Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #9

Tamu

Jum'at 4 Januari 2013, keraton enam sisi sudah jadi dan pembangunan fasilitas terjadi sangat cepat di Jonggring Saloka, "kau, berkunjung kesini lagi ya Shafa, sendirian ya"tanya Ihsan yang terus mengaktifkan rajanetranya tanpa henti, "aku kabur dari rumah Ihsan, aku khawatir denganmu"ucap Shafa, "semuanya sudah mulai tertata kok, tenang saja, pak Anas, bagaimana regulasi sumber daya kita"tanya Ihsan yang terlihat kurang tidur, "semuanya aman prabhu, jumlah pasokan untuk lumbung makanan sudah aman, redistribusi juga berlangsung sangat cepat, kini kampung lain juga sudah bisa menerima jagatpati untuk pertukaran sumber daya setelah penyuluhan pembuatan bintang dan reaktor fusi nuklir yang kau lakukan waktu itu dan kita sekarang secara aktif sudah jadi pemasok utama bahan bakar bintang ini, sebagai gantinya kita mendapatkan banyak sekali sumber daya pokok seperti bahan beras, kain, kayu, dan juga obat-obatan"ucap Anas, "bagus, terimakasih pak, eh mana Fio dan Lina, mereka seharusnya menyambut tamu"ucap Ihsan, "kenapa sekarang kau memperlakukan diriku seolah aku orang yang sangat jauh Ihsan"tanya Shafa, "aku sudah bilang padamu Shafa, kalau tempat ini untuk administrasi, aku masih sibuk disini, kau tidak seharusnya langsung masuk begitu saja keruangan kerjaku"tegur Ihsan, "kamu terlihat stress sayang, apa yang terjadi"ucap Shafa, "tunggu aku diluar Shafa, aku masih harus mengecek beberapa hal, tunggu aku diluar, aku juga senang kau datang, baiklah pak Heru, kita sudah cukup dengan bahan yang kau minta, apakah kita bisa memulai pabrik senjatanya "ucap Ihsan, "segera prabhu"ucap Heru sementara Shafa pergi menuju taman dan duduk menunggu, "ayah benar, dia belum punya waktu untukku, ini masih terlalu dini bagiku untuk datang, taman disini sungguh indah ya"gumam Shafa ditaman dan bermain dengan kucing-kucing disana, "ajeng, kapan datang, waduh maaf ya aku baru datang, habis ngurus tamu, banyak banget, sekarang Fio yang mengurus mereka sendiri, aku diminta untuk menemuimu, engkau tidak apa-apa kan ajeng"ucap Lina, "tenang aja mbak, aku baik-baik saja kok, jam istirahat Ihsan kapan"ucap Shafa, "setelah dzuhur sampai ashar Ajeng, tapi karena hari ini jum'at ya setelah sholat jum'at, kau butuh apa Ajeng"ucap Lina, "aku dengar kabar Ihsan yang diburu para teroris, apakah itu benar"tanya Shafa, "itu benar ajeng, prabhu belum tidur semenjak pembukaan dan terus bekerja"ucap Lina, "sampai tidak bisa tidur ya"ucap Shafa dengan geram dan matanya yang mulai merah seperti darah, "ajeng, apa yang akan kau lakukan"ucap Lina, "aku keluar sebentar ya, mau bersih-bersih rumahku ini, kamu urus tamu ya Lina"ucap Shafa sembari melesat pergi penuh dengan amarah, "apa ini,tanahnya meleleh"pikir Lina sembari berusaha memadamkan lelehan tanah bekas tempat berdiri Shafa, sementara itu diangkasa, Shafa mengeluarkan kedua pedangnya dan mulai bermanuver mengelilingi keraton Suralaya dari tempat yang cukup jauh dan dia melihat beberapa vimana tempur mendekati keraton, saat itu juga api dipedangnya menyala dengan kuat dan Shafa menyerang vimana itu sendirian dan membelahnya dengan mudah namun hal yang tidak Shafa sadari bahwa vimana itu bom yang meledak tepat diwajahnya, namun Shafa bertahan tanpa banyak luka berarti dan bahkan mulai mengayunkan pedang berantainya dengan semakin cepat, tepat jam satu siang Shafa akhirnya selesai membersihkan banyak sekali pembunuh disekitar keraton dan pulang dengan penuh darah dan luka bakar, seketika Shafa akan pingsan Ihsan segera menangkapnya, "maaf Shafa, aku baru pulang dari sholat jum'at, kau telah melakukan banyak sekali kebaikan untukku, terimakasih ya"ucap Ihsan, "kenapa kau tidak membantu ajeng, prabhu"tanya Heru yang melayang disamping Ihsan, "aku tau mana yang bisa dia atasi mana yang tidak, dia akan selalu melindungiku, daripada kau mengkhawatirkan Shafa, lebih baik segera kumpulkan rongsokan vimana yang tersisa untuk kau jadikan persenjataan kita"ucap Ihsan, "apa dirimu melakukan ini setiap hari Ihsan, kenapa kamu tidak memberitahukan hal ini padaku, aku bisa sedikit membantumu"ucap Shafa, "terimakasih Shafa, tapi kau tidak bisa melakukan ini tiap hari, pulanglah rudrayani, ayahmu menunggu"ucap Ihsan, "kau harus tidur dulu Ihsan, katanya dirimu kurang tidur, setidaknya hari ini tidurlah, aku akan menjagamu"ucap Shafa dengan lembut, "baiklah, tolong jaga aku diajeng"ucap Ihsan sembari mulai menutup matanya dan kini berada dalam pelukan Shafa yang menaruh kepala Ihsan dalam pangkuannya ditaman, "kami baru selesai mengumpulkan rongsokan disini prabhu, eh sudah tidur, ooh ternyata, maafkan aku ajeng, eh kawan-kawan ayo segera kerja, sesuai perintah prabhu tadi kita akan segera membuat meriam tenaga surya yang akan kita pasang di wilayah keraton, tenang saja ini takkan lama, dan oiya kita akan makan sup eee apa namanya itu"ucap Heru, "sup buntut sapi pak Heru"ucap Fio yang baru saja datang membawakan bermangkuk-mangkuk sup, "mantap, daging sapi lagi, untung bukan makara lagi"ucap salah seorang pekerja, "oi, itu mahal loh, sehat pula"ucap Heru, "itulah masalahnya pak, perlu sedikit relaksasi, aku khawatir pada tim pemburu yang mencari makara setiap hari untuk makanan kita, seram ih"ucap karyawan tadi, "hhh bisa nggak berhenti mengeluh dan fokus makan aja grrr"kata Heru sedikit meninggikan nadanya, "pak, bisa agak pelan dikit, Ihsan lagi tidur, oh atau kau mau kujahit mulutnya"ucap Shafa dengan matanya yang menyala, "maaf"ucap Heru yang ketakutan, "udah Shafa, jangan mudah marah gitu, mereka sedang bercanda"ucap Ihsan dengan pelan, "baiklah Ihsan, maaf ya"ucap Shafa sembari kembali mengusap kepala Ihsan, "pasangan edan, hampir aja kenak jahit mulutku"pikir Heru sembari mencari mangkuk untuk makan ditaman.

Beberapa waktu kemudian disore hari seekor merak putih jantan datang mendekati Ihsan yang baru saja selesai disuapi oleh Shafa, "weeeh, lagi ngganggu nih, maaf Ihsan, ohiya ini ada surat untukmu dari maharaja"ucap Lintang yang baru saja turun dari meraknya sembari menyerahkan sebuah surat yang segera dibuka oleh Ihsan, "terimakasih mas Lintang, hmm, wilayah otonom Jonggring Saloka telah mengalami banyak sekali perubahan dan berkembang sangat cepat sebagai perkampungan dan berdasarkan beberapa permintaan wargamu sendiri kami menaikkan status wilayahmu menjadi desa, segera tunjuk beberapa orang pemimpin untuk memerintah kampung-kampung yang ada di desamu wahai pashupati, tertanda Yaksharajan"ucap Ihsan, "dapat promosi wilayah begitu ya, wajar sih ekspansi wilayahmu terlalu cepat, industri pembuatan bintang sebagai hak guna dan properti itu emang gila"ucap Lintang, "siapa yang mengajukan hal ini, apakah ini dirimu pak Riki"ucap Ihsan, "aku hanya melakukan survei saja, wilayah kita sudah meluas terlalu cepat sehingga pengurus wilayah disini jadi sangat banyak dan merasa perlu jembatan penghubung untuk menyampaikan keluh kesah mereka prabhu, ini salah satu pesan yang kuanggap mewakili, prabhu pashupati, mohon maaf atas kelancangan hamba tapi saya rasa prabhu perlu mempertimbangkan untuk merapikan ulang struktur disini karena sudah terlalu banyak petugas administrasi wilayah tingkat lakon dan pamong, untuk mempermudah kami tolong naiklah dari rama menjadi rakai wahai pashupati yang agung"baca Riki, "hah, baru berapa hari ini kok udah diminta jadi kepala desa aja, lagian lebay banget nulisnya, baiklah aku akan segera menyiapkan hmm memangnya ada bedanya buatku padahal aku suka gelar rama ini"ucap Ihsan, "bedalah Ihsan, gini ya, seorang lakon akan bertanggungjawab langsung atas warga dan hanya boleh melakukan perjanjian dan pertukaran dengan lakon lainnya dalam satu kepamongan biasanya kadang ditemui orang yang disebut grahapati kalau ternyata pertanggungjawaban wilayahnya terlalu luas tapi ini tidak resmi, seorang pamong akan bertanggungjawab atas para lakon dan hanya bisa melakukan kerjasama antar pamong dalam satu keramaan atau kampung, begitu juga seterusnya dimana rama bertanggungjawab pada rakai, rakai pada wedana, wedana pada Bhupati atau Adipati, sama aja, Bhupati akan bertanggungjawab pada Raja dan Raja akan bertanggungjawab pada maharaja yang didunia internasional disebut ishvara, nama akan berubah sesuai dengan wilayah masing-masing"ucap Lintang, "owh, bisa semakin luas ya kerjasamanya, hmm boleh juga, lah tapikan aku berdagang juga buat apa naik, lagian kita masih belum sekaya desa lain kalau jadi sebuah desa"ucap Ihsan, "ee prabhu, sebenarnya kita sudah mengelola sampai 76% kekayaan di wilayah desa ini, belum lagi kita akan membuat badan keamanan kita sendiri yang sepenuhnya terlepas dari prajasena, sebenarnya tingkat kemandirian kita bahkan lebih bagus dari kerajaan Mataram dulu"ucap Andre, "iya pak, hmm produksi obat-obatan sudah jalan!?, "tanya Ihsan, "eeee sebenarnya"ucap Andre terbata-bata, "masih kurang labnya pak"ucap Ihsan, "eee nggak kok prabhu"ucap Andre yang mulai berkeringat dingin, "kau terlalu fokus dengan suplemen otot lagi ya"ucap Ihsan, "eeee iya, tapi vitamin dan mineral sudah berbentuk tablet kok, pahit sih"ucap Andre, "pak Andre, ini bukan bisnis kailash, ini wilayah Jonggring Saloka, bisa tolong lebih memperhatikan kebutuhan warga disini agar mereka sehat"ucap Ihsan sambil menepuk-nepuk bahu Andre, "siap prabhu, saya kerja dulu ya"ucap Andre sembari kembali menuju laboratoriumnya, "kalau mau petik saja buah di laboratorium biar agak encer pikirannya"teriak Ihsan, "jadi kau akan terima tawaran ini Ihsan"tanya Lintang, "gimana pak Riki, sudah siap lembur lagi, aku kasih anggaran tambahan biar kau gak pake kaos sepakbola terus begitu ya"ucap Ihsan, "eeh katanya boleh pake sesuka hati, enak gini prabhu, sejuk"ucap Riki, "hahaha, biarin aja prabhu, dia beli banyak sekali jersey sepakbola itu, masih keinget timnya dulu, sekarang malah tambah banyak"ucap Anas, "oi, gausah kenceng-kenceng gitu pak Anas beh"ucap Riki, "eh Shafa, aku disuruh menyampaikan ini dari ayahmu"ucap Lintang memperlihatkan tulisan di gawainya, "balik!!, gitu doang kok pake penyampai pesan, lagian kau ngapain di Arunavati"tanya Ihsan yang tidak menyadari Shafa sudah mulai ketakutan, "aku pulang dulu ya Ihsan, jaga dirimu baik-baik"ucap Shafa sembari langsung mengemasi barangnya lalu berjalan menuju vimananya, "dia kabur, pesannya gak diangkat pula, kebetulan aku lagi mampir ke Garudapura untuk upacara pengangkatan jadi rshi, ada pak Akhmad kelihatan bingung mau kesini katanya, nah mumpung maharaja bilang akan menyampaikan surat padamu kusempatkan untuk menyampaikan pesan pada Shafa "ucap Lintang, "oh gitu, hati-hati ya Shafa, oh ini ternyata gawaiku dimatikan notifikasinya sama Shafa, wah banyak sekali pesannya, aku balas dulu lah, hmm mas Lintang, aku terima pengangkatan ini"ucap Ihsan, "kau juga jaga dirimu Ihsan"ucap Shafa sambil tersenyum tipis dan akhirnya pulang kerumahnya.

Lihat selengkapnya