"Blaaarrrr,"suara tembakan berwarna gelap memenuhi langit di tanjung harapan tepat sebelum Ihsan mendarat disana, "arrrghh, orang lagi nyobak nelpon kok ya diganggu,"ucap Ihsan sembari mencoba menelpon lagi seseorang, "aih prabhu, kau kok langsung tembak begitu sih, serem ah,"ucap Amra, "udah jelas-jelas mau menyerang vimana kita kok, daripada repot mending kutembak mati, eh bentar aku mau nelpon Shifa dulu,"ucap Ihsan, "eeeh kok nelpon roro Shifa, bukannya sampean deketnya ke ajeng Shafa,"tanya Amra, "hmm pak sebenarnya sepuluh hari dari sekarang adikku Fira akan berulang tahun sedangkan diriku berada di luar negeri, jadi aku mau menelpon Shifa yang sekarang menjadi kakak asuh adikku untuk mempersiapkan ulang tahunnya, mungkin dia akan senang, semenjak dia lahir aku jarang sekali dirumah dan terus berada diluar untuk bersekolah dan berbisnis, eh bentar ya kayaknya udah diangkat,"ucap Ihsan sembari mengangkat gawainya, "halo Ihsan, ada apa ini menelpon pagi-pagi buta begini,"sapa Shifa di telepon, "halo Shifa, kau sedang sendiri kan, aku ada perlu untuk bicara berdua denganmu,"ucap Ihsan sembari terus berjalan menuju mercusuar tanjung harapan untuk bicara berdua, "ada apa ini Ihsan, kau mengerti kan kalau Shafa tau dirimu menelponku seperti ini dia akan cemburu,"ucap Shifa, "eee aku tau itu makanya aku tanya dulu apakah dirimu sendirian, hhh kenapa sih Shafa itu posesif sekali padaku,"ucap Ihsan, "oi kau yang jelas aja Ihsan, kalian berdua kan sudah bertunangan, jelas dia bakal posesif padamu, jadi apa yang ingin kau bicarakan ini,"ucap Shifa, "sepuluh hari dari sekarang Fira akan berulang tahun, bisakah dirimu mengurus hal itu, biayanya akan kuurus kok,"ucap Ihsan, "hhh Ihsan, ulang tahun adikmu itu memang akan kami rayakan, jadi akan disambung dengan hari ulang tahunku, mulai 13,14 sampai 15 Februari nanti akan ada acara pasar murah dari istana untuk warga, aku sudah bicara sama adikmu kok,"balas Shifa, "owh sudah dipersiapkan ya, berapa biayanya Shifa, biar aku bantu,"ucap Ihsan, "acara pasarnya sudah kami siapkan, gausah biaya tambahan, lagipula bisnismu disini juga ikutan,"ucap Shifa, "ayolaah, biar adikku merasakan kehadiranku disana, aku jarang sekali bertemu dengannya, selalu ada kesibukan, bahkan dihari kelahirannya aku membuat bapakku tidak ada disebelahnya karena mengantarkanku ke Mataram untuk bersekolah, ibuku pun bersusah-payah untuk mengurus pesta keberangkatanku saat dia akan terlahir, tolong biarkan aku membantu tuan putri yang baik hati dan manis,"ucap Ihsan dengan senyum tipis dan air mata yang mengalir dipipinya, "baiklah Ihsan, kalau dirimu bersikeras, kami juga buka perlombaan, butuh beberapa biaya tambahan untuk hadiahnya,"ucap Shifa, "oke, berikan vimana yang bagus untuk pemenangnya, akan segera kukirim uangnya, terimakasih Shifa,"ucap Ihsan, "sama-sama Ihsan, sudah ya kututup dulu, daah,"ucap Shifa sembari menutup teleponnya, "daah,"gumam Ihsan sembari menutup teleponnya lalu memberi pesan pada seorang manager di wilayah Mataram untuk mengurus ulang tahun Fira dan mengirimkan sebagian kecil uangnya, "kau bisa juga memakai perasaanmu ternyata prabhu,"ucap Amra sembari menepuk pundak Ihsan, "ayo kembali fokus ke urusan kita saat ini, siapa yang akan kita temui,"ucap Ihsan sembari menghapus air matanya dan mengeluarkan banyak sekali atmasena, "apa kau akan kembali bermeditasi prabhu!?,"tanya Amra, "percuma saja kalau kita bisa merasakan tenaga yogi tapi tidak bisa menggunakannya, aku akan berusaha mengumpulkan tenaga yogi sambil berjalan, kau didepan untuk menemui orang ini,"ucap Ihsan sembari turun kebawah, "baiklah, untuk negeri Harapa, dia ada di planet ini, rumahnya dekat tanjung harapan, atas nama pak Zamani,"ucap Amra sembari berjalan didepan Ihsan mencari pak Zamani. Beberapa saat kemudian mereka berdua sampai di rumah besar milik pak Zamani, "ini rumahnya, apakah dirimu cukup yakin sekarang,"ucap Amra sambil mengetuk gerbang raksasa rumah itu, "menarik, ayo masuk,"ucap Ihsan sambil menekan gerbang itu sampai berlubang sambil berjalan masuk, "matane, santai banget melubangi pintu logam sebesar ini,"pikir Amra yang langsung mengikuti Ihsan, sesampainya didalam Ihsan dan Amra melihat pak Zamani masih bersantai dimejanya sambil minum anggur ditemani dayang-dayang disebelahnya yang terbelalak kaget melihat Ihsan masuk begitu saja dan melangkah menuju ketempat pak Zamani yang masih mereka goda saat itu, "aku tau dia akan sangat kuat, tapi dirimu belum bilang kalau dia anak kecil, tuan Amra,"sapa Zamani dengan senyum lebar dimukanya yang menghiasi wajah hitamnya, "hei kenapa kau masih saja bersenang-senang dengan wanita-wanita penghibur itu, bukannya sudah kubilang untuk tidak menunjukkannya saat kami datang,"ucap Amra, "tenang saja Amra, aku sedang tak ada urusan dengan akhlak bobroknya, ei pak Zamani, ayo kita berangkat,"ucap Ihsan, "kau terlalu meremehkanku anak kecil, mereka sendiri yang datang padaku, kau mau sedikit bertarung denganku,"ucap Zamani dengan tangannya terangkat mempersiapkan tinju yang sangat kuat namun tak lama tangannya terpotong-potong mengagetkan Zamani, "aku tak punya waktu untuk ini, kita harus bergegas,"ucap Ihsan dengan tenang saat melihat Zamani mulai meraung kesakitan, "kau bukan anak kecil yang polos rupanya, jadi kapan kita berangkat,"tanya Zamani, "tentu saja, aku seorang pemberontak disini, memangnya kau pikir tanganku belum pernah berlumuran darah sebelumnya, ayo berangkat sekarang, oiya berapa harga pintu gerbangmu itu,"tanya Ihsan, "gerbang adalah hal yang penting untuk sebuah rumah, kau harus membayar mahal untuk itu, mungkin sebuah pushpaka vimana akan cukup,"ucap Zamani sambil meregenerasi lengannya, "setuju, ayo naik,"ucap Ihsan yang kembali melangkahkan kakinya menuju saubha vimana mereka di tanjung harapan, "anak itu sangat menakutkan, beda sekali dengan Alim, siapa namanya tadi,"tanya Zamani, "namanya Ihsan, berhati-hatilah dengannya, ayo pak kita segera berangkat,"ucap Amra sembari berjalan pergi, "baiklah,"ucap Zamani yang mengikuti Amra dengan tubuh besarnya, sementara itu diluar rumah Zamani negeri Harapa ratusan atmesena Ihsan sudah memulai mencari pasukan, "jadi tujuan selanjutnya adalah pangkalan di negara Erawati untuk bertemu nyonya Rakiti ya, tapi kita bisa beristirahat dulu dan makan disini,"ucap Ihsan sembari memandangi lautan berisi banyak ikan dan segera menceburkan diri untuk menangkap beberapa ikan untuk dia dan pasukannya makan.
Beberapa hari kemudian para pedagang yang dikirim Ihsan akhirnya memasuki Panditanagara, "ini hari ulang tahun roro Shifa ya, prabhu Ihsan kemarin minta kita untuk mengumpulkan pasukan sebanyak mungkin, sekarang kita sudah melakukannya, "ucap seorang lelaki yang memimpin ekspedisi itu, "mas Edo, kita harus segera menuju perkemanan aden Steve, diriku sudah siapkan jalurnya,"ucap seorang wanita dibelakangnya, "oke Riris, kita akan segera sampai sayangku,"balas Edo sembari mengetuk lantai vimana dengan tongkatnya dan bergerak menuju perkemahan Steve. Siang harinya jam 13.00 tanggal 13 Februari 2013, Edo dan seluruh armada perang Ihsan yang dibawanya mencapai perkemahan Steve, "akhirnya kalian tiba disini, mana Ihsan!?, pak Edo,"tanya Steve yang menunggu dari tadi, "dua hari lagi prabhu akan tiba disini aden, gimana kabarnya, eh ada roro Zahra, cantiknya,"ucap Edo yang segera terkena tampar dari belakang, "ada istrimu loh disini, masih sempat-sempatnya melirik orang lain,"ucap Riris dengan kesal, "masih aja matanya ya pak Edo, minta tolong fokus disini, aku khawatir kalau dirimu tidak fokus nanti bisa mati kena tembak, segera turunkan para pemain utama disini, kita akan mempersenjatai kalian,"ucap Steve sembari mengarahkan mereka ke barak tempur.