Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #39

Tears

Jum'at, 1 maret 2013 jam 2 siang, Steve dan aliansi svananda sedang sibuk mempersiapkan panji-panji peperangan, logistik dan persenjataan sementara Steve berjaga di dek kapal induk, "dua hari lagi, kita akan menyerang istana negara habis-habisan, kami sudah lakukan sebisa yang kami lakukan, semoga Engkau menghendaki yang terbaik untuk kami,"gumam Steve yang mulai membuka matanya dan melihat robot automata melaju kearahnya dan mendarat di dek kapal induk, segera setelah automata itu mendarat Steve langsung menembak robot tadi sampai hancur sambil menyalakan sinyal untuk seluruh pasukan agar bersiap, "ada apa ini Steve, kenapa kau membunyikan sinyal!!, "teriak Iqbal yang langsung keluar, "mereka sudah menemukan kita, pertarungan harus kita percepat, lihat mereka akan datang,"ucap Steve sambil menunjuk angkasa dimana pasukan automata sudah mulai berdatangan, diikuti oleh jutaan saubha vimana kerajaan yang berisi pasukan grahasena dan para mustikaputra, "wong sinting, armada macam apa itu, apa kita punya kesempatan untuk menang!?,"ucap Iqbal, "meski tipis kita harus memberi perlawanan, tak ada lagi kesempatan untuk mundur, kita akan bertempur melawan seluruh pasukan Panditanagara,"ucap Steve sambil mengaktifkan zirah ganapatinya dan melaju kedepan, saat itu juga suara langkah Ihsan dan Yusuf yang berjalan keluar menggunakan persenjataan lengkap terdengar dengan kuat dan kini berdiri tegak diatas dek diikuti oleh pasukan aliansi svananda lainnya yang dilengkapi persenjataan mereka masing-masing lalu dengan cepat mereka semua melaju mengikuti Steve menerjang pasukan negara bersama-sama, melihat hal itu Iqbal akhirnya mengaktifkan zirahnya dan melaju kedepan mengikuti orang-orang lainnya, beberapa saat kemudian Steve mengambil ancang-ancang dengan sabitnya dan menggunakan tebasan yang sangat besar untuk memotong vimana utama musuh namun tak berapa lama seseorang muncul dan menangkis tebasan Steve, "nak Steve, kita masih bisa berdamai, kau adalah aset negara yang luar biasa, jangan gegabah sehingga aku harus menumpasmu,"teriak orang tadi yang ternyata Salman itu sendiri, sang devaraja yang kini sedang menggunakan seluruh perlengkapan perangnya, "tapi aku bukan asetmu devaraja,"ucap Steve sambil membentuk puluhan pilar besi dengan pasirnya untuk menyerang Salman yang sekali lagi dimentahkan begitu saja oleh sang devaraja memaksa Steve untuk menyerang secara langsung dan ketika kedua pukulan mereka berbenturan gelombang energi yang sangat kuat menyelimuti medan pertempuran dilanjutkan dengan adu jotos dari Steve dan Salman tak berselang lama perang akhirnya pecah, pasukan svananda terbang memakai zirah bersayap mereka untuk merangsek menolong Steve tapi harus dihalangi oleh pasukan automata yang sangat tangguh, "ketemu juga akhirnya kau bocah tengil,"ucap Yasha sambil menerjang Ihsan dengan bombardir serangan yang untungnya beberapa berhasil dihalau oleh Ihsan dengan trisula ditangannya lalu Ihsan menyiapkan khatvanga di satu tangannya lagi dan memperpanjang tongkat itu sampai menghantam tubuh Yasha hingga terdorong mundur menghantam pasukan musuh dan vimana induk musuh dimana Steve dan Salman masih beradu serangan, melihat Yasha berada didepan mereka, Salman segera menyingkirkan Yasha dari tempatnya bertempur dan segera mengarahkan tendangannya kearah Steve dengan tendangan kuat ke dada Steve yang untungnya bisa Steve tahan dengan tembok pasirnya yang meski hancur berhasil menahan dampak serangan Salman sehingga Steve sempat melancarkan tinjunya dengan zirahnya yang membuat tangannya memanjang dan membesar hingga membuat Salman terlempar keluar vimananya yang segera dilebur Steve menjadi pasir yang dia pakai untuk mendirikan beberapa pilar yang dilemparkan ke arah Salman sambil membuat sabit ditangannya namun akhirnya Salman menggunakan pasirnya untuk menghalau serangan Steve dan juga membuat ribuan naga pasir emas diangkasa yang mengejar Steve, "kau pikir kekuatanku masih sama seperti yang kau lihat di kompetisi devasena waktu itu Steve!?, memangnya kau pikir berapa kali aku harus mengatasi tindakan kriminal di negara ini, berapa kali aku harus bertempur, berapa kali aku harus bertambah kuat hanya untuk mempertahankan negara ini dan dirimu berpikir kalau seorang Ishvara sepertiku akan stagnan saja, kau belum merasakan beratnya memimpin sebuah negara dan kau berpikir kalau aku tidak memikirkan kalian semua, keadilan macam apa yang kau cari Steve!?, keadilan apa yang kau pikirkan sehingga kau harus ikut mengacaukan ketentraman negara ini, padahal kalau kita berdua berkerja sama kita bisa sepenuhnya mengendalikan kekacauan di negara ini, apa yang kau pikirkan Steve, apaaa!!!!,"teriak Salman sambil membombardir tubuh Steve dengan peluru pasir yang meledak saat berusaha ditahan oleh Steve, saat kekacauan itu juga sebagian pasir emas Salman membentuk golem yang meninju Steve sampai berdarah, "menyerahlah Steve, kau masih bisa menjadi salah satu dewa di Panditanagara, kau masih bisa memimpin sebuah kahyangan di Panditanagara, masih belum terlambat untuk tunduk Steve,"teriak Salman sambil mengaliri pasir emasnya dengan listrik yang sangat kuat dan membentuknya menjadi tombak-tombak yang siap ditembakkan kearah Steve, "berhentilah meracau tidak jelas devaraja, ganti dulu ketua mustikaputra yang arogan itu baru aku percaya, ganti dulu jendral grahasena yang serakah itu dengan orang yang kompeten baru aku mau memihakmu, atau kau terlalu sayang kepada kedua anakmu itu dan melupakan kebengisan mereka, atau kau melupakan keadilan karena cinta butamu itu dan menyerahkan rahu dan ketu begitu saja pada mereka, kau ayah bajingan yang pemarah, keluargamu sudah tak pantas memimpin, apa jadinya negara ini kalau kedua pangeran tolol itu yang memimpin hah!!!?,"teriak Steve yang membuat Salman tertegun dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya, hingga dua bayangan mendekati Salman dari belakang, "jangan dengarkan anak kecil itu ayah, dia hanya menginginkan takhta negeri ini,"ucap seorang lelaki berjubah sutra dibelakang Salman, "masih kurang kah uang dari bisnismu selama ini hingga kau terpesona dengan bilik harta dirumah kami wahai vinayaka,"teriak seorang lelaki lain yang mengenakan zirah berhias permata cintamani dilehernya seketika itu salah satu atmasena Ihsan juga sampai disana dan terkejut melihat kedua pangeran itu, "eh siapa dua banci itu mas Steve!?, jelek sekali, hmm kau jawab nanti saja ya,"celetuk Ihsan yang segera melesat kembali menerjang Yasha, "apa kata anak kecil tadi, banci!?, kau dengar itu mas Khaled, kurasa mereka memang hanya anak-anak menjengkelkan saja,"tenanglah dulu Fatah, kita akan menghabisi dia nanti, sekarang kita perlu mengatasi anak lelaki dihadapan kita, vinayaka Steve yang menyusahkan,"ucap Khaled sambil memanggil tongkatnya bersamaan dengan Fatah yang memanggil tombaknya lalu menyerang Steve bersamaan dengan kekuatan penuh mereka, namun Steve dengan mudah menahan mereka berdua dengan tangan pasirnya, "kekuatan navagraha hanya akan jadi guyonan dengan pikiran sempit kalian itu,"bentak Steve sambil melemparkan kedua pangeran itu kembali kearah ayah mereka, "biar ayah yang mengatasinya, kalian masih terlalu lemah untuk melawan seorang atimaharathi seperti Steve,"ucap Salman yang menyerang kembali Steve dengan gelombang pasir yang sangat kuat yang bisa ditahan oleh Steve, "maafkan aku Steve, aku tau dirimu benar, tolong jadilah cukup kuat untuk menjadi devaraja, aku tidak sanggup menghabisi anakku sendiri, jadi kau harus jadi lebih kuat untuk bisa melindungi negara ini, bawalah kembali keadilan di negeri ini, maafkan aku yang bertindak sesuka hati, maafkan aku, maaf,"pikir Salman yang menitikkan air matanya sambil terus bertarung dengan Steve.

Lihat selengkapnya