Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #14

Persepsi yang Berbeda

Kerajaan Vijayadwipa 18 Januari 2013, "akhirnya aku bertemu denganmu pak Chrisjayanto,"ucap seorang lelaki tinggi besar di bandara, "bandara shantika cukup indah, tapi aku lebih ingin konfirmasi pasukan darimu pak Gede, anak itu, pashupati harus mati, oiya panggil Chris saja, Jayanto itu nama keluarga, "ucap seorang lelaki kekar bernama Chris, "baiklah, pak Chris, sebelumnya ayo kita masuk ke wilayah utama Vijayadwipa, bandara di Shantikadwipa akan terlalu berisik untuk berdiskusi,"ucap Gede sembari membimbing Chris menuju wilayah utama Vijayadwipam. Sesampainya di kantor Gede mereka berdua langsung mulai merencanakan penyerangan besar ke Jonggring Saloka, "..., jadi kita akan pakai akses wilayah pelabuhan dimana kita bisa mengirim sebanyak mungkin pasukan dengan deretan saubha vimana yang ada, "ucap Gede, "penjelasanmu itu cukup menarik, mobilisasi dalam jumlah besar ya, tapi lawan kita bukan hanya Ihsan, tapi Lintang juga, pemegang vel itu akan menggunakan seluruh kekuatannya untuk memusnahkan sebagian besar orang, ingat dia sudah sampai tingkat maharathi sebelas, sebentar lagi dia akan memasuki level yang sama dengan maharaja sendiri, dia akan menari-mari dengan velnya diatas mayat kita semua,"ucap Chris, "karena itu kita berkumpul disini, kita tau bahwa perbedaan level antar maharathi jauh lebih besar dari yang kita kira, jadi kita akan menyerangnya bersama dengan pasukan sebesar mungkin, kalau perlu kita bawa grup militer terkuat itu,"ucap Gede, "tidak, aku tidak mau menyewa grup maharshi, kalau sampai masalahnya berubah jadi masalah internasional akan runyam jadinya, menghindari Yaksharajan untuk bisa sampai disini saja sudah sangat sulit, apalagi kalau kita membawa seluruh dunia kesini, mereka memang kelompok yang kuat dan bisa menghancurkan negara-negara yang cukup kuat, tapi dibandingkan dengan negara seperti negara kita ini atau Panditanagara mereka bukan apa-apa, anggapan seorang athimarahathi itu setara dengan sebuah negara hanya akan berlaku untuk negara berkembang, bukan negara maju apalagi negara pemuncak dunia, aku sudah bawa cukup banyak jendral perang diseluruh Dharmasraya, kalau kita kobarkan perang di wilayah Jonggring Saloka mereka pasti hancur, "ucap Chris, "lalu kenapa kau sampai mengkhawatirkan Lintang tadi, kau terlalu banyak kekhawatiran pak Gede, lagipula negeri ini belum pernah sekuat ini sebelumnya, kenapa hal ini bisa terjadi sampai cengkraman kita akan kekuasaan seolah dicabut, "ucap Gede, "sepuluh tahun negara ini dipimpin dengan sangat damai oleh Suryani, cara-cara halusnya untuk mengatasi masalah membuat negeri ini jauh lebih stabil, kini pintu persaingan dibuka lebar oleh Yaksharajan, orang kejam itu menghancurkan tatanan yang sudah rapi dengan membunuh sebagian besar pengusaha besar yang jadi pejabat, tahun lalu kita lihat sendiri bagaimana caranya mengobarkan perang dengan seluruh orang yang mau mengkhianati Sahasradwipa dan meninggalkan kekosongan besar di negara sekaya ini, perang sipil yang dia kobarkan selama setahun semenjak pelantikannya membuat bocah barbar seperti Ihsan memperluas jangkauan bisnisnya keseluruh Dunia dan kalau dibiarkan terlalu lama dia juga akan menginjak-injak kita semua, dia harus kita hentikan sekarang juga, dialah dewa kekacauan dan kehancuran, Bhairava itu sendiri, sekarang atau tidak selamanya, "ucap Chris sembari terus menyusun serangan mereka semua ke Jonggring Saloka.

Sementara itu di pinggiran Jonggring Saloka, "apa ini prabhu!!, kau dicap sebagai pengacau perdagangan oleh media, mereka keterlaluan, dengan ini para pejabat juga akan mulai kehilangan kepercayaan padamu, kalau negara menganggapmu penjahat seperti ini maka mereka tidak akan membantumu sedikitpun, dasar kejam, kenapa pakai cara seperti ini bahkan beberapa orang dari mereka memanggilmu Bhairava,"ucap Anas dengan geram, "waaah nama perang yang bagus, itu terdengar lebih seram dari Rudra hahaha, dewa kekacauan Bhairava, aku suka, "ucap Ihsan sembari bermain dengan kucingnya, "apa engkau tidak menyadari kalau itu bukan pujian prabhu, "tanya Anas, "gimana lagi pak, itu cuma masalah perspektif saja, kalau aku suka yasudah kan gak masalah yang penting kita bersiap untuk tantangan selanjutnya,"ucap Ihsan sembari mempersiapkan senjata-senjatanya, "tunggu prabhu, aku baru ingat kau punya khatvanga, kenapa kau jarang memakainya dalam pertempuran,"tanya Anas, "aku masih mencoba menyesuaikan dengan efeknya, manipulasi ukuran, berat, kekerasan, ditambah lagi dengan manipulasi elemen, ini senjata yang cukup rumit untuk masuk ke gaya bertarungku, beda dengan trisula yang hanya akan mengoptimalkan serangan apapun yang kutanamkan padanya, apa yang dipikirkan Shafa saat memberikan ini padaku ya, "ucap Ihsan dengan penasaran, "pemberian adalah bagaimana cara orang yang memberi melihatmu prabhu, ajeng Shafa tidak melihatmu sama dengan aden Yusuf, dulu aden Yusuf memberikan trisula padamu saat engkau masih anak kecil yang sangat simpel dalam berpikir, ajeng Shafa melihatmu sebagai sosok yang sulit dipahami jalan pikirannya dan akan melakukan apapun untuk maju, itulah alasan pemberian aden Yusuf adalah trisula yang sangat praktis sedangkan ajeng Shafa memberimu khatvanga yang punya banyak sekali mekanisme unik didalamnya, kami memberiknmu rudra kavacha yang sunyi karena keinginanmu tapi disisi lain suara panahmu saat berbenturan dengan musuh sudah seperti bencana,"ucap Anas, "perspektif ya, jadi begitulah cara musuh melihatku, seorang pengacau dan penghancur bagi mereka sedangkan kalian menganggapku sebagai pemimpin dan penyelamat kalian, selama ada orang yang mencintai kita selalu akan ada yang membenci kita, aku terima semua penghormatan dan kebencian itu, aku menyukainya, "ucap Ihsan sembari beranjak pergi membawa khatvanga untuk pertama kalinya ke medan tempur dan begitu dia keluar dari vimana tempurnya dia langsung merasakan ribuan musuh yang sudah memojokkannya, untuk pertama kalinya Ihsan hanya menggunakan khatvanga dimedan tempur dan mulai memanjangkannya dan menghantam vimana musuh dengan kekuatan besar, ketiga matanya bersinar terang karena aktivasi penuh rajanetra, saat itu juga sebuah tombak mencincang musuh, "oi Ihsan, baru keluar juga dirimu, "tanya Lintang yang sedari tadi sudah bertarung, "hei mas Lintang, iyanih baru selesai berbincang, kayaknya kita gak akan dibantu oleh maharaja nih, aku sudah mendapatkan citra buruk dimedia,"ucap Ihsan sambil mulai mengayunkan khatvanga yang dibuatnya sangat panjang itu untuk membasmi musuh, "boikot media rupanya, musuh kita memang ahli, sekarang Jonggring Saloka sudah diisolasi, aku bisa bertempur dengan kekuatan penuhku, "ucap Lintang sembari mulai menyerap tenaga yogi yang luar biasa dari sekitar tubuhnya dan mulai munghujani musuh dengan halilintar dan laser air dan juga kayu-kayu yang mulai tumbuh, "kekuatan yang luar biasa mas, aku ingin mempelajarinya juga,"ucap Ihsan pada Lintang yang seluruh tubuhnya berselimut energi yogi yang membuat semua hal bertumbuh lebih cepat sehingga siapapun yang disentuhnya akan membusuk, "woi nak, kau tidak perlu sampai menggunakan semua hal ini, bukanlah ini terlalu berlebihan untuk musuhmu yang saat ini, tenaga kosmik bisa mengering kalau kau serap semua seperti ini, "ucap Ine, "maaf bunda, kau harus terbiasa melihatku seperti ini lagipula seorang yogi yang sempurna akan memancarkan jauh lebih banyak energi lagi karena resonansi yang semakin kuat dengan alam justru dia akan semakin kuat karena resonansi ini, tenang saja bunda tidak akan kering kekuatan Tuhan saat kuminta berapapun karena Dia akan punya kekuatan yang jauh melampaui semua konsep yang kita pikirkan,"ucap Lintang dengan penuh semangat sembari mulai mengobrak-abrik musuh dengan tombaknya.

Lihat selengkapnya