Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #29

Warmonger

Senin, 4 Februari 2013, Ihsan baru saja mencapai perkotaan Madyadwipa, "ah telat sebelas menit, 00.11 baru sampai disini,"ucap Ihsan, "kau gila prabhu, kau belum beristirahat sama sekali,"ucap Amra, "kau kan sudah kubilang untuk beristirahat, lagipula aku ada banyak atmasena untuk berlatih atau mungkin tidur,"ucap Ihsan sambil merapal mudra, "apa yang akan kau lakukan prabhu,"ucap Amra yang melihat Ihsan mulai merapal mudra dan mengaktifkan jauh lebih banyak energinya, "kau tidak melihatnya kah ..., oh Tuhan berikanlah aku kekuatan untuk merasakan belas kasihmu pada Dunia ini,"ucap Ihsan sembari mengaktifkan atmasena yang sangat banyak dan mulai menyebar ke seluruh penjuru Dunia, "orang ini melakukan aktivasi penuh atmasena, mudra dan mantra penuh ya,"pikir Amra sembari melihat Ihsan mulai bersila ditebing itu dan menenangkan dirinya untuk memulai meditasi, "pak Amra, aku sudah mencari sekutu dengan menyebar atmasena milikku, kalau dirimu ingin mencari anggota yang lebih cocok silahkan ikuti salah satu dari mereka, aku ingin melatih kemampuanku untuk menggunakan tenaga yogi milikku,"kata Ihsan sembari tersenyum tipis dan memulai meditasinya, "baiklah prabhu,"ucap Amra sembari pergi dari situ, "anak ini sangat menakjubkan, aku merasakan aman dan takut disaat yang bersamaan didekatnya,"pikir Amra sembari menuju perkotaan.

Fajar akhirnya menyingsing di istana negara Panditanagara, memperlihatkan dua ksatria yang mulai membuka matanya, "sudah pagi ya, sudah lama sekali diriku tak membuka mataku di negeri ini,"ucap Rizal sambil berdiri tenang menuju sebuah peti logam yang samar-samar menunjukkan sebuah tubuh yang sedang dibaringkan disana, "oi mas Rizal, perintah dari tuan Gifar sudah jelas, kita akan membantu devaraja dengan imbalan potongan kekuatan rahu dan ketu, kenapa malah kau tukarkan dengan stok logam pritvitaka disini,"ucap Yasha yang juga baru terbangun, "tch, Panditanagara adalah pusat perdagangan logam langka, ini kesempatan yang sangat bagus untuk membuat pasukan terbaik kita, senjata terkuat kita, lagipula kita bisa mendapatkan rahu dan ketu nanti seusai drama pemberontakan ini selesai,"balas Rizal, "maksudmu kau akan mengkhianati devaraja untuk itu,"ucap Yasha, "diriku sana sekali tidak berencana untuk mengalahkan dia, persaingan kita sudah selesai daridulu, bersamaan dengan duduknya temanku itu di singasana ini, aku sudah tidak punya urusan lagi dengan takhta disini, aku punya jalanku sendiri, daripada itu aku lebih suka melakukan kesepakatan dagang,"ucap Rizal sembari membuka peti tadi yang berisi robot humanoid dari pritvitaka yang mulai aktif, "hmm jadi juga robot itu, kau terlalu banyak fokus kepada teknologi daripada melatih dirimu sendiri Rizal, apa kau tidak percaya dengan potensi besar yang dimiliki manusia,"ucap Yasha, "aku percaya itu Yasha, tapi masalahnya adalah kita tidak tau maksud dari kesempurnaan itu, kita sedang berusaha mencapainya dikehidupan ini,"ucap Rizal sembari menghidupkan robot tempurnya, "jadi itu automata terbarumu, sudah semakin canggih saja,"ucap Yasha, "itulah yang kumaksud Yasha, kita harus terus memperbaiki diri sendiri sampai menuju kesempurnaan, kita punya jalan sendiri untuk itu dan caraku adalah terus menerus meningkatkan fungsi tubuhku,"ucap Rizal saat robot automata mulai berjalan keluar dan terbang pergi dari gedung istana, "robot itu akan sangat lemah dibandingkan dirimu yang asli, kau harusnya tau itu,"ucap Yasha, "aku tau itu, ini hanya percobaan saja,"balas Rizal, disaat itu dilangit, automata tadi mulai membuat kopi dirinya sendiri dan menyebar ke segala arah seperti halnya wabah.

Di perkemahan para pemberontak, "kenapa kopian model kucing masih sangat sedikit ya,"ucap Yusuf, "kau sendiri yang bilang kalau mengkopi inti model kucing akan sangat sulit dan berbahaya,"ucap Iqbal, "ah iya sih, kurasa menerbitkan versi manual seperti itu memang perlu waktu untuk dipahami, tapi itu malah menjadikannya sangat eksklusif,"ucap Yusuf saat melihat para pasukan mulai memakai zirahnya. Sementara itu didalam ruangan, "aku sudah bilang padamu kalau zirah biomekanik itu berbahaya untuk disebarkan, kalau ada ketidakcocokan atau mutasi tambahan bagaimana, kau ini baru bangun kenapa langsung minta yang aneh-aneh sih Zahra,"ucap Steve, "tapi bisa kan!?, kau belum mencobanya Steve, ini memungkinkan untuk dilakukan, aku bisa menahannya kok, sesakit apapun itu,"ucap Zahra dengan lembut, "aku masih belum bisa meyakinkan diriku sendiri untuk melakukannya, ini ambil saja zirah yang ada,"ucap Steve sambil menyuguhkan ketiga bola inti yang baru saja terbentuk, "baiklah Steve,"ucap Zahra sembari mengambil bola kuning berisi zirah raptor dan mengalirinya energinya sampai mulai terbentuk perlahan melapisi tubuh indahnya, "bagaimana Steve, baguskan!?,"tanya Zahra dengan lembut, "ya pilihan bagus, menggunakan zirah yang bisa menyerap tenaga cahaya karena dirimu bisa mengandalikan cahaya memakai lokanetra milikmu,"ucap Steve, "benar sekali, aku juga akan memadukannya dengan kainku,"ucap Zahra, "lakukan yang terbaik Zahra, aku keluar dulu,"ucap Steve sambil berjalan pergi keluar, "kupikir ini akan cukup untuk membuatnya kembali memuji kecantikanku,"pikir Zahra saat dia mulai memainkan bentuk zirahnya, namun beberapa saat setelah itu sebuah ledakan terdengar didekat situ, segera Zahra berlari keluar dan melihat dengan mata kepalanya sendiri beberapa robot berukuran sebesar gedung berada didepan kemah, "ada apa ini, kenapa mesin-mesin itu sudah menemukan kita,"tanya Zahra yang kebingungan, "kurasa akhirnya mereka memilih konfrontasi langsung dengan kita, persiapkan kepergian orang-orang, kita akan berpindah dari sini, situasi sudah tidak kondusif,"ucap Steve sembari mengaktifkan zirah biomekaniknya yang menutupnya dengan cairan hitam dan membentuk lapisan diatas kulitnya yang putih, lalu Steve segera menerjang musuh kedepan dan meninju salah satu robot itu sampai hancur, "ambil rongsokannya,"kata Steve yang diikuti oleh pasukan dibelakangnya, "kontrol energimu semakin baik Steve, kini tak semuanya hancur,"ucap Iqbal, "eh kayaknya perlu penghancuran total deh,"ucap Zahra saat menyaksikan robot itu mulai membentuk kembali dirinya seperti semula, "robot koloni ya, mereka itu susunan robot nano yang sangat kecil yang menyusun tubuhnya, menarik sekali, itulah teknologi yang kubutuhkan,"teriak Yusuf kegirangan sambil membuat meriam menggunakan zirahnya dan membombardir musuh, "oi Yusuf, jangan terlalu brutal, nanti banyak korban jiwa,"ucap Steve, "sorry mas, sebentar ya aku mau mengambil sampel dulu,"ucap Yusuf, "jangan, kita tidak tau apakah musuh menggunakan fitur pendeteksi atau tidak, kita harus berpindah dan kita tak boleh sampai terdeteksi,"kata Steve sambil menahan Yusuf, "hhh iyadah,"ucap Yusuf, tak lama kemudian Steve menghancurkan tempat mereka berpijak menjadi pasir dan memusnahkan semua robot automata yang mengincar mereka apapun bentuknya dan memindahkan seluruh perkemahan pemberontak dalam sekejap, "ei mas Steve, kita sudah berpindah beberapa kali, apa kau tidak masalah melakukan ini,"ucap Yusuf, "kau mengkhawatirkan bengkel kan, tenang saja tidak akan kuhancurkan kok,"ucap Steve sambil terus menggerakkan pasirnya keangkasa dan membuatnya menjadi planet baru, "kau menyelamatkan kami lagi Steve, tapi mau sampai kapan kita bersiap saja dan tidak menyerang balik,"tanya Iqbal, "kita akan menunggu bala bantuan dari Ihsan, sampai dia datang kemari melakukan konfrontasi langsung akan terlalu beresiko,"ucap Steve, "kau mengatakan itu seolah Ihsan lebih kuat darimu Steve,"ucap Iqbal, "aku tidak bilang dia lebih kuat dari segi individu, tapi dia akan memiliki jauh lebih banyak personel untuk membantu kita, ada alasan kenapa dialah satu-satunya dari kami berlima yang dipanggil prabhu, untuk sekarang dia bukan yang terkuat, tapi dialah yang paling berpengaruh,"ucap Steve sembari tersenyum tipis saat membuat konstelasi baru dengan tangannya sendiri.

Sementara itu di Madyadwipa, "prabhu, aku sudah bernegosiasi dan mendapatkan beberapa orang pemasok makanan, apa kita bisa bergerak sekarang,"ucap Amra, "kita akan bergerak,"ucap Ihsan sembari berdiri, "eh prabhu, kau terlihat agak berbeda, ada apa ini,"tanya Amra, "aku sedang berusaha mengumpulkan sedikit tenaga yogi, ternyata masih sangat sulit, oiya aku juga sudah kumpulkan beberapa orang yang mau mengikuti kita menuju Panditanagara,"ucap Ihsan sembari memperlihatkan banyak sekali orang-orang dibelakangnya yang memenuhi lembah disana.

Lihat selengkapnya