Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #15

Pusat Badai

Pelabuhan tanjung wangi 19 Januari 2013, "akhirnya kita sampai juga, oi pak Arnu, kau dan skuadmu sudah siap untuk menghadapi Ihsan kan, kita akan segera menuju Jonggring Saloka,"ucap Chris, "kami siap saja pak,"ucap Arnu, "bagaimana tim milikmu Gede,"tanya Chris, "aman aja pak, kami siap daritadi, iyakan Jerry,"ucap Gede sembari turun dari saubha vimana dengan puluhan pembunuh dibelakangnya, "panggil kami dengan nama kebanggaan kami pak Gede atau kami juga akan mengincarmu,"ucap Jerry, "baiklah tim balaraja, aku mempercayai kalian,"ucap Gede diikuti anggukan dari Jerry dan teman-temannya yang sangat banyak, diikuti oleh pasukan raksasa dibelakang mereka yang akhirnya segera melesat menuju Jonggring Saloka dengan wahana mereka masing-masing, dua ekor lembu nandini yang ditunggangi Chris dan Gede terbang didepan diikuti dengan pasukan penunggang gajah dan pasukan berkuda lalu para penunggang kencana dan diakhiri dengan para rakshasa yang mengerikan, kota Tirtawangi hari itu terasa sangat mencekam dengan kedatangan pasukan dari pelabuhan tanjung wangi, begitu mereka mengudara di kota yang penuh hutan itu badai segera turun bersahut-sahutan diikuti dengan pekikan penuh amarah dari para pebisnis lawas di seluruh Sahasradwipa, "ini akan jadi pembantaian pak Gede,"ucap Chris, "kau jangan salah pak Chris, target kita hanya dua, Ihsan sang Bhairava dan Lintang sang Skanda, itu sudah lebih dari cukup, kita akan atasi Yusuf nanti, dia terlalu dicintai para pemotor kota Ngalam yang sangat barbar tapi kalau pilar utamanya tumbang semua akan menyusul, "ucap Gede, mereka mengudara dengan cepat menuju Jonggring Saloka.

Sementara itu di Jonggring Saloka badai mulai menderu dengan sangat kuat disekitar keraton Suralaya, "prabhu pashupati, desa kita mendapatkan pengakuan untuk menjadi wilayah distrik, engkau akan segera menjadi Wedana setelah ini,"ucap Riki, "pas sekali, mereka sedang bergerak juga kan, nampaknya ini akal-akalan agar tak ada wedana yang melindungi kita, bagus sekali, aku juga sudah lama tidak mau berurusan dengan wedana goblok itu, dia hanya akan menggangguku bertarung hahaha, apa senjata itu sudah jadi,"kata Ihsan yang menyeringai kegirangan, sifat haus darahnya sudah mulai keluar lagi, "bajra sudah siap prabhu, ini takkan sekuat yang kau mau tapi seginilah batas kemampuan kami,"ucap Heru sembari menyerahkan bungkusan berisi senjata perang dengan dua ujung yang seperti kuncup bunga lalu Ihsan mengambilnya dan menggigitnya dengan keras lalu mengalirkan energinya dangan sangat kuat ke senjata itu sampai menyala dan dia genggam khatvanga ditangan kirinya dan trisula penghancurnya ditangan kanannya kemudian Ihsan berjalan keluar diikuti ketujuh pengikut setianya untuk menemui Lintang dan keempat komandan lain yang mengikutinya dan sudah menunggu didepan keraton Suralaya, "kau sudah tau tentang serangan yang akan terjadi kan mas Lintang,"tanya Ihsan, "semenjak dua hari yang lalu laporan dari para manager wilayah kita sudah membombardir gawaiku, apa kau tidak merasa terganggu dengan itu Ihsan,"kata Lintang, "suara yang indah,"ucap Ihsan, "dengan ini seluruh Sahasradwipa akan memasuki fase baru, persaingan menuju puncak yang baru akan terjadi begitu para pemuncak rantai makanan tua ini mati,"pikir Ihsan saat vasuki miliknya mengecil dan melingkar dilehernya disusul oleh lembu nandinya yang muncul dalam ukuran kecilnya agar Ihsan bisa menungganginya, "terimakasih kuncoro, santoso, kita akan menumpahkan banyak darah kotor lagi hari ini, "ucap Ihsan pada kedua binatang tempurnya itu sembari menaiki lembunya yang perkasa dan menyeringai penuh semangat, "bersiaplah wahai ekadasha rudra, ibu, Rasha,"teriak Lintang selaku panglima dari kesebelas orang penerima rudra kacavacha sebagai penyerang utama waktu itu yang juga dibersamai ibunya dan kekasihnya, "kenapa kita tidak dipimpin prabhu pashupati untuk peperangan ini,"tanya Aldo sembari menyiapkan kedua pedangnya, "kau akan melihatnya nanti pak Aldo, betapa menakjubkannya aden Lintang saat memimpin sebuah pasukan,"ucap Andre yang menaiki kuda perangnya dan mengasah kedua parangnya, "prabhu memberikanku trisula buatannya sendiri dengan pecahan kekuatan dari trisula miliknya yang sudah bertahun-tahun lamanya dia asah dengan berbagai pertempuran, yang setiap hari beresonansi dan berkembang bersamanya, apa aku pantas menerima hal ini, ah ini bukan masalah aku pantas atau tidak, prabhu sudah memberikanku ini, aku harus menggunakannya sebaik mungkin,"pikir Anas dengan serius sembari mulai mengalirkan energinya pada trisula barunya yang seketika menyala dengan sangat kuat dan mengisi tenaga Anas sampai mata Anas turut menyala, "jadi ini percikan kekuatanmu prabhu, rasanya seperti ribuan bintang berada ditanganku,"pikir Anas yang seluruh tubuhnya dan wahananya berselimut energi, tak lama kemudian ketiga belas komandan itu memanggil akshauhini mereka dan menjadi pemandangan yang luar biasa bagi para warga yang melihatnya, tiga belas macam pasukan bersatu dibawah komando Lintang dan bergerak dibelakang paravani miliknya dengan sangat cepat untuk melindungi keraton Suralaya dari ancaman. Pukul 12.00 badai semakin bergulung, wajar saja ribuan airavata sudah mengepung Jonggring Saloka, mereka turun bersama ribuan kuda badava yang diselimuti api, "Ihsan tau apa yang harus kau lakukan bukan?, "ucap Lintang, "aku tau betul itu mas, HAHAHA!!!," teriak Ihsan sembari melesat kedepan diatas lembunya dan menerjang musuh dengan bahagia, bersamaan dengan itu para pasukan kalasena miliknya turut menyerang seperti hewan buas yang melihat mangsa, ketika itu Ihsan melompat dari lembu perangnya dan membuat banyak sekali atmasena yang membombardir musuh dengan laser bholenath, begitu melihat bholenath ditembakkan Lintang segera melesat bersama kesebelas komandan lainnya untuk mengobrak-abrik musuh secepat mungkin, Lintang segera mengobarkan ujung tombak adi velnya dengan api dan menebas musuh dengan sangat kuat sampai mereka yang terkena tebasan itu hangus tanpa sisa sambil menghujani musuh dengan meteor yang membara dengan jurusnya lalu menghujani musuh dengan lembingnya, saat itulah Bowo yang perkasa menerjang bersama kerbaunya yang bisa semakin kuat semakin banyak membunuh, dan dengan gada ditangannya Bowo melemparkan pasukan musuh kembali ke tenggah pertempuran dimana Ihsan menari-nari bahagia ditengah badai dengan trisula dan khatvanga dikedua tangannya yang dia panjangkan untuk menghancurkan sebanyak mungkin musuh, memanfaatkan kesempatan ini Damar melesat dengan zirah barunya yang sunyi dan memegang chandrahasa ditangannya dia membelah pasukan musuh yang ada didepannya diikuti oleh Rasha yang melesat dengan cepat untuk mengeksekusi pasukan musuh yang masih kebingungan dengan gempuran mengerikan dari pasukan musuh yang sangat buas, "kau tidak mau menembakkan trisulamu sekarang pak Anas, dia akan kembali ketanganmu loh nanti,"ucap Ine sembari menghujani musuh dari atas badaknya, "baiklah, aku akan mencobanya nyai,"ucap Anas dari atas kuda perangnya dan segera setelah itu Anas melepaskan tombak bermata tiga itu sekuat tenaga dan seketika itu juga badai terpancar darinya lalu trisula Anas melepaskan panas yang luar biasa mengerikan yang menghancurkan apapun dilintasannya dan kemudian trisula tadi meledak dan hancur berkeping-keping membuat dentuman api yang sangat kuat diangkasa, "apa yang kulakukan, aku menghancurkannya berkeping-keping, shashtra pemberian prabhu pashupati hancur begitu saja,"teriak Anas, namun tanpa dia duga serpihan pusaka itu justru bersinar dengan sangat terang diangkasa dan berputar-putar menghabisi musuh yang ketika mengenai musuh segera membakar mereka, saat itulah Anas menyadari kalau pusakanya tidak hancur melainkan hanya berubah bentuk saja menjadi pasir putih yang bersinar layaknya bintang dan terus menerus menyebar dengan ganas kearah musuh, melihat hal itu Anas membuka tangannya guna memanggil kembali trisulanya dan benar saja pasir-pasir tadi beterbangan kembali ketangan Anas dan membentuk sebuah trisula yang kembali utuh, "senjata macam apa ini prabhu,"pikir Anas dengan takjub, sementara itu Ihsan yang bertarung didepan mulai memotong-motong musuh dengan anginnya yang sangat tajam, "akhirnya kau menggunakannya pak Anas,"pikir Ihsan yang semakin gembira dan memanggil kembali trisula miliknya sendiri dan dengan cepat membuat getaran yang sangat kuat diangkasa seolah memberikan sinyal pada Anas bahwa dirinya gembira sambil menghempaskan musuh dengan trisula miliknya yang sangat kuat Ihsan menunjukkan wajahnya yang tersenyum manis pada Anas.

Lihat selengkapnya