Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #45

Vinayaka Prapti

"Lihatlah wahai devarajaaa, lihatlah siapa yang sedang melawanmu hari ini, bukankah engkau sudah berkata bahwa dirimu akan bertindak adil, tak ada satupun dari kami yang akan mengeluh padamu jika engkau bertindak adil tapi engkau terlalu lembut pada keluargamu sendiri, kami tidak membenci rasa sayangmu pada kami tapi kami tak suka kalau kehidupan damai kami diusik oleh keluargamu itu, kami tidak suka kalau mata batinmu ditutupi oleh tangan dari kedua anakmu, apakah kepergian permaisurimu telah membuatmu gila, apakah terlalu banyak hatimu yang kosong karena itu, masihkah engkau bersedih devarajaku,"teriak Steve pada Salman yang membuatnya semakin kehilangan fokusnya dan Steve memanfaatkannya untuk menyeret sang devaraja ke dasar medan tempur dengan tangannya namun Salman tak membalas dan malah menangkap Steve dengan pasirnya dan melontarkannya ke angkasa lalu menendang Steve dengan keras sampai Steve mengeluarkan darah dari mulut dan kelopak matanya, "aku tidak bisa berpikir jernih lagi Steve, aku rindu Mira, aku rindu suara lembutnya dipagi hari tapi serangan dari narendra setelah devasena tahun itu telah membunuhnya, Miraku tersayang telah terbunuh begitu saja karena kelemahanku yang tak mampu melawan narendra hari itu, sekarang aku hanya mau anak-anakku tetap hidup tapi kedua putra sulungku yang dulunya lembut karena ada ibunya kini sudah dipenuhi dendam pada pria bermata merah itu, aku tak tau kapan aku harus marah pada mereka, tak tau kapan harus memberikan dukungan pada mereka, tak tau kapan harus memanjakan mereka, aku bukan ibu mereka, andai saja aku bisa mengajari anak-anakku untuk tidak menaruh dendam, kini yang bisa kulakukan hanyalah merawat adik-adik mereka, aku sudah gagal menjadi orang tua, aku gagal menjadi pemimpin, aku gagal sebagai manusia tapi kalau dirimu ingin posisi devaraja kau harus setidaknya sekuat diriku, kau harus bisa melindungi tanah airmu ini jika kau ingin memimpinnya, aku percaya kau bisa mengumpulkan kepercayaan dengan baik, aku percaya kau mampu membuat kemajuan, tapi dengan kekuatanmu yang sekarang kepemimpinanmu takkan lama, negara ini akan mengalami kudeta berantai, belum lagi serangan dari luar, jadilah kuat Steve, lawan aku sampai aku bisa mempercayaimu menjadi devaraja, sampai kau bisa kupercaya untuk duduk diatas takhta,"teriak Salman sambil membanting-banting Steve dengan keras ketanah lalu memukulinya, "jangan kau jual ideologi brilianmu itu jika kau tak punya kekuatan Steve, berdirilah, ayo buktikan kau bisa melawan pemimpin gilamu ini,"pikir Salman sambil mencekik Steve tinggi-tinggi lalu kembali membantingnya dengan keras ketanah kemudian menendangnya sampai sekarat keangkasa, sesaat setelah itu Zahra segera mencoba menghadang Salman dengan hujan lasernya meski hal itu sama sekali tak digubris oleh Salman yang hanya berjalan melewati serangan Zahra seperti tak ada yang terjadi, "berhenti disana kau devaraja,"teriak Zahra saat melesat kearah Salman dan berusaha menghentikan sang devaraja, "minggir nak,"ucap Salman sambil menyingkirkan Zahra menggunakan pasirnya dengan lembut lalu memenjarakannya sambil berjalan gontai kearah Steve, "hentikan itu devaraja, jangan kau sentuh lagi Steve dengan tangan kotormu itu,"teriak Zahra sambil mencoba menembaki Salman dengan petir dan angin, kali ini Salman menoleh kearah Zahra dan menunjukkan wajahnya yang dialiri air mata, "jadilah ratu yang baik untuk Steve nak, aku percaya padamu sidhirani, ajarkan pada dunia kebijaksanaanmu,"kata Salman dengan lirih sambil mengelus kepala Zahra yang terus menembakinya meski tak ada satupun yang berhasil melukai Salman sampai sebuah kampak melesat kemuka Salman yang ditahan Salman dengan baik memakai satu tangannya lagi, "bagus nak, akhirnya engkau kembali kesini, kemampuan penyembuhan dirimu sudah semakin baik,"ucap Salman sambil kembali memasang kuda-kuda dan memunculkan beberapa tangan dari bahunya lalu mulai menggabungkan elemen tanah, angin dan listriknya, "kau tau ini kan Steve!?, elemen tingkat tiga milikku, elemen gravitasi yang disebut seperti itu karena menghasilkan material yang sangat padat dan berat sehingga menimbulkan gaya gravitasi, dengan kontrol yang cukup kau bisa memilih siapa yang akan terkena gravitasi yang dihasilkan, elemen ini dibentuk dengan mensinergikan elemen angin, listrik dan tanah, pelajarilah hal ini vignesha,"ucap Salman sambil mengarahkan material uniknya ketanah dan membuat semua benda disekitarnya menjadi sangat berat, Zahra yang merasakan hal itu langsung terjatuh ketanah dan tidak bisa berdiri, "jadi begini caramu membuat orang-orang tunduk kepadamu hah!!?,"bentak Zahra, "owh maaf, aku tidak bermaksud melukaimu, tapi kau juga tidak boleh membebani vignesha nanti saat dia bertugas,"ucap Salman saat berjalan kearah Steve dengan pelan sambil membentuk banyak material berat untuk mengikat Steve sebelum medan tempur mereka meledak karena tembakan nuklir dari Yasha yang dibelokkan Ihsan keatas lalu keduanya tiba-tiba melayang keatas dengan cepat dan melanjutkan adu jotos mereka meski Ihsan sudah terlihat compang-camping dan kehilangan kewarasannya, "kemarilah kau Yasha, aku akan menghabisimu,"ucap Ihsan dari atas lembunya yang menggema dilangit yang menghitam karena efek limbah radiasi, "Ihsan!?,"pikir Steve saat melihat kearah adiknya itu yang diselimuti asap regenerasi dan pekatnya aura hitam yang menyelimuti tubuhnya, Salman yang sempat tersenggol kehilangan sedikit fokusnya dan memberikan kesempatan Steve untuk menggunakan anima untuk kabur kearah belakang, namun Salman segera kembali fokus dan mengeluarkan beberapa atmasena, dengan elemen gravitasi miliknya yang langsung mengetahui keberadaan Steve dan kembali menggempurnya lalu melesat kearah Ihsan sementara Steve menghindari kedua atmasena Salman dan melesat keatas untuk melindungi adiknya itu, "atrimantra, daya,"ucap Yasha sambil mengeluarkan peluru radioaktif miliknya yang ditembakkan kearah Ihsan namun Salman menahannya dan mengarahkan dampaknya menjauh dari masyarakatnya meski dampak ledakannya masih begitu dahsyat sehingga langit menjadi terang benderang diikuti dengan hujan plasma yang mematikan dimana Steve berusaha menyapu efeknya dari bawah dengan elemen esnya, "apa yang kau lakukan tuan Yasha, bukankah aku sudah bilang untuk tidak membuat banyak kerusakan,"kata Salman saat menatap Yasha dalam-dalam, "grrrhh, orang tua ini masih berada di luar jangkauan kekuatanku, aku bisa mati kalau melawannya, aku belum sekuat tuan Gifar, Yudi ataupun Jack, belum waktunya diriku melawan para Ishvara,"pikir Yasha saat mengangguk pelan dan melesat pergi dari situ, "kau anak yang mengerikan Ihsan, aku tidak menyangka wilayahmu sukses besar, apa yang kau lakukan sebenarnya dengan wilayah yang penuh dengan kriminal itu hah!?,"tanya Salman sambil menahan Ihsan memakai material beratnya, "apalagi yang kau pikir kulakukan pada mereka, tentu saja kuhabisi mereka semua, memangnya kau pikir kau masih bisa menggunakan uluran tangan lembutmu pada kriminal saat memimpin sebuah wilayah!?, tentu saja tidak,"ucap Ihsan sambil menyeringai haus darah, "tapi kudengar kau juga mudah memaafkan orang lain, kudengar sebagian besar penduduk diwilayahmu adalah mantan kriminal dan pengemis yang kau berdayakan hingga menjadi lebih baik,"tanya Salman sekali lagi, "orang punya alasan untuk berbuat nekat, kalau itu alasan ekonomi maka seusai hukuman aku bisa memberikan kesempatan kedua dan pekerjaan selama dipenjara untuk membantu mereka menjadi lebih baik, tapi apapun alasannya hukuman harus diberikan terlebih dahulu setimpal dengan apa yang dia lakukan, pembunuh harus dibunuh juga, pencuri harus mengembalikan hartanya dan meminta maaf atau tangannya harus dipotong, pemerkosa harus dikebiri dan koruptor akan kupendam tubuhnya ditanah tepat didepan pasar dan membuat kepala mereka melihat orang-orang yang mereka sakiti berlalu lalang saat kepala mereka dipatuki burung menunggu ajal mereka karena lapar dan dahaga,"teriak Ihsan sambil sedikit tertawa gila, "menarik sekali, kalau dirimu selamat dari pertempuran ini aku ingin melihatmu memimpin hahaha,"ucap Salman saat membanting Ihsan kebawah yang saat itu juga sebuah kayu menusuknya dari belakang, "sejak kapan dirimu bisa menggunakan elemen kayu Steve, sungguh luar biasa,"ucap Salman sambil menghancurkan kayu yang menembus dadanya dan menatap Steve, "harusnya kau bisa membacanya dengan skill sidhimantra prapti milikmu,"ucap Steve sambil mengeluarkan beberapa tombak kayu dan berusaha menyerang Salman, "kau baru bisa menggunakannya bukan, aku tidak melihat sedikitpun residu elemen kayu didalam tubuhmu sebelumnya, kau memang luar biasa vignesha, mungkin takkan lama lagi kau bisa mengalahkanku,"pikir Salman sambil memasang kuda-kuda dan tersenyum lembut pada Steve.

Lihat selengkapnya