Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #40

Absolute Force

Medan tempur berkecamuk semakin kuat disore hari itu, saat itu pasukan harus menghadapi ketakutan mereka akibat getaran demi getaran keras yang disebabkan oleh pertempuran Steve dan Salman terasa dari dalam vimana utama Panditanagara, saat itu pasukan svananda mencoba menembus pertahanan pasukan devaraja yang bersamaan dengan itu pilar-pilar bertumbuh dari ketiadaan karena banyaknya pasukan devaraja yang menggunakan serangan berbentuk konstruksi, "hhh grahasena ini memang menyusahkan, ngapain mereka membuat banyak sekali bangunan itu sih,"gumam Iqbal sambil berlari melalui pilar-pilar pencakar langit itu sambil membantai pasukan musuh yang ada didepannya dengan dua bilah pedang yang mencuat dari zirahnya, beberapa saat setelah itu seseorang berlari kencang kearahnya, "hmmm itukan Amra!?, ngapain dia ngacir kesini,"pikir Iqbal sampai akhirnya dia menyadari bahwa dibelakang Amra ada para jendral grahasena yang menggunakan wujud kolosal mereka, "heh mau kemana dirimu,"ucap Iqbal saat menangkap Amra, "heh mas, kau tidak lihat aku sedang lari, aku tidak ada urusan dengan makhluk-makhluk seukuran gunung itu, kukira raksasa biasa ternyata segitu,"ucap Amra, "hehe memangnya kenapa kau pikir arsitektur di Panditanagara sangat bagus dan megah hah!?, mereka itu penduduk biasa disini, ya meski kekuatannya agak sedikit diluar nalar sih,"ucap Iqbal sambil menenteng Amra yang terus berusaha berlari, "hah!?, mereka wajar!?, matamu wajar,"ucap Amra, "kalau kau takut dan berlari belum tentu dibelakang tak ada raksasa lain,"ucap Iqbal, "eh!?, iya juga ya, hhh aku cuma mau mencari posisi untuk menembaki mereka dari jarah jauh dengan teknikku,"ucap Amra sambil mengeluarkan beberapa kartu, "gunakan saja lemparan kartu pembunuhmu itu untuk memberikan serangan jarak jauh dari sini sementara aku maju,"ucap Iqbal sambil melesat kearah musuh, "oke bro,"kata Amra sambil mengisi energi kedalam kartunya dan melemparkannya dengan kuat dan mengenai beberapa orang musuh yang terbelah begitu saja, sementara didepan Iqbal membabat musuh di depannya diikuti Amra dari belakang yang sibuk melafalkan mantra dan melemparkan kartunya sampai akhirnya dua orang terlempar ke medan pertempuran mereka berdua dari dalam vimana utama, "mereka berdua kan, Khaled dan Fatah, para pangeran sialan itu kenapa harus terlempar kemari,"pikir Iqbal yang langsung melompat mundur sambil menangkap Amra dijalan untuk mengamankannya, "tunggu dulu, kenapa kau menarikku kemari, eh kenapa rasanya tekanan energinya agak berbeda,"ucap Amra, "mereka penyebab utama pertempuran ini, pemilik kekuatan navagraha disini, Khaled yang diberikan kekuatan rahu dan Fatah yang diberikan kekuatan ketu,"ucap Iqbal sambil menyembunyikan dirinya dan Amra dari hadapan kedua pangeran itu, "matanee, kenapa ayah tidak mempercayai kita sih,"ucap Fatah yang berusaha berdiri sambil membersihkan pakaiannya, "kita terlempar sampai kemari, apa-apaan mereka itu sih, para atimaharathi memang bukan orang sembarangan,"kata Khaled, "daripada sibuk memikirkan itu, lebih baik kita membantai musuh disini,"teriak Fatah dengan sangat keras sambil memukulkan tombaknya ketanah dengan keras sampai dataran yang mereka pijak hancur lebur, angin dahsyat yang terbentuk dari ledakan itu menghempaskan beberapa pasukan dan bebatuan yang terbentuk selama pertempuran menyisakan Iqbal yang melayang-layang diangkasa sambil memegangi Amra yang langsung disadari oleh Fatah dan Khaled, "oi oi oi, mereka berdua melihat kita, bagaimana ini,"tanya Amra dengan panik, "aku tidak menyangka akan bertemu dengan mereka berdua secepat ini, para pewaris navagraha yang sangat merepotkan, bersiaplah Amra, kita akan melawan mereka,"ucap Iqbal sambil menyiapkan kedua pedang ditangannya dan berjalan kearah kedua pangeran dihadapannya, "arrgh karepmu lah mas,"balas Amra sambil menyiapkan kartu tempurnya, "dua orang ini mencari mati nampaknya,"ucap Khaled sambil merubah tubuhnya bersama dengan Fatah, melihat keduanya sudah berubah akhirnya Iqbal tanpa ragu menembakkan kedua pedangnya dan menyiapkan senjata lain disusul dengan tembakan kartu dari Amra yang kedua serangan itu berhasil ditahan dengan kedua senjata para pangeran yang akhirnya juga menyerang diawali dengan semburan api dari Khaled dan tebasan angin dari Fatah lalu segera keduanya menghantam tanah dan mencuatkan gunung-gunung kelangit, melihat hal itu Iqbal segera melompati medan pertempuran barunya dan menggunakannya untuk membangun momentum serangan dan akhirnya menendang keras Fatah yang ditahan oleh musuhnya itu dengan tombaknya hingga terjadi gelombang tenaga yang luar biasa dari benturan keduanya, tak berhenti sampai situ Iqbal menembaki Khaled dengan banyak bola energi yang meledak dengan kuat dan mendorong sang pangeran, lalu saat itu Fatah segera mengarahkan tombaknya kebawah untuk menghantamkan Iqbal ketanah lalu kembali mengarahkan tombaknya kedada Iqbal yang berusaha melawan tapi sebelum tombaknya mengenai dada Iqbal, Fatah ditembak dengan batuan oleh Amra yang membuat Fatah kehilangan konsentrasinya, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Iqbal untuk melesat menjauh namun tak lama setelah itu tongkat Khaled yang memanjang menghantam tubuhnya sehingga menembus daratan tempat mereka berdiri, untungnya Iqbal segera sadar dan melesat kebawah Amra untuk menyelamatkan rekan bertempurnya itu sambil melesat keatas untuk mengintai Khaled dan Fatah namun tak dia sangka Fatah langsung menyadarinya dan melesat tepat ke mukanya yang untungnya ditendang oleh Amra sampai sedikit terdorong, lengah oleh keadaan Fatah segera ditembak laser energi dari titik kosong oleh Iqbal sampai terlempar sangat jauh, "kurasa aku perlu memakai teknik tempurku,"pikir Iqbal sambil membentuk mudra dan mulai merapalkan mantra dan menembakkan sebuah panah yang tepat mengenai Khaled namun tak terjadi apa-apa, "heh apa panah tadi, kenapa tak terjadi apa-apa,"tanya Amra, "diamlah, memang itu tujuannya,"bentak Iqbal sambil memanggil busurnya dan mulai menembakkan panah-panah secara acak, "asmara, mahamaya adimantra, tuntunlah diriku menuju tujuanku,"ucap Iqbal sambil mengarahkan jemarinya kearah Khaled dan membuat tandanya bercahaya, "sialan, kapan aku terkena asmaramantra,"pikir Khaled saat melihat ratusan panah yang ditembakkan Iqbal tadi mengarah kepada dirinya dan menghantam dirinya dengan sangat keras disertai ledakan yang menggetarkan pilar-pilar disana sampai roboh, "eh, itu asmaramantra, kukira itu hanya untuk menggunakan ilusi,"ucap Amra, "kurang tepat, asmaramantra adalah mantra yang berguna untuk menyatukan energi yang kita keluarkan kearah energi kita lainnya yang kita kehendaki, membuat kita bisa menggunakan seluruh serangan terkuat kita, karena itu ini disebut adimantra, bukan karena ini adalah mantra terkuat tapi karena semua serangan kita pasti mengenai musuh yang kita tandai, sebuah mantra absolut,"ucap Iqbal sambil menyiapkan tombak api yang sangat kuat, "nyala api asmara akan berkobar kuat dan selalu mengenai targetnya dengan panas yang membara!!!,"teriak Iqbal sambil melemparkan tombak apinya yang melesat dengan sangat kuat dan membakar apapun dijalan yang dilewatinya hingga meleleh dan kemudian mengenai Khaled yang langsung muntah darah dan terbakar kulitnya akibat tombak api Iqbal, "bajingan itu memakai asmaramantra seperti ini, bukankah teknik ini biasanya hanya digunakan untuk menanam ilusi pada lawan jenis,"pikir Khaled yang jatuh berlutut sambil meregenerasi lukanya, "kakak!!?,"teriak Fatah sambil mendinginkan luka bakar Khaled dengan elemen esnya, "pengaplikasian teknik yang menarik mas Iqbal, aku baru tau teknik mesum itu bisa dipakai seperti itu,"kata Amra sembari tersenyum penuh percaya diri sampai tiba-tiba senyumannya terhenti karena Fatah yang marah membekukan dataran pertempuran mereka dalam seketika dan membombardir medan tempur dengan komet es, "kalian berdua terlalu percaya diri, hanya karena sekarang akurasimu seratus persen akan mengenai kak Khaled bukan berarti kalian bisa menang,"kata Fatah dengan geram, "hoho, seorang pewaris navagraha sedang marah rupanya, takutnya,"ucap Iqbal sambil membuat magma dengan tangannya dan segera setelah itu beradu kekuatan dengan Fatah, sehingga membuat badai mengerikan akibat benturan panas dan dingin dari dua arah berbeda.

Sementara itu ditempat lain Zahra sedang memimpin para narapidana untuk melawan para jendral grahasena dan pasukan mustikaputra yang diwarnai dengan dendam para narapidana, "oi mbak Zahra, apakah ini baik-baik saja kalau kita melawan mereka, kita kalah jumlah jauh,"ucap Mustofa, "healah Mustofa, kau ini lho, jangan curi-curi kesempatan ngobrol sama mbak Zahra, mending fokus kedepan melawan mereka,"ucap Jeni sambil menangkis beberapa tangan raksasa para jendral grahasena, "aku gak akan sempat melakukan itu bu,"sahut Mustofa, "berhentilah, pertanyaan tadi memang tidak ada jawabannya sampai kita menyelesaikan pertempuran ini,"teriak Zahra sambil mengayunkan pedangnya ke tenggorokan musuh tanpa ampun, namun tiba-tiba sebuah tendangan keras mengenai wajahnya hingga Zahra tersungkur ditanah, "bisakah dirimu tidak mengejutkanku seperti ini, bukankah ayah sudah sering mengingatkanmu kakak,"ucap Zahra sambil berusaha berdiri, "kau tak perlu membicarakan orang mati Zahra, apa kau terus membicarakan mereka karena kau akan segera bertemu dengan mereka,"ucap Sofia dari balik asap, "berapa kali harus kuingatkan dirimu untuk tidak terus menerus menerima modifikasi tubuhmu itu, sekarang lihat dirimu kakak, kau harusnya cantik seperti diriku, tapi semua obat dan serum yang kau gunakan agar dirimu menjadi kuat itu sekarang sudah merubahmu menjadi monster yang pemarah,"kata Zahra saat melihat Sofia keluar dari asap dan memperlihatkan wujud raksasanya yang menjulang setinggi tiga meter penuh dengan otot dan berlapis zirah merak emas yang dialiri listrik berjalan lurus kearah Zahra yang berdiri dan mendongak menatap wajah kakaknya itu, "kau selalu naif Zahra, selalu ada pengorbanan untuk sebuah kekuatan,"ucap Sofia yang menunjukkan taring-taring tajam menghiasi rahangnya dan cakar tajam yang mencuat dari jemari tangannya siap untuk membantai habis adiknya.

Lihat selengkapnya