Minggu 20 januari 2013, sore hari tepat seusai pertempuran, para pejuang sudah kelelahan bersamaan dan bersamaan dengan dipaksanya pak Gede untuk membakar dirinya sendiri oleh Ihsan dan Shafa pasukan musuh sudah mulai mundur meski sebagian besar telah mati dalam pertempuran, langit mulai memerah karena kilatan pertempuran, "Ihsan, ayo kita turun, kau sudah lelah,"ucap Shafa dengan lembut, "baiklah Shafa, ayo kita turun,"ucap Ihsan sembari mulai turun dari angkasa bersama para pejuang lainnya, "pelan-pelan Ihsan, jangan sampai kamu menghancurkan rumahmu sendiri sayang,"ucap Shafa sambil menuntun Ihsan perlahan meski masih sedikit menimbulkan retakan disana, "maafkan aku Shafa, kontrol energiku masih sangat buruk, aku perlu waktu sampai diriku benar-benar stabil, apa dirimu terluka,"tanya Ihsan sembari menenangkan dirinya, "aku tak apa kok,"ucap Shafa yang tangannya mulai terbakar dan masih memulihkan diri, "sakit sekali rasanya memegang tanganmu Ihsan, aku masih selemah itu kah?,"pikir Shafa sambil melihat telapak tangannya yang sedikit terkoyak, "berhentilah berbohong padaku Shafa, bahkan jika kau pikir itu menyakitkan katakan saja yang sejujurnya padaku, telapak tanganmu masih terkoyak,"ucap Ihsan sembari mengambil air untuk wudhu, "maaf Ihsan, tapi bukankah bagi kita tangan yang terluka adalah hal yang biasa, aku masih sanggup menahannya kok,"balas Shafa dengan senyuman manis diwajahnya, "hhhh baiklah, aku bisa memakluminya, maafkan aku juga ya,"ucap Ihsan yang diikuti anggukan dari Shafa, "kau memang perlu untuk lebih mengendalikan energimu itu Ihsan, jangan sampai hal seperti ini terus terjadi, aku siap membantu kok,"ucap Yusuf, "baik Yusuf, tolong ya,"ucap Ihsan, "percuma aja Suf kalau energimu tak sebesar Ihsan, kau masih perlu zirahmu dan kundalini mahamantra level enam untuk mengimbangi Ihsan, kalau Ihsan tak pakai rajanetranya saja kau masih perlu pakai kundalini mahamantra level enam meski sekarang tak perlu zirah viranci model 46 itu, aku yang akan membantunya,"ucap Lintang, "kau tidak akan sempat melakukannya mas, bukankah dirimu sebentar lagi akan dilantik menjadi Rshi, jum'at besok lebih tepatnya,"ucap Ihsan, "ahh benar juga, senarshi ya, mau bagaimana lagi kalau begitu, Yusuf tolong bantu dia ya,"ucap Lintang, "hhh dasar, padahal gak tua-tua amat tapi dah pikun,"gerutu Yusuf, "kau memang menyebalkan dari dulu Suf, sini kau,"ucap Lintang dengan geram sembari memegangi lengan Yusuf, "oi oi oi mas, heheh, jangan marah dulu,"ucap Yusuf yang mulai dihajar oleh Lintang, "para penyerang kita adalah para pebisnis besar dari Dharmasraya dan Vijayadwipa, dengan menghabisi sebagian besar dari mereka apa yang akan terjadi dengan perdagangan internasional kita,"ucap Ihsan yang seketika membuat Yusuf dan Lintang terdiam, "kau benar juga, Vijayadwipa adalah tempat rekreasi paling ramai di Dunia dan juga ada Dharmasraya adalah poros dagang rempah-rempah negeri ini, gimana ini mas Lintang,"tanya Yusuf, "entahlah, aku belum memikirkan sejauh itu, agresi para pedagang ini ternyata berbahaya juga, hubungan dagang negeri ini rusak karena hal itu, apalagi kontrol dua orang itu sangat besar pada jalur perdagangan internasional, kini tinggal grup bisnis kita saja yang cukup besar untuk bersaing di dunia internasional, palingan hanya hasil alam dari kerajaan-kerajaan di gugusan Borneo yang bisa bersaing, tapi tanpa pedagang besar produk dari negeri kita akan kehilangan banyak nama terkenal,"ucap Lintang, "mau gimana lagi, kalianlah yang harus menggantikan peran mereka di kancah Dunia bersama grup-grup bisnis lain yang masih merintis,"ucap Rasha, "kalau bisa kalian lebih fokus ke jalur dagang dengan Panditanagara, selain karena salah satu saudara kalian ada disana, sekarang muncul isu-isu yang tidak menyenangkan darisana,"ucap Bowo, "apa!?, isu macam apa,"tanya Lintang sembari mengepalkan tinjunya, "kamu tidak mengetahuinya Lintang!?, ada isu kudeta disana, kupikir dirimu sudah tau karena ada dagangan besar disana,"ucap Bowo, "sssshhh,"bisik Lintang sembari mengangkat satu jarinya kemulut, "kudeta ya!?, menarik,"ucap Ihsan, "gak ada apa-apa kok Ihsan, semua baik-baik saja,"ucap Lintang, "udah mas Lintang, gausah ditutupi lagi, iya Ihsan memang terjadi gejolak disana, mungkin bisa sampai menjadi agresi militer, tapi mas Lintang buat merahasiakan ini darimu, termasuk pada para karyawan,"ucap Yusuf, "hoi Yusuf, kau ini apa-apaan sih, udah kubilang jangan beritahu Ihsan dulu, kita atasi ini dengan cara damai dulu,"ucap Lintang, saat itu Ihsan terlihat mengecek sesuatu, "mau lihat apa Ihsan,"tanya Rasha, "persebaran rempah di Dharmasraya,"ucap Ihsan, "hah untuk apa Ihsan,"tanya Lintang, "kita perlu mengurus pedagang disana yang kehilangan sumber pendapatan utama mereka dan membimbing mereka, gimana menurutmu Suf,"tanya Ihsan, "itu hal yang cukup menarik Ihsan, mau sekalian disiapkan jalur khusus ke negeri saudara kita kah,"tanya Yusuf, "itu boleh saja Yusuf,"ucap Ihsan, "hei, apa yang kalian berdua rencanakan, Ihsan, Yusuf,"tanya Lintang, "perdamaian akan terwujud dengan kekuatan,"ucap Yusuf, "hanya berniat membantu mas Steve saja, sekalian membuka seluruh potensi usaha kita,"ucap Ihsan, "jangan main-main dengan masalah negeri orang, kalian tidak tau bahayanya jika sampai seluruh dunia bergabung, kalian bisa menyulut dharmayudha keempat,"ucap Lintang, "Ihsan, jangan lakukan hal berbahaya itu, kamu akan berhadapan dengan salah satu dari dua kekuatan besar sebuah negara,"ucap Shafa, "bukankah dirimu percaya padaku Shafa, aku takkan gegabah menyerang sebuah negara tanpa persiapan, memangnya siapa saja yang berkonflik disini,"ucap Ihsan, "aku salah bicara nampaknya,"bisik Bowo, "kau mengacaukan semua hal tentang negosiasi ini Bowo, Ihsan sekarang sudah tau, ini takkan berakhir baik,"bisik Lintang dengan keringat dingin sementara Ihsan tersenyum meski penuh dengan amarah, "aku takkan biarkan seorangpun mengusik para pekerjaku yang setia, mereka juga rakyatku, akan kuhabisi mereka semua yang mengancam nyawa mereka,"pikir Ihsan, "jadi Ihsan, berdasarkan data yang kudapatkan dari cabang kita disana, konflik ini dipisahkan antara dua kubu, pihak devaraja Salman dan pihak revolusioner, kasus monopoli lahan oleh kalangan pemerintah bersama para pebisnis besar dan juga pihak pemberontak yang terdiri dari para peternak, nelayan, petani, buruh dan pedagang lokal, pihak kita hanya bisa mediasi tapi sebagian dari karyawan kita disana berada dipihak pemberontak meski sebagian besar masih netral dibawah pimpinan mas Steve yang sedang mengusahakan negosiasi,"ucap Yusuf, "kau jangan berpikir yang aneh-aneh Ihsan!!!, ini konflik dengan skala negara, beda dengan para pedagang yang kita hadapi barusan, ada pemerintah dan masyarakat yang marah disini, kau jangan ambil bagian juga dalam kerusuhan,"tegur Lintang, "aku juga harus bertanggungjawab atas kehancuran jalur dagang dari Panditanagara dan kita yang berpusat dari Dharmasraya, Riki, kita perbaiki dan rapikan administrasi dulu, oiya Anas, keperluan pangan adalah yang paling krusial disini, jadi bapak akan kulatih dulu sebelum menggantikan posisi selama saya melakukan kunjungan ke Panditanagara,"ucap Ihsan yang mulai menunjukkan amarahnya, "baik prabhu,"ucap Anas dan Riki bersamaan, "mas Lintang, engkau tetap perlu usahakan perdamaian tapi kalau semisal pecah konflik, maafkan aku, dengan posisimu sebagai senarshi saat ini engkau takkan bisa bergabung untuk menghabisi seorang Ishvara bersama diriku, Yusuf dan mas Steve, segala bentuk kesalahan harus dibalas dengan setimpal,"ucap Ihsan, "KAU BERENCANA UNTUK MENGKUDETA SEBUAH NEGARA IHSAN!!?, SADARKAH DIRIMU KALAU TINDAKANMU INI AKAN MEMBAWA MASALAH,"teriak Lintang, "Ihsan itu, sudah kuduga dia akan melakukan ini,"bisik Damar, "ada alasan kenapa mendiang maharani Suryanisukma memberikannya gelar perang rudra,"balas Ine, "ini memang akan membawa masalah nantinya mas, aku siap menanggungnya, tapi aku tak sanggup membayangkan seorang nelayan melawan prajurit dengan jalanya, aku tak sanggup melihat seorang petani menghadapi vimana tempur dengan traktor, aku tak bisa membiarkan seorang peternak melawan trisula dengan garpu rumput, mereka adalah manusia yang hanya ingin bermanfaat, mereka hanya ingin hidup dan menghidupi orang lain, akan kuseimbangkan saja papan pertempurannya, kita lihat bagaimana cara bangsawan bertahan tanpa rakyatnya yang dia tindas selama ini, lihatlah apakah artaguna mereka akan berguna sebanyak orang yang mengabdikan hidupnya untuk mencari makan dengan cara halal, Yusuf lepaskan jalur dagang persenjataanmu dengan negara mereka, kita akan bantu para pahlawan keluarga yang disakiti itu,"ucap Ihsan, "Ihsan, dengarkan aku, aku paham perasaanmu, tapi kau yakin konflik ini takkan semakin parah, apa kau yakin bahwa dirimu sanggup menanggung beban fitnah yang akan diberikan padamu, "ucap Lintang yang mulai sedih, "tolong urus amanahmu pada negara ini dengan baik mas Lintang, aku tau resikonya, kau mungkin akan mengangkat senjata melawan kami kan sebagai aliansi sang devaraja, karena itu aku juga akan mempersiapkan tempatku untuk kembali nanti apabila diriku dianggap penjahat,"ucap Ihsan, "Ihsan, ingatlah saat kita masih belajar dulu, kau masihlah adikku yang manis, aku tak mau mengangkat velku melawanmu, tapi kalau yang memerintahkanku adalah negaraku sendiri aku harus melakukannya Ihsan, tolong pahami perasaanku Ihsan,"ucap Lintang, "aku paham itu mas Lintang, maafkan aku karena membuatmu terlibat banyak pergolakan dihatimu,"ucap Ihsan, "andai saja aku bukan rshi aku juga akan mengikutimu Ihsan, Yusuf, tapi aku tak bisa saat ini, kenapa kau masih nakal sekali sih Ihsan, Yusuf, aku yakin kalau Alim ada disini dia juga akan mengangkat chakranya setelah mendengar hal ini, kalian bertiga kenapa nakal sekali sih,"ucap Lintang yang tersungkur menangis, "kau tak perlu kuatir mas Lintang, kita hanya menegakkan keadilan,"ucap Yusuf, "kita sedang memusnahkan keburukan dari Dunia, aku akan berusaha sebaik mungkin agar resikonya tak terlalu besar, supaya engkau bisa tenang mengurus militer negara mas,"ucap Ihsan, "jaga dirimu Ihsan, Yusuf, aku takkan bisa menjagamu kali ini,"ucap Lintang sembari terisak menangis, "ada mas Steve kok,"ucap Yusuf, "mas Lintang, maaf,"ucap Ihsan sembari menundukkan pandangannya.
Malam harinya di keraton Suralaya, Lintang sedang merenung didepan kolam menyaksikan wajah kosongnya yang terpantul disana sambil memberi makan ikan-ikan disana, "tak ada diskriminasi disini Lintang, hukum ditegakkan dengan adil, adikmu juga adalah raja yang baik, apa kau akan menyangkal itu,"tanya Rasha sambil menghampiri Lintang yang tak bersuara apapun dan hanya mengangguk tak bersuara sembari mulai mencari tiang untuk kepalanya bersandar, melihat hal itu Rasha segera duduk disebelah Lintang dan memposisikan kepala Lintang dibahunya, tanpa sadar Lintang mulai meneteskan air mata, "terimakasih,"ucap Lintang yang terus meneteskan air matanya, "diriku baru tau engkau bisa menangis juga wahai devasenapati, tapi itu wajar, engkau manusia dan ini bukan medan perang dimana engkau harus menunjukkan seluruh kekuatanmu, tak apa sayang tidurlah, kau pasti capek, kau belum tidur dan harus mendengarkan semua hal itu, pejamkan dulu matamu, tenangkan dirimu,"ucap Rasha sembari mengelus perlahan pipi Lintang dan memposisikan kepalanya dipangkuannya, "terimakasih Rasha,"ucap Lintang sembari berusaha memejamkan matanya dipangkuan Rasha, belum sempat Lintang tidur beberapa utusan kerajaan datang kesana membawa sebuah surat, "hai pak, ada apa ini, kalian ingin mempercepat kenaikanku menjadi rshi kah,"ucap Lintang lirih sembari mengangkat kepalanya dari pangkuan Rasha, "kami mencari-cari dirimu dengan maksud menyerahkan surat ini tuan devasenapati Lintang,"ucap salah seorang kurir kerajaan itu yang berisi gulungan kecil yang berisi sebuah surat dari sang maharaja yang diserahkan oleh Lintang kepada Rasha yang segera membacanya sembari kembali mengambil posisi dipangkuan Rasha untuk tidur, "dengan semua pencapaian yang kau lakukan untuk menjadi panglima utama untuk melakukan perlawanan menghadapi kekuatan setara dengan negara kecil, gelar maharathi sudah tak sanggup menampung besarnya namamu wahai devasenapati, kini diriku seorang yaksharajan telah memberikan dirimu pengakuan sebagai seorang yang setara denganku sebagai seorang atimaharathi, tertanda yaksharajan Arya, nampaknya engkau telah menjadi seorang yang memiliki gelar yang sama dengan maharaja kita ya Lintang,"jelas Rasha, namun Lintang sudah tertidur lelap dipangkuannya, "nampaknya dia sudah sangat lelah, wajar saja sih, aku sendiri takkan sanggup bertempur seharian penuh tanpa jeda sepertinya,"ucap kurir tadi, "maafkan dia ya pak, mungkin dia sedang stress karena saudara-saudaranya yang nakal, terimakasih atas usahanya, ini untukmu, gunakan dengan baik,"ucap Rasha sembari mengambil mencabut salah satu permata kaustubamani yang menggantung menghiasi pinggulnya seperti bintang menghiasi langit dan menyerahkannya pada kurir tadi, "terimakasih banyak nona, saya pergi dulu,"ucap kurir tadi sembari beranjak pergi, "sesuai permintaanmu Lintang, aku menyerahkan permata itu untuk memberikan kebahagiaan bagi orang yang menjalankan tugasnya sebaik mungkin, kini tidurlah yang nyenyak sayang,"gumam Rasha sembari mengelus pipi Lintang yang tertidur lelap dipangkuannya malam itu.