Satu hari setelah pembukaan wilayah Jonggring Saloka dipagi hari, hari itu selasa 1 Januari 2013 akhirnya tersisa Alim dan Shafa beserta keluarganya yang akan segera pamit pulang juga, "Ihsan, nampaknya kau menegakkan dharma lebih baik dariku, roda waktu terus berlalu, tak terasa sekarang sudah lebih dari setahun semenjak aku pergi dari negeri ini, aku rasa aku harus lebih serius menggapai mimpiku untuk menumpas adharma besar dari dunia, meskipun aku tau selama kala chakra terus berputar adharma akan terus bermunculan tapi setidaknya aku berusaha menumpas yang sudah terlalu besar"ucap Alim, "hahaha, semoga mimpimu terwujud cak, tapi jangan sendirian melakukannya, capek kayaknya hahaha"ucap Ihsan, "iya Ihsan, dah aku pulang dulu ya dek"ucap Alim sembari pergi dari sana menuju vimananya untuk pergi menuju Devaloka meninggalkan Ihsan di keraton barunya, "sekarang tinggal kalian, kenapa kalian belum pulang, tidakkah kalian banyak urusan, pak Akhmad, bu Rani"ucap Ihsan, "gimana ya, Shafa masih betah disini, kau ada kamar untuk sekeluarga kah Ihsan, barangkali kami menginap"ucap Akhmad, "ada sih, tapi kan kalian banyak urusan, bukannya bagus kalau langsung pulang"ucap Ihsan, "iya pak, astaga kalau disini terus malah akan merepotkan nak Ihsan, sudah ayo pulang, eh Shafa ayo pulang nak"ucap Rani, "atau kau ambil aja Shafa sekarang, itung-itung kenalan juga"ucap Rafi, "gak bisa, kau yang benar saja saudarimu sendiri kau buang, anak gadisku itu"tegur Akhmad, "lah Shafa juga sering menggigau Ihsan kok, aku sampai gak bisa bersantai malam hari karena dia membuat makanan dan berhalusinasi"ucap Rafi, "eh nak, gak boleh ngomongin kekurangan keluarga sendiri"ucap Rani, "gabisa Rafi, ini keraton untuk kerja, aku sudah membagi ruangannya dan sudah penuh bilik-biliknya, hmm ada satu tempat sih yang masih kosong yaitu tempatku tinggal dipuncak kailash, tapi hanya aku yang tinggal disana, masak aku berduaan sama Shafa disana, eh ada cemol, kuncoro dan santoso sih, mereka bakal teritorial gak ya, yang jelas belum bisa, gak boleh pria dan wanita belum menikah berduaan"ucap Ihsan, "lah kalian kan gak berduaan, itu ada cemol, kuncoro dan santoso, dua cewek tiga cowok, kau tidur bareng kuncoro dan santoso, Shafa tidur bareng cemol, eh si cemol ini laki-laki atau perempuan"tanya Rafi, "eee sebenarnya mereka bertiga binatang peliharaanku, cemol itu kucing, kuncoro itu lembu nandi dan santoso itu ular vasuki hehe"ucap Ihsan, "hadeeh aku baru tau itu nama binatang, gak jadi lah"ucap Rafi, "dah ya kami pulang"ucap Akhmad, "bentar papa, aku hampir selesai"ucap Shafa dari kejauhan lalu beberapa saat kemudian dia datang membawa sesuatu, "hah apalagi itu"pikir Ihsan, "jaket, kau sempat membuat itu nak"ucap Rani, "dipuncak dingin, kasian dia"ucap Shafa sembari menyerahkan jaket buatannya pada Ihsan, "hmm motif macan, keren, rawr"ucap Ihsan sembari memakai jaket buatan Shafa yang disertai penutup kepala yang punya telinga, "sekarang aku ingat kau masih anak kecil Ihsan, kau lucu pakai itu hahaha"ucap Akhmad saat melihat Ihsan menirukan suara kucing dengan jaket binatang barunya, "hmm, lucu, mau kubawa pulang"ucap Shafa sembari memencet hidung Ihsan dengan jarinya, "heeeh, kau yang akan kubawa pulang, hihihi"ucap Ihsan dengan riang, "segera ya, singaku yang lucu, eee ayah ayo kita pulang sekarang"ucap Shafa sembari menuju vimananya bersama keluarganya.
Malam telah tiba dan Ihsan sudah kembali ke puncak kailash namun dia menyadari ada sesuatu yang tidak beres sebelum dia tidur, hingga tiba-tiba suara tembakan terdengar oleh Ihsan dan dia menangkapnya dengan mudah,"nampaknya peringatan dari pak Arya benar, keluarlah kalian dari persembunyian kalau memang mau menantangku"ucap Ihsan, "nampaknya seorang shangkara hanya anak bodoh yang sangat ceroboh, aku akan menembak dengan kekuatan penuhku"pikir sang penembak tanpa menyadari sebuah pisau angin dari Ihsan telah membelah wajahnya, "hhh apakah ini akan terjadi setiap hari, sekarang mereka jadi tau tempat tinggalku, ah biarlah"gumam Ihsan sembari mulai mengambil posisi meditasi dan mulai memejamkan matanya, namun setiap sejam sekali selalu saja usaha pembunuhan yang membuat Ihsan tidak bisa tenang tidur karena harus terus-menerus menangkis dan membalas serangan musuh. Pagi hari telah tiba dan mata Ihsan menyala merah darah karena mengaktifkan kemampuan matanya untuk terus bertempur semalaman, "ah sialan, aku tak bisa terus memakai rajanetra, rasanya agak perih, tapi inilah beginilah caraku untuk mengetahui pembunuh dari jarak jauh, peningkatan yang diberikan mata ini tipe Shiva, Vishnu dan Brahma, sama dengan punya cak Alim, aku perlu untuk mengalokasikan beberapa energiku untuk secara otomatis menyembuhkan mataku agar bisa terus memakainya tanpa resiko"pikir Ihsan sembari terus menggerakkan matanya dengan waspada lalu turun ke lereng gunung untuk mulai mengerjakan tugasnya sebagai pemimpin Jonggring Saloka.
Sementara itu ditempat lain bernama Yalipura yang merupakan bekas ibukota Sahasradwipa pada masa pemerintahan maharaja Suryabaskara, "hhh anak itu belum mati juga rupanya, sudah berapa pembunuh yang kita kirim sebenarnya"ucap seseorang yang sedang memandangi layar, "mas Chris, kenapa kau begitu terobsesi untuk menghabisi anak itu, kenapa tidak berusaha untuk bekerjasama dengannya"ucap istrinya, "Windi, anak itu merusak ekosistem bisnis yang dibuat bersama para pedagang lain, harga yang dirusak olehnya membuat para saudagar yang berdagang dengan Sahasradwipa bangkrut dan kehilangan pasar, dia mungkin ingin menjadi penguasa tunggal perdagangan dinegara ini, lihat semua merek dagang yang dia beli dan kembangkan, anak itu penjahat Windi, gara-gara dia dan usahanya itu Panditanagara mulai bergolak karena pergeseran minat warga ke produknya, sekarang dia sudah jadi jauh lebih berbahaya lagi dengan keberadaan wilayah otonom miliknya itu dia mungkin sedang merencanakan penaklukan dunia, orang-orang didekatnya mana sadar sedang diperalat olehnya agar menjadi seorang penguasa tunggal, karena itu kita harus menghentikannya sekarang"ucap Chris, "tapi kalau dirimu terus bersembunyi dan mengirimkan pembunuh seperti ini dia tidak akan jatuh juga, dia seorang maharathi sayang, hanya orang-orang sekuat dia yang bisa menentangnya, sesama maharathi seperti dirimu"ucap Windi sembari mengupas apel, "para pebisnis besar di seluruh Sahasradwipa sudah geram dengan ulahnya akan ada milyaran, triliunan ah jauh lebih banyak dari itu para maharathi yang akan memburunya, kalau saja maharaja bodoh itu tidak melindunginya kita semua akan menggempurnya dan membuat neraca perdagangan kembali stabil"ucap Chris sembari menyantap apel yang sudah dipotongkan untuknya. Diwaktu bersamaan di Vijayadwipa, "ah gagal lagi, padahal sudah banyak sekali pembunuh yang kukirim"ucap seseorang pria tinggi besar, "sabar pak Gede, kita sedang menyiapkan para petarung terkuat kita untuk menghabisinya"ucap seorang asistennya, "hhh aku sedang perlu bersantai, kau sedang luang kan Puspita, tolong buat aku sedikit santai"ucap pak Gede sembari membuka kancing bajunya, "belum puaskah dirimu dengan istrimu pak"tanya asisten tadi, "dia kurang garang, memang harus seorang pejuang yang bisa memuaskan pejuang lain, hmm andai saja aku bisa menyentuh tripura sundari aku pasti akan bahagia, sayangnya dia sudah tergila-gila dengan anak sialan itu"ucap Gede, "jadi gimana nih pak, lanjut nggak, kok malah membicarakan perempuan lain"ucap Puspita, "maaf, ayo kita lanjutkan, langsung saja disini ya manis"ucap Gede yang akhirnya mulai meluapkan rasa stressnya pada asistennya. Sementara itu di keraton Suralaya, "hhh para pembunuh ini tidak kunjung selesai memburu diriku, kumpulkan potongan tubuh mereka biar kubakar"teriak Ihsan, "prabhu mohon maaf tapi mereka banyak sekali, tidakkah ini mengerikan"ucap Riki, "dan kalau kita diam saja jasad mereka akan membusuk dan membuat wargaku jijik"ucap Ihsan, "aden, eh maaf, prabhu, saya menemukan nama anda di daftar buronan mereka, target prioritas tertinggi beserta tempat tinggal dan kelemahan"ucap Hani sembari membersihkan darah dari sana bersama para pembantu keraton Suralaya, "jadi begitu cara mereka bermain hah, baiklah, aku akan panggil para manager untuk ikut menjaga wilayah ini"ucap Ihsan, "bagaimana caranya mereka melakukannya saat mereka harus mengurus bisnis di wilayah masing-masing, itulah gunanya teknologi, kurasa kalau merekam saja akan membuat mereka mungkin akan tidak fokus dan tertidur, hmm mungkin aku bisa buat robot khusus agar mereka bisa menggunakan atmasena jarak jauh, kita sedang berpacu dengan orang-orang dalam roda waktu, dan kita akan memenangkannya"gumam Ihsan sembari menyeringai lebar saat mengetahui salah satu pembunuhnya dan segera menembakkan bholenath yang memancarkan kegelapan dari jarinya.