Tirtawangi, senin 31 Desember 2012 pukul 07.00, "sudah selesai rupanya keraton barumu Ihsan, berarti tinggal peresmian"tanya Alim yang baru saja turun dari pushpaka vimananya, "begitulah cak, aku perlu ini untuk mengurus administrasi wilayah ini, tak banyak orang yang mampu bekerja secara maksimal dirumahku"ucap Ihsan, "wajar saja itu, memangnya siapa juga yang mau tinggal dipuncak gunung itu selain dirimu, bahkan yang bisa bertahan disana hanya para pejuang dengan level cukup tinggi, itukan alasanmu tidak menempatkan kedua orang tuamu disana, eh ini aku bawa beberapa tukang kebun untuk keratonmu"ucap Lintang sembari menurunkan belasan orang dengan wajah ketakutan dari paravani, "seluruh tempat yang ditinggali manusia disini sudah kau amankan rupanya, level atmasenamu memang agak gila Ihsan, kau juga mengkopi lembu nandi dan naga vasuki dalam wujud asli mereka, makhluk sebesar itu pasti akan sangat membantu penaklukan dan negosiasi"ucap Alim, "ya sesuai dugaanku, orang-orang takut duluan saat aku datang karena ukuran kuncoro dan juga kadang mereka ciut setelah dihampiri oleh ular vasuki, apalagi orang-orang yang dulu menyembah ular ini, mereka mudah sekali diyakinkan"ucap Ihsan, "meskipun kau bilang begitu tapi hampir 80 persen orang-orang disini melawan balik dan harus kita bantai berdua"ucap Lintang, "orang-orang itu terlihat trauma, kenapa mereka mas Lintang"tanya Ihsan, "oi itu karena cara membunuhmu yang brutal itu, siapa juga orang yang tidak takut melihat seseorang membantai teman-teman mereka sambil tertawa keras, minimal yang agak manusiawi lah Ihsan"ucap Lintang, "sifat haus darahmu itu masih belum sembuh rupanya Ihsan"ucap Alim, "eee itu emang susah cak, kadang sering kambuh, lagipula mungkin mereka akan senang mendengar tawaku"ucap Ihsan, "cah edan, dimedan pertempuran tawa dari musuh adalah suara paling mengerikan yang bisa didengar seorang prajurit, ini penaklukan bukan perang Ihsan, jangan kau rusak mental wargamu dengan menakuti mereka seperti itu"ucap Lintang, "kayaknya tambah parah anak ini, sejak aku pindah setahun lalu dia terlihat semakin beringas"ucap Alim, "jadi mereka tukang kebun yang baru ya aden, oiya salam juga den Alim, den Lintang"tanya Riki yang baru saja turun dari gunung bersama Hani, "nah ini dia orangnya, kau akan menjaga keraton ini mulai hari ini Riki, tak perlu naik turun gunung lagi"ucap Ihsan, "terus aden akan tinggal sendirian di gunung kailash mulai hari ini"ucap Riki, "emang udah sendirian dari sebelumnya, maaf ya rumahmu jadi terangkat karena ulahku"ucap Ihsan, "hhhh dasar aden, untung saja bayiku selamat"ucap Hani dengan sedikit kesal, "udahlah aden itu sudah sekitar enam bulan lalu, gak perlu sering-sering minta maaf, lagipula kau sudah memberikan tempat tinggal baru untuk kami di keratonmu "ucap Riki, "owh keraton ini untuk administrasi saja, emang ada kamar untuk kalian tapi tetap hak gunaku dan boleh ditinggali untuk umum, namanya saja fasilitas umum"ucap Ihsan, "itupun tidak masalah, tapi kayaknya saya akan sesekali bergantian dengan istri saya untuk melatih atlet baru di lereng gunung kailash"ucap Riki, "pantas saja atlet kita seperti monster semua, pelatihnya aja kayak gitu"gumam Alim, "Riki hanya melatih divisi sepakbola saja Alim, tidak semua latihan di lereng kailash, bukankah para seniman dilatih di devaloka bersamamu, eh siapa itu seniman kepalanya, hmm Amra ya, jarang-jarang ada seniman yang semahir itu, aku ingin melihatnya"ucap Lintang, "kebetulan saja dia akan kesini, sekarang tinggal menunggu yang lain untuk memulai peresmian"ucap Alim sembari duduk tenang menunggu bersama Lintang yang membuatkan steak dan jus jeruk untuk menunggu waktu.
Jam 1 siang akhirnya semua teman Ihsan dan undangan mulai berdatangan di sekitar keraton, "eh Fira, kau gak sekolah"tanya Ihsan begitu adiknya turun dari vimana kerajaan, "hmmm besok kan libur tahun baru mas, kau ini gimana sih"ucap Fira, "eh iya juga, maaf aku lupa"ucap Ihsan sembari menggendong adiknya itu, "kau membuat sebuah wilayah otonom ya Ihsan, ini keraton yang sangat bagus untuk sebuah kampung yang baru berdiri"ucap ayahanda Shifa, raja Mataram shri prabhu Dani, "hahaha, sekarang bukan hanya anakmu yang akan tinggal dikeraton, anakku nanti juga akan tinggal disini, shri prabhu"ucap ayahanda Shafa, pak Akhmad yang datang bersama keluarganya, "heh itu belum kejadian loh, jangan sombong dulu kau"ucap Dani, "tapi ini memang bagus sekali, kau membangunnya sendiri nak"tanya ayahanda Sekar, rshi Roni, "iya om, syarat wilayah otonom memang seperti itu kan"ucap Ihsan dengan riang, "kau benar, seperti kerajaan Mataram"ucap Dani, "sebelum peresmian dimulai, aku ingin tanya satu hal"ucap ayah Lintang, pak Damar, "eeee apa pak"tanya Lintang, "kemana aja kau gak lapor apa-apa, bapakmu ini sempat kaget setengah mati karena maharaja tiba-tiba memintamu jadi rshi, kau ngapain aja le kok gak ngasih kabar"tanya Damar, "eeee aku bantu Ihsan menaklukkan wilayah pak, maaf belum sempat ngabari"ucap Lintang, "oooo gitu sekarang, kabar sepenting ini bapak dengar dari maharaja dulu daripada anak sendiri"ucap Damar sembari menjewer anaknya, "aduduh maaf pak, maaf, gak sempat ngabari, sibuk masalahnya"ucap Lintang yang akhirnya dilepaskan oleh Damar, "eh, kukira dirimu yang ditunjuk jadi rshi pak, dulu kan kau prajasena juga"tanya Dani, "aku gak mau, mending menghabiskan waktu dengan istriku, lagian anakku ini memang sudah lebih kuat dariku"jawab Damar, "benarkah?, jadi selama ini penduduk kerajaanku segila ini, pantas saja agak sulit diatur"gumam Dani, "kayaknya kau bukan yang terkuat dikerajaanmu sendiri ya, sebelumnya ada pak Arya,sekarang ada Damar dan keluarganya"ucap Akhmad dengan santai sambil menepuk-nepuk pundak Dani, "kurasa keberadaan institusi pendidikan sebesar Manasasagara adalah alasan manusia-manusia kuat itu bermunculan setiap hari"ucap Dani, "kalau itu aku setuju raja, tidak bisa dipungkiri institusi pendidikan memang penting untuk menghasilkan masyarakat berkualitas tinggi"ucap Damar, tak berapa lama setelah itu pushpaka vimana maharaja akhirnya tiba diikuti oleh dua buah pushpaka vimana milik Yusuf dan Steve yang mendarat di lereng kailash serta sebuah vimana kecil bekas milik almarhum ayah Alim yang didalamnya ada kedua orangtua Ihsan dan ibunda Alim, "akhirnya tiba juga mereka, vimana itu membuatku rindu padamu mbah Khan"gumam Ihsan sembari terus menatap vimana kecil yang pernah mengantarkannya ke Manasasagara untuk menimba ilmu, "waktu berlalu dengan cepat ya Ihsan, aku rindu guyonan ayahku, sekarang dia sudah jadi pohon dirumahmu"ucap Alim, "mau sampai kapan kau kubilangi cak, itu cuma pohon yang kutanam diatas abu ayahmu"ucap Ihsan, "bagiku sama saja Ihsan, sama saja"ucap Alim sembari menyambut ibundanya, "ibuk, bapak, kalian tiba juga akhirnya, sekarang peresmian keraton bisa segera kulakukan"ucap Ihsan, "bentar le, maharaja akan datang, dia akan meresmikan keraton ini"ucap ayah Ihsan, "pak Arya cuma undangan, bapak sama ibuk yang bakal meresmikan keraton ini, namai tempat ini seperti engkau menamaiku dulu bapak"ucap Ihsan, "Nita gimana, kau sudah menyiapkan nama kah, aku belum ada"ucap ayah Ihsan, "belum ada pak"ucap ibunda Ihsan, "ayo dek Ikal, bukannya biasanya kau pinter menamai sesuatu"ucap tetangga Ihsan, "nggak gitu mas Rik, inikan rumahnya Ihsan, yang menamai bukan aku, rumahku yang njaga juga bukan aku tapi ibune Ihsan, kalau ada yang boleh menamai tempat ini harus seorang yang akan menghidupi tempat ini, menaungi hari-hari anakku, meramaikan rumahnya dengan putra-putrinya kelak"ucap ayahanda Ihsan, "kau terlalu visioner pak, gak perlu sampai seperti itu, emangnya ada yang sudah mau pada anak kita, eh sek ada dia, nduk Shafa,kamu mau namai rumahmu nanti"ucap Nita, "hah!?, aku!?, kok aku"ucap Shafa dengan pipinya yang semakin merah, "hmm itu benar, namai tempat ini tripura sundari"ucap Arya yang tiba-tiba ada disamping pak Rik, "weh, ngageti, prabhu yaksharajan, mungkin njenengan ada ide, ee segala kehormatan untukmu prabhu"ucap Rik, "heeh yaksharajan lagi, mau sampai kapan aku dikenal begitu, namaku Arya pak Rik, tamu aja disini, diriku yang bertugas masih di keraton negara, aku sudah buat kloning disana dan menyempatkan kesini sebagai gurunya Ihsan"ucap Arya, "lah, bisa gitu po, ninggalin atmasena doang di keraton Makaradwaja bukannya agak beresiko"tanya Yusuf yang diikuti anggukan ringan bapaknya, "hmmmhh yabisalah, emangnya kau pikir kegunaan teknik itu apa"ucap Arya, "udahlah Yusuf, senang bisa menyambutmu sebagai guru kami pak Arya"ucap Steve, "daridulu kau gak berubah Arya, masih saja lebih suka dipanggil guru"ucap seorang guru lainnya, "weeh pak Alex, gimana kandangnya, kabarnya kau sudah gak bisa ngajar lagi ya selain buat praktek karena kandangmu yang semakin besar"ucap Arya, "iya begitulah, gara-gara Ihsan dan kawan-kawan nandi, garuda, hamsa, mushika dan paravani jadi laku keras, padahal aku sudah jelaskan berkali-kali hewan itu akan susah diatur, tapi mereka tetap membelinya, apalagi orang-orang kampung kincir, beh nandi terus belinya, akhirnya jadi repot sendiri karena lembu itu tumbuh sangat kuat dan buas meski tak sekuat milik Ihsan sih dan mereka komplain lalu harus kujelaskan ulang bahayanya, hhh emang warga aneh, gak baca buku tatacara perawatan dulu kah"ucap Alex, "sabar pak, sabar"ucap Rik, "iya aku dah sabar ini, tapi kadang-kadang mereka ngelunjak, kan aku juga bingung huhuhuhuhu"ucap Alex yang akhirnya menangis bersama Rik, "maaf pak, menyusahkan"ucap Steve yang hanya dibalas tarikan pak Alex yang juga memeluknya, "jadi gimana Shafa, bapak dan ibu Ihsan mau kamu yang menamai"ucap ibunda Shafa, "kau yakin bu"tanya Shafa, "udah nduk, ibu percaya padamu"ucap Nita yang mendatangi Shafa sambil tersenyum, "ayo mbak Shafa, biar cepet mulai ini"ucap Fira, "udahlah Shafa, kita semua menunggumu"ucap saudara Shafa, "tapi Rafi, aku belum jadi apa-apa baginya"ucap Shafa, "ayo nak, kau bisa, ayah disini mendengarkan"ucap Akhmad menyemangati putrinya disertai Ikal yang mengangguk tenang dan mengajak Nita menuju putra sulung mereka, "Ihsan, kayaknya harus kamu yang memintanya"ucap ibunda Alim, "iya Ihsan, dia kayaknya malu-malu ikan"ucap Alim, "sempat-sempatnya kau le, apaan malu-malu ikan"ucap ibu Alim, "tapi bu, ikan kan emang malu-malu"ucap Alim, "hhh gimana Shafa, apa nama darimu, aku menunggumu"kata Ihsan yang sedang dikelilingi keluarganya, " Su..., sura.., la.., ya, ee Suralaya gimana Ihsan "ucap Shafa, "apapun yang keluar dari mulut indahmu itu Shafa, jadi nama rumahku yang baru sudah ada, ayah ibu, tolong resmikan wilayah baru ini"ucap Ihsan, "baiklah nak, mulai hari ini 31 Desember 2012, wilayah Jonggring Saloka resmi berdiri dengan keraton Suralaya sebagai pusatnya"ucap Ikal sembari memeluk putranya, "mulai hari ini aden adalah prabhu kami, ini nama yang disepakati oleh orang-orang untuk memanggilmu prabhu, oiya pak Anas, pak Andre kayaknya belum bisa kesini makanya mereka minta diriku untuk menyampaikan"ucap Riki, "pashupati, hhh menarik, ide ide kalian kan pak Anas, pak Andre,"ucap Ihsan sembari menatap kerumunan, "halaaah pak Anas, ketahuan juga akhirnya, kukira ide menyamarmu jitu, padahal katamu kita mau mengagetkan pak Riki"ucap Andre, "lah gimana lagi, udah terlanjur ketahuan, iya prabhu, itulah julukan kami untukmu"ucap Anas dari kerumunan yang akhirnya melepaskan topengnya, "lain kali jangan asal bongkar penyamaran orang Ihsan, kau merusak suasana aja"bisik Alim, "eee iya juga ya"bisik Ihsan, "informal lagi ya, yasudahlah, baiklah hadirin, sebelum acara makan-makan alangkah baiknya kita berdo'a bersama untuk kemakmuran wilayah baru ini"ucap Arya dengan lantang, diikuti oleh orang-orang disana yang berdo'a dengan khidmat, "nah, waktunya makan-makan"ucap Rik setelah berdo'a, "oi belum dipersilahkan pak"ucap Alex, "pie le, mbahmu wes luwe iki"ucap Rik, "hihihi monggo-monggo dimakan hahaha, habiskan ya"ucap Ihsan, "Ihsan, apa aku memang sudah pantas menamai rumahmu itu"pikir Shafa yang agak terharu sembari melihat Ihsan dan saudara-saudaranya makan, "oi mas Lintang kau banyak kali ngambil dagingnya"ucap Ihsan, "biaya penaklukan mamenku"ucap Lintang disertai tawa orang-orang disana.
Keesokan harinya di negeri Ashoka, "Ihsan, pemilik grup usaha kailash, telah mendirikan wilayah otonomnya sendiri dengan nama Joggring Saloka"baca seorang dari takhtanya, "kau nampaknya tertarik sekali dengan anak itu Maharshi Gifar"ucap seorang lelaki yang matanya menyala dalam kegelapan, "oi, Yudi, anak ini berkembang terlalu cepat, dia bisa jadi ancaman yang mengerikan bagi perdamaian absolut kita"ucap Maharshi Gifar, "kita berdua punya mata Samsara sekarang, tak ada yang perlu dikhawatirkan, apalagi milikmu sudah meningkat lebih jauh lagi, apa yang perlu kita khawatirkan, engkaulah yang terus kami dukung untuk menjadi Maheshvara yang akan membawa perdamaian tuanku, kekuatanmu tiada tara didunia ini, kenapa engkau khawatir "ucap Yudi, "itu benar tuan kami Maharshi yang Agung, terus berikan kebijaksanaanmu pada dunia wahai Manaspati"ucap beberapa orang dari balik bayangan dengan mata mereka yang menyala membungkuk pada sang Maharshi.