cemerlang, ayo kita berangkat"ucap Lintang sembari menyalakan energinya dan menyalakan tombak perangnya dan menaiki meraknya, "baiklah, akan kukirimkan koordinat planet-planet yang akan kita kunjungi, kau yang didepan, kurasa mulyono akan bergerak lebih cepat dari kuncoro, aku akan menyusul dengan pelacak lokasi"ucap Ihsan, "oke, ayo ikuti aku"ucap Lintang sembari membuat ruang udara dan melesat pergi dari sana dengan merak putihnya, disusul oleh dentuman keras karena lembu Ihsan yang mulai bergerak keangkasa dengan kecepatan tinggi menyusul Lintang dengan pelacak miliknya.

Beberapa saat kemudian Lintang akhirnya tiba di planet pertama, "hh 0,666 detik ya, sudah berkembang banyak kau mulyono, jadi adi velku, kau akan segera kugunakan bertempur lagi, kuharap kau siap"ucap Lintang sembari turun dari merak paravani miliknya dan menggenggam keras tombaknya yang berpendar keemasan, tak lama kemudian Ihsan akhirnya tiba dengan lembu nandinya yang menggetarkan seluruh tempat itu membuat sebagian besar burung melarikan diri dan warga disana keluar karena mengira ada gempa, serta beberapa orang lagi yang menyiapkan senjata, "haaa shangkara, mau apa orang kaya sepertimu datang kesini, mau menyerahkan hartamu secara cuma-cuma hah"ucap salah seorang disana sembari menyiapkan persenjataan bersama orang-orang lainnya yang segera mengepung Ihsan dan Lintang, "kau jangan sampai kebablasan dan meledakkan planet ini Ihsan, kau mau membangunnya kali ini"ucap Lintang yang melihat Ihsan mengumpulkan energi dijemarinya, "euuggh aku baru saja mau menggunakan bholenath versi baruku, sudah bisa kutambahkab elemen dasar loh, tadi baru saja mau kutambahkan elemen angin"ucap Ihsan, "alamak Ihsan, mainmu itu loh diplomasi dulu sebelum menyerang"ucap Lintang, "owh begitu ya, oke akan kucoba, jadi teman-teman saya ingin mendirikan wilayah disini, saya mohon kerjasamanya"ucap Ihsan dengan lantang, "hadeuh, udah tau musuh pegang senjata malah begitu"keluh Lintang, "lha terus gimana"tanya Ihsan, "hahaha kami takkan menyerah begitu saja, kau pikir kau bisa mengalahkan kami semua berdua saja"teriak orang yang menyiapkan senjata tadi sembari menembakkan pelurunya kearah Ihsan diikuti oleh hujan senjata, "biar kucontohkan padamu"ucap Lintang sembari menghentakkan tombaknya ketanah dan menimbulkan gelombang energi yang menerbangkan seluruh tembakan musuh, "kami datang kesini dengan damai untuk membangun wilayah bersama kalian semua, barangsiapa yang bisa bekerjasama akan kami ampuni, barangsiapa yang melawan akan mati"teriak Lintang sembari menyalakan energinya yang memancar dahsyat, saat itu juga sebagian besar orang meletakkan senjatanya dan menyerah, "owh begitu ya, lalu sisanya yang masih mengangkat senjata itu bagaimana"tanya Ihsan, "kan sudah kuultimatum tadi, sekarang tinggal bersih-bersih, bagian yang sering langsung kau lakukan bahkan sebelum negosiasi"ucap Lintang, "oke"ucap Ihsan sembari menggerakkan tangannya dan menebas habis semua orang yang masih memegang senjata, "oi, langsung kau sikat begitu aja cok!!?, grrrrh, satu-satu lah adikku sayang, kalau nanti ada yang menyerah ditengah pertempuran masih bisa dipakai, gimana kalau ternyata mereka mau tunduk padamu ditengah pertempuran, katanya mau membangun wilayah, orang-orang bobrok tadi masih bisa diperbaiki loh"tegur Lintang, "ahh kok repot sekali sih, mereka masih memegang senjata loh mas"ucap Ihsan memelas, "makanya kau sesekali jangan diam digunung aja belajar negosiasi dan diplomasi itu sangat penting, baiklah ayo kita lanjut ke tempat lain, gunakan atmasenamu untuk membuat progres lebih cepat"ucap Lintang sembari membentuk jutaan barisan dirinya dan meraknya yang melesat keangkasa dan terus membelah disana untuk mengunjungi berbagai lokasi sekaligus diikuti oleh Ihsan dibelakangnya meninggalkan tempat mereka berdiri yang masih berlumuran darah dan potongan tubuh manusia.

Lihat selengkapnya