Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #44

Vinayaka Garima

"HAHAHAHAHAHAHAHA,"lengking tawa Ihsan bergema di seluruh medan tempur saat dia melepaskan bajra dari mulutnya dan meluluhlantakkan tempat itu dengan badai yang berderu saat dia mengangkat bajranya kelangit, "nampaknya begini rupa aslinya, tuan Gifar benar, dia sangat haus darah,"ucap Yasha didepan deru badai yang ditimbulkan Ihsan, "apa dia masih seorang manusia?, "bisik Rizal, "aku tidak tau itu, tapi dia harus dibasmi,"ucap Yasha sambil menghentakkan kakinya ketanah dan membuatnya meledak sambil membuat patung burung untuk dia kendarai, saat itulah dia melihat awan-awan hitam legam berkumpul disekitar Ihsan dan mulai memadat mengitari Ihsan yang menyeringai kegirangan dengan matanya yang menyala merah terang, "ini mirip seperti yang dipakai tuan Gifar, Yudi dan pemuda bernama Alan itu, nampaknya semua pengguna rajanetra dan evolusinya akan bisa memanggil manifestasi kekuatan mereka itu, apa namanya itu,"ucap Yasha, "itu avatara, manifestasi jiwa seseorang dalam bentuk energi murni, lihatlah jiwa anak ini, hitam legam seperti jelaga, eh tunggu, apa yang anak itu lakukan, menjijikkan sekali,"ucap Rizal saat melihat Ihsan mulai meraung keras sambil menumpahkan darahnya sendiri yang mulai menyerap aura hitam pekat tadi dan membungkus tubuh Ihsan dalam gumpalan darah, daging dan serpihan tulang yang mulai hancur menjadi abu berlapis energi hitam pekat dan mulai membungkus ke kulit Ihsan, "aku belum pernah melihat avatar energi yang warnanya sepekat ini,"pikir Rizal yang menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri Ihsan yang tubuhnya dilapisi abu pembakaran jasad dan diliputi jelaga hitam diseluruh tubuhnya, "Yusuf, apa kau mau ikut bertarung bersamaku atau tidak,"tanya Ihsan sambil membuka mata ketiganya, "mereka adalah masalah bagi kita, ayo kita singkirkan mereka bersama,"ucap Yusuf sambil menyalakan kembali kundalini mahamantra miliknya yang membuat angkasa memerah lalu keduanya mulai menyerang Yasha dan Rizal, pukulan Ihsan beradu dengan pukulan Yasha dan menimbulkan gempa yang begitu kuat, "sidhimantra garima,"ucap Ihsan yang badannya mulai menjadi sangat berat untuk mendorong Yasha semakin jauh meski Yasha masih bisa mementalkannya dengan ledakan ditangannya, "mana elemen tingkat tigamu tadi Yasha, manaa elemen nuklirmu tadi, apa kau sudah tak mau memakainya, atau kau sudah tak mampu, tunjukkan padaku kalau dirimu memang mampu,"teriak Ihsan, "jadi kau ingin aku memakai teknik nuklirku hah, sungguh anak yang arogan, musnahlah nak,"teriak Yasha sambil menyatukan elemen tanah, api dan petir sehingga timbul kilatan cahaya yang menyilaukan dari jemarinya yang dia tembakkan dengan penuh amarah, untungnya Ihsan berhasil menghindari serangan itu, "bom tingkat satu,"bisik Yasha saat bom kecil tadi meledak dengan daya yang luar biasa besar yang mendorong mereka diikuti dengan tarikan ke inti ledakan sampai bom tadi membumbung tinggi di angkasa dilanjutkan dengan hujan lelehan hitam dari angkasa yang membakar medan tempur menjadi lelehan besi yang kemudian dikendalikan oleh Yasha sehingga kembali menyala dan meledak sehingga seluruh medan tempur luluh lantak menjadi serpihan-serpihan logam yang melayang-layang diangkasa, "yang ini kekuatannya beda sekali dengan pria robot tadi, aku harus berhati-hati dalam mengatur berat tubuhku,"pikir Yusuf saat menghindari ledakan beruntun dari Yasha, "atrimantra, dana,"ucap Yasha sambil mengarahkan tangannya kelangit dan menembakkan nuklir sekali lagi yang dengan segera berganda dan menghasilkan hujan bola-bola penuh radiasi yang meracuni medan tempur, "udaranya jadi beracun karena molekulnya tercerai-berai,"pikir Yusuf, sementara disaat bersamaan Ihsan membentuk jutaan atmasena dan menyemburkan air dan angin bersamaan untuk mendinginkan udara yang kacau karena radiasi, "Ihsan!!!, jangan kau semburkan air begitu saja, mereka hanya akan jadi beracun,"teriak Yusuf saat membuat sayap besi di punggungnya untuk menyerang, namun Rizal dengan cepat menerkam Yusuf dengan tangan logamnya lalu menjatuhkan Yusuf ke kubangan penuh radiasi di bawah, untungnya saat itu ada Mustofa yang menembak Rizal dan membuatnya sedikit lengah sehingga Yusuf bisa lepas dan balik menjerumuskan Rizal ke kubangan lelehan radioaktif tadi, disaat bersamaan Ihsan menghujani medan tempur dengan halilintar dari bajranya, "apa yang sebenarnya terjadi tuan Yusuf,"tanya Mustofa yang melompat kedekat Yusuf, "jangan kesini Mustofa, larilah bersama yang lain, ini sudah bukan medan pertempuran, ini adalah ladang bencana,"teriak Yusuf pada Mustofa, "eh apa maksudmu, ini adalah perjuangan untuk kebebasan kami, kami juga harus berjuang,"bantah Mustofa sambil mengisi kembali busurnya tanpa menyadari sebuah kampak melayang ke lehernya, untungnya Yusuf masih bisa menahan kampak tadi sambil menyaksikan Rizal yang kembali berdiri dengan membawa banyak persenjataan, "kau harus mati, mekanik bodoh,"kata Rizal dengan geram sambil terus membesar dengan menyerap logam radioaktif tadi, untung saja tak berapa lama setelah itu suhu dingin terpancar di angkasa yang mendinginkan zona radiasi tadi, diikuti dengan terangkatnya dataran itu dengan semburan pasir dari bawah yang membentuk kelopak teratai, "JANGAN HANCURKAN NEGERI KAMI,"teriak Steve dan Salman bersamaan dari atas saat mereka terlihat masih beradu jotos bersamaan dengan naiknya dataran medan tempur dan turunnya suhu menjadi normal, "mereka berdua memang pemimpin yang baik, tak bisakah kita berdamai saja dan menyingkirkan masalah yang sebenarnya, kalau kalian bekerja sama negeri ini akan jadi jauh lebih maju,"pikir Mustofa yang kembali mengisi busurnya dan membaca mantra, "atas izin Tuhan, ciptakanlah perubahan brahmastra,"bisik Mustofa saat melepaskan brahmastra ke angkasa dan berubah menjadi cahaya terang menandai masuknya armada svananda dengan sayap-sayap mekanik mereka ke medan tempur, "kami mungkin lemah, tapi karena kami ada di negeri inilah kalian bisa menjadi sekuat sekarang wahai para penguasa dunia, kamilah rakyat kalian yang berisik, tapi tanpa kami keberadaan kalian bukanlah hal yang mungkin terjadi,"teriak Jeni saat memasuki medan tempur dengan sayap mekaniknya untuk mengangkat tubuh kurusnya dan melapisinya dengan logam lalu mulai menyerang dengan seluruh keberanian yang dia kumpulkan bersama para pemberontak lain yang ternyata sebagian besar hanyalah, orang tua, wanita dan anak-anak miskin yang memberanikan diri mereka untuk bertempur, sekelompok warga yang dipecat dari pekerjaannya, petani yang kehilangan ladangnya, pemuda yang putus sekolah, nelayan yang diracuni lautnya, peternak yang kehilangan kandangnya, wanita yang kehilangan kehormatannya karena tuntutan ekonomi, anak-anak yang bahkan tidak tau siapa orang tua mereka, "terimakasih untuk semuanya mas Steve, aku menemukan sebuah keluarga dalam kemahmu yang sederhana itu, keluarga yang aku bahkan tidak tau apakah mereka pernah ada, tapi kau membuatkannya untukku, saat ini kami melawan mereka bukan karena kami fanatik padamu, bukan berarti kami hambamu yang setia tapi karena kami memang bukanlah apa-apa sebelumnya, kami tidak akan kalah karena kami memang bukan apa-apa dari awal, terimakasih untuk segalanya, jangan sedih kalau mulai besok engkau tidak lagi bisa melihat badan kami karena sudah hancur menjadi tanah, bukankah memang dari awal kita juga seperti itu,"pikir Mustofa dengan haru saat berjalan maju bersama pasukan svananda yang dengan nekat menerjang pasukan grahasena dan mustikaputra dengan tubuh-tubuh tak terlatih mereka.

Lihat selengkapnya