Jum'at, 15 Februari 2013, di keraton Kartasura, "Shafa, kamu tiba juga disini, gak capek ya berkeliling keraton,"sapa Shifa,"aku hanya sedang merayakan ulang tahun adikku disini, bukankah memang harus berbuat banyak kebaikan agar do'aku untuknya dikabulkan,"ucap Shafa sambil melangkahkan kakinya dengan kuat di keraton untuk menuju sebuah kamar di sana, "kau akan sampai ke medan tempur hari ini Ihsan, semoga engkau selamat, biarkan diriku yang menghibur adikmu disini, fokuslah dengan tujuanmu sayangku,"pikir Shafa yang tersenyum manis dan melangkahkan kakinya semakin cepat menuju kamar Fira dan membuat wangi tubuhnya merebak diseluruh keraton dan membangunkan warga yang masih tertidur disana, para penjaga yang menyaksikan sekelebat keindahan Shafa saat bergerak cepat melewati lorong-lorong terperangah tak percaya bahkan meski ini bukan hari pertama mereka melihatnya, tapi sekelebat aroma Shafa yang sangat harum memutar leher mereka kearah Shafa yang terus menyusuri lorong keraton dengan kebaya berlengan panjang lengkap dengan selendang merah panjangnya dan sarung batik hitam bergambar padma yang cukup besar berkibar disana, beberapa kali bunga melati terjatuh dari hiasan rambutnya yang kontras dengan legamnya rambutnya yang dia rawat dengan baik, begitu Shafa mencapai kamar Fira dia segera memasuki kamar adiknya itu, "aaaaaa, mbak Shafa, kebiasaan loh, padahal udah kukunci kamarku, hhh kayaknya emang mustahil menghentikanmu mbak,"ucap Fira yang baru saja bangun karena kaget mendengar pintunya dijebol oleh Shafa, "oi kau lihat yang tadi kan, kupikir wanita secantik itu akan lembut,"ucap salah satu penjaga lorong, "tapi kau lihat sendiri tadi kan, dia menjebol pintu dengan mudah,"ucap penjaga satunya, "jangan salah menilai pak, pelayan surga memang akan lembut, tapi ratunya selalu seorang dewi yang sangat kuat,"ucap Shifa yang berjalan mengikuti Shafa menuju kamar Fira, "selamat ulang tahun Fira, eh,"ucap Shifa yang baru saja masuk kekamar Fira dan menyaksikan Shafa malah memarahi adik Ihsan itu, "grrrh kau ini yang rapi lah dek, tambah tua kok malah tambah ancur kamarnya,"teriak Shafa sembari merapikan beberapa buku disana, "iya mbak Shafa, maaf,"ucap Fira yang ketakutan, "eeee kau kasar sekali Shafa, dia sedang ulang tahun hari ini,"ucap Shifa, "gak bisa, aku harusnya melihat anak yang semakin dewasa, bukan anak yang barangnya berantakan, heran banget, kok bisa cewek betah tinggal ditempat berantakan begini,"gumam Shafa yang baru saja selesai merapikan barang Fira, "hihihi kenak marah juga akhirnya kamu Fira, udah kubilangin dari dulu padahal, sekarang mandi dulu ya, nanti saat matahari terbit kita rayakan ulang tahun ketujuhmu,"ucap Shifa, "tapi mbak Shifa, masih dingin,"ucap Fira, "mandi ya, ada air panas kok Fira, gerak sekarang atau kutarik kamu ke kamar mandi,"ucap Shifa sambil menepuk-nepuk tangannya dengan sangat keras, "oke mbak, eh mas Ihsan nanti datang kan!?,"ucap Fira dengan berseri-seri, "eeee tidak Fira, masmu belum bisa datang,"ucap Shifa, "hiiih apasih mas Ihsan itu, sibuk aja terus, kapan mau peduli sama keluarganya sih,"keluh Fira sambil menangis, "udahlah Fira, jangan menangis, tujuh tahun lalu dihari kelahiranmu juga adalah hari kami memasuki altar penerimaan, awal perubahan kami, perubahan kakakmu yang luar biasa itu, maafkanlah kesibukan kakakmu itu sayang, kau jangan membencinya, jangan membenci seseorang lelaki yang sedang berjuang dengan sepenuh hatinya, kita harusnya menyambut mereka dengan senyuman saat mereka datang, bukan dengan kebencian, ayo mandi sayang,"ucap Shafa sambil memeluk Fira dan menghangatkan ruangan dengan percikan kecil apinya dan menuntun Fira menuju kamar mandi, "sampai dimana dirimu sayangku, semoga dimanapun engkau berada Tuhan selalu melindungimu,"pikir Shafa sembari memegangi kalung merahnya dengan erat.
Sementara itu di atas udara, ribuan saubha vimana memasuki angkasa Panditanagara, "tujuh tahun lalu engkau terlahir ke dunia adikku tersayang, kelahiran yang juga menjadi pertanda mulainya langkahku untuk melakukan perubahan, maafkan aku tak bisa menghadiri hari spesial ini adikku, aku sangat menyayangimu, hmm Shafa mengabariku bahwa dia akan menjagamu, aku yakin kau akan baik-baik saja kalau dia berada didekatmu, aku titip adikku itu padamu ya Shafa,"gumam Ihsan sambil berjalan keluar dari vimananya menuju cahaya bintang akhirnya mengenai senyum lebarnya dan tubuhnya yang sudah bersenjata lengkap derik langkahnya akhirnya berhenti saat berada di kepala vimananya tapi senyumnya semakin lebar seiring dengan terangnya cahaya bintang, "SELAMAT ULANG TAHUN YANG KETUJUH ADIKKU TERSAYANG,"teriak Ihsan yang menggema diangkasa Panditanagara diikuti dengan bombardir meteor dari kedua tangan Ihsan yang melihat keberadaan musuh yang sedang melindungi istana negara diikuti oleh pasukan dibelakangnya yang juga menyalakan penyembur api dari saubha vimana mereka untuk membakar istana negara namun tembok pasir segera memblokir serangan mereka ke istana, "anak gila itu akhirnya tiba disini, di kompetisi devasena waktu itu dia masih anak ingusan yang terhempas karena pertarunganku, kini dia menantangku, sudah kuduga anak ini berbahaya, lihatlah monster yang kau ciptakan ini Sukma lihat makhluk mengerikan ini,"pikir seorang lelaki dari takhtanya sambil balik membombardir armada Ihsan dengan pasirnya, "anak itu akhirnya tiba juga ya Salman, aku sudah menunggu dari beberapa hari yang lalu tentang kedatangannya, jadi begini wujud prabhu pashupati yang terkenal itu, anak ini dua hari yang lalu baru saja diangkat menjadi atimahathi, sungguh anak paling berbahaya sepanjang sejarah,"ucap Rizal sambil membantu pria tadi yang merupakan devaraja Salman membalikkan keadaan namun tidak mereka sangka-sangka Ihsan dan pasukannya terus bergerak melewati istana seolah hanya ingin memberikan kejutan pada sang devaraja, "apa maksudnya anak itu, menghantam istana pagi-pagi buta hanya untuk lewat begitu saja,"pikir Salman, "tenang saja, aku sudah membuat salah satu robotku menempel di vimananya, kita bisa melacak mereka dengan mudah saat ini,"ucap Rizal sembari mengangkat gawainya hanya untuk menyadari robotnya sudah dihancurkan oleh Ihsan,"gimana pelacakannya Rizal, apakah berhasil,"tanya Salman sedikit mengejek, "dia pantas mendapat gelar atimahathi, tak membiarkan musuh melakukan strategi ya, sungguh anak yang sangat menarik,"gumam Rizal sambil tersenyum lebar, "oi kenapa kita tidak menyerangnya sekarang, kita akan menang saat ini juga jika kita menyerang saat ini,"teriak Yasha yang baru bangun dari meditasinya, "coba lihat dirimu yang baru bangun itu dasar pemalas,"ucap Rizal, "hhh dasar bodoh, kalian terlalu meremehkan musuh sehingga memberi mereka kesempatan untuk bersiap,"bantah Yasha, "kami sedang memperhitungkan kekuatan musuh Yasha, menyerang mereka dengan gegabah hanya akan berujung kerugian besar,"ucap Rizal, "matamu, heh boneka santet, kau pikir mereka sekuat itu untuk melawan kalian berdua, ditambah aku yang bakal bangun,"bantah Yasha, "kau nii, makanya kalau mau menyerang bangun dulu baterai rusak,"balas Rizal, "cukup, kalian berdua kubayar disini untuk membantuku, bukan bertengkar di istanaku, kita akan ukur dulu seluruh kekuatan musuh dan menyerang mereka dengan pasukan yang sudah kita siapkan,"ucap Salman sembari memandangi langit yang masih dipenuhi sisa bahan bakar saubha vimana yang melewati mereka.
Sementara itu di kemah pemberontak Ihsan akhirnya sampai disana pada pukul 10.00, "akhirnya kau tiba juga Ihsan, bilang apa diriku tentang jangan merusak fasilitas umum,"ucap Steve, "eeee tapi kan itu markas musuh mas,"ucap Ihsan, "haaaahh kamprett hampir mati aku tadi, kau ni gak mikir dulu apa prabhu,"ucap Amra yang baru saja keluar, "lihat Ihsan, gak semua orang harus merasakan kekuatanmu, ada warga sipil juga yang harus dilindungi, ada fasilitas umum juga yang bisa digunakan nanti, tujuan kita disini adalah memerdekakan keinginan masyarakat, bukan meluluhlantakkan seluruh negara, masuklah Ihsan,"ucap Steve sambil berjalan masuk, "ehe maaf mas, aku lupa tentang hal itu,"ucap Ihsan sembari masuk kedalam kemah diikuti turunnya pasukannya yang sangat banyak dari saubha vimana mereka, merekapun memasuki ruang yang dipenuhi orang-orang yang berlatih dan bersiap bersama, "selamat datang Ihsan, kami sedang menunggumu untuk melakukan serangan,"ucap Yusuf, "hmm harusnya kita merayakan ulang tahun adikmu hari ini, tapi kita malah bertempur, berubah 180° ya, tapi memang beginilah yang kami butuhkan, kemerdekaan dari ketidakadilan,"ucap Zahra, "itu belum terjadi mbak, lagipula bukankah kita para pejuang seharusnya lebih suka menabuh genderang perjuangan daripada diam dirumah, bagiku inilah perayaan ulang tahun yang indah, sebuah pesta meraih kemenangan atas ketidakadilan, berjuang atau mati,"ucap Ihsan dengan seringai lebarnya.