Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #41

Vinayaka Anima

Zahra akhirnya menatap kakaknya sekali lagi yang kini memburunya, segera Zahra menyusun ulang zirah raptornya untuk mengaktifkan fitur sayap dan melesat mundur dari medan tempur diikuti lesatan Sofia yang menghancurkan pijakannya sambil mengejar Zahra yang mengepakkan sayap logamnya menjauh dari sang kakak yang sudah berwujud seperti harimau bergigi pedang, Zahra dengan cepat bermanuver menuju istana hingga mencapai padang es yang terbentuk dari kekuatan Fatah yang tiba-tiba terlempar kebelakang karena pukulan magma dari Iqbal, "sialan, aku tidak boleh ada disini, pangeran Fatah sang panglima grahasena bukan lawan yang bisa kuatasi,"pikir Zahra sambil mengecilkan dirinya dan melompat-lompat cepat diantara bongkahan es dan salju yang hancur diselingi oleh kartu tempur yang dilempar oleh Amra, sementara disisi lain ada Khaled yang menembakkan peluru pasir berlian yang menghancurkan hampir segalanya karena kecepatannya yang sangat tinggi, melihat hal itu Zahra melesat kebawah menembus daratan dengan bor yang dia bentuk dengan sayap besinya hanya untuk menyadari Yusuf yang sedang beradu jotos dengan Rizal dan menimbulkan gelombang kejut yang membuatnya hampir tak sadarkan diri sementara dari belakang Sofia masih mengejarnya dalam bentuk ular yang bersiap menelan Zahra meski juga terdampak gelombang kejut tadi sehingga menghantam dataran bersama dengan Zahra yang waktu itu berusaha mempertahankan kesadarannya meski sudah berdarah-darah dan membuat roket pendorong untuk menghindari Sofia sekaligus menyerangnya, dengan itu Zahra berhasil menghindar dan melesat menuju platform diatas sebelum memasuki vimana utama yang tiba-tiba tembakan laser hitam membelah angkasa bersamaan dengan terpotongnya pijakannya dimana dibalik potongan itu ada Yasha yang melesat kembali keatas bersama wahananya menuju Ihsan yang menaiki lembunya yang menyiapkan trisulanya dan menghantam keras Yasha yang menahannya dengan tongkatnya dan membuat ledakan keras yang memanaskan tempat itu sampai meleleh, hampir saja Zahra mati terbakar karena panas dan gelombang kejut yang dihasilkan, hal itu juga merusak fungsi zirahnya sehingga Zahra harus melepaskannya, saat itu Sofia keluar dalam wujud burung hantu dan menerkam Zahra dengan kuat sambil mendorongnya ke vimana utama tanpa menyadari gelombang panas kedua menghantam tubuhnya hingga sayapnya hangus terbakar, saat itulah Zahra memperbesar kembali tubuhnya dan menyingkirkan Sofia yang terbakar lalu menjebol pintu masuk vimana didepannya dan bergegas masuk tepat dibawah Steve dan Salman yang menggunakan teknik pasir logam mereka yang membuat vimana itu terus berubah dan membesar, beberapa saat kemudian Sofia akhirnya sampai dengan wujud anjing raksasa yang siap menelan Zahra yang waktu itu menembakkan air kencang yang kemudian membuatnya terdorong mundur sambil mengecil dan melayang dengan cepat untuk menjauh dari Sofia yang kembali mengubah wujudnya menjadi raksasa bertanduk dengan lokanetranya yang menyala-nyala sambil membentuk ribuan bola cahaya yang dia fokuskan untuk membuat bola radiasi yang mengikis jalan menuju Zahra, "gawat, kakak akan bisa melihatku dengan lokanetra yang kami miliki, peningkatan optik yang diberikan lokanetra tidak ada tandingannya,"pikir Zahra sambil mengaktifkan lokanetranya juga dan membuat beberapa bola cahaya untuk memblokade serangan Sofia dengan tembok jaring cahayanya, kemudian menggunakan pisau lemparnya untuk menyerang Sofia yang sayangnya diketahui dan ditembak jatuh dengan puluhan bola nuklir oleh Sofia, "cih aku sudah tidak dilapisi zirah raptor karena hancur selama perjalanan kemari, aku perlu lebih berhati-hati,"pikir Zahra sambil melompat cepat diantara reruntuhan diikuti oleh Sofia sambil menembaki bola cahayanya kearah Zahra sambil menyiapkan pukulan kuat yang siap dia luncurkan kearah Zahra, namun tepat sebelum dia bisa mengenai Zahra sebongkah batuan menghantam dirinya akibat tarikan dari Steve, kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Zahra dengan menembakkan meriam cahaya kearah Sofia sampai kakaknya itu terjatuh, "cih semua mutasi yang kakak dapat karena menjadi anggota grahasena bukan main-main, ditambah lagi seperti diriku, kakak memiliki kontrol energi yang luar biasa sehingga semua serum pertumbuhan itu bisa sepenuhnya dia kendalikan tanpa teknik apapun, ukurannya memang tak sebesar gunung seperti yang lain tapi kekuatannya jauh lebih tinggi dari mereka, bagaimana cara menghentikan kakak!?,"pikir Zahra sambil mencari cara untuk memerangkap kakaknya itu sampai akhirnya dentuman keras terdengar dari atas kepala Zahra yang seketika mendongak keatas dan melihat Steve jatuh dengan kecepatan tinggi menghantam tanah didepan wajah Zahra sampai hancur, "Steve!?,"gumam Zahra saat melihat Steve yang terbaring berlumuran darah di ujung lubang jatuhnya dan dengan segera melesat kebawah menuju sang kekasih yang saat itu berusaha berdiri dan mengirimkan beberapa bola cahaya yang dia isi transfer energi, "apa sudah cukup Steve!!?, tidakkah dirimu ingin kembali menjadi warga Panditanagara yang setia, aku sama sekali tidak mengusikmu Steve!, aku sama sekali tidak berniat untuk itu, aku bahkan mendukung bisnismu selama ini wahai vinayaka!!!,"teriak Salman dari atas sambil menerobos lapis demi lapis logam menuju tempat Steve terjatuh dan kini ada juga Zahra yang sedang merawat Steve, "janganjangan bercanda devaraja, pemberontakan sudah terjadi, kami adalah penjahat, kau seharusnya menghukum kami sebagai pemimpin yang adil,"ucap Steve sambil mengepalkan tinjunya dan membuat tentakel dari zirahnya dan menjebol salah satu pilar dan menggunakannya sebagai pentungan, tak lama setelah itu Sofia dalam wujud raksasanya juga tiba disana, "devaraja, kita memang harus menghabisi mereka, tidak ada toleransi untuk pengkhianatan,"ucap Sofia sambil berlutut dan menatap Steve dan Zahra bersamaan dengan Salman yang juga mengaktifkan lokanetranya sendiri, "memangnya tau apa dirimu tentang pengkhianatan wahai prajurit, kau tidak tau apa-apa tentang menjadi pemimpin, beraninya dirimu memerintahku!!!,"teriak Salman sambil memancarkan listrik yang begitu kuat hingga menghanguskan Sofia sementara Steve melindungi Zahra dengan baik memakai pasirnya, "apa yang harus kita lakukan, kekuatan macam apa itu, setahun lalu orang ini melindungi kami, kini kita harus melawannya, apa ini kesalahan,"pikir Zahra yang menggigil ketakutan saat melihat Sofia jatuh terkapar dengan lokanetranya yang menembus tembok pasir Steve, "Zahra, sadarlah, kita harus mengambil posisi,"ucap Steve sambil menyadarkan Zahra, kemudian keduanya segera mengecilkan diri saat Steve memanggil tikus-tikusnya untuk mengacaukan pandangan Salman agar tidak mendeteksinya dan untuk berkendara keluar bersama Zahra, "kau kenapa memasuki medan tempurku Zahra!?,"bentak Steve, "aku mau melumpuhkan gerakan kakakku tadi, aku tidak berniat mengganggu, maaf,"pinta Zahra, "hhh pegangan yang kuat,"ucap Steve sambil memacu tikusnya semakin cepat untuk menghindari bombardir peluru pasir dari Salman sambil terus mengecil dan bersembunyi diantara partikel, saat itu Zahra berusaha menembakkan beberapa bola cahaya yang menyelimuti mereka seperti bunga teratai yang mekar dengan indah memancarkan cahaya tiada tara disekitar medan tempur, "kau memang gadis yang menyukai keindahan Zahra, bahkan dirimu membentuk ribuan teratai cahaya ini untuk mengecohku, aku ingin sekali melihat Steve dan dirimu berada di takhta Panditanagara, tapi kalian harus membunuhku untuk itu, singa tua ini memang harus mati,"pikir Salman yang tersenyum tipis sambil melepaskan meriam pasir keatas dan membuat bunga pasir emas yang kemudian menembakkan jutaan peluru pasir ke segala arah dan meluluhlantakkan arena pertarungan.

Lihat selengkapnya