Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #47

Vinayaka Isitva

Suara shanka milik devaraja bergema diseluruh medan tempur tanda bahwa pertempuran telah berakhir, semua orang menjatuhkan senjata mereka dan Salman akhirnya keluar dari lubang yang dia buat setelah menghantam Steve lalu dengan santai dia memperbaiki medan tempur dengan elemen pasirnya dan membuat seolah pertempuran tak pernah terjadi lalu diangkatnya medan tempur itu ke Alhambra, "apa yang terjadi sebenarnya, kenapa devaraja baik-baik saja, apa kita kalah total, kenapa pula dia mengarahkan medan tempur dengan tekniknya,"pikir Mustofa, "nak Mustofa, bukankah ini teknik bernama isitva, variasi dari sidhimantra kan, mau dibawa kemana kita oleh devaraja,"tanya Jeni, "aku gak tau bu Jeni, kurasa kita sedang dibawa ke Alhambra yang jelas devaraja masih hidup dan jelas-jelas menggunakan isitva untuk membawa kita semua dengan kekuatannya,"jawab Mustofa saat dataran tempat mereka bertarung sebelumnya bergerak dengan kecepatan tinggi ke istana Alhambra melewati bintang-bintang dan galaksi membentuk terowongan cahaya yang akhirnya menghantarkan mereka ke istana indah yang terletak di pusat Panditanagara.

Sesampainya di istana Salman segera menancapkan dataran pertempuran dengan planet istana dan membiarkan warga turun sementara gravitasi masih dia manipulasi, sesaat setelah semua orang turun baru Salman menyebar medan tempur ke seluruh istana dan menjadikannya bagian dari taman istana, "apa dia sama sekali tidak serius melawanku tadi, akses kekuatannya seperti tak terbatas, bahkan dibandingkan diriku,"pikir Steve sambil berjalan ke istana Alhambra yang terbuat dari marmer, emas dan bermacam permata, "ayah, kuharap engkau masih ada disini,"pikir Zahra, sementara itu Iqbal berjalan dengan mantap diikuti kedua pangeran yang berada dalam kendalinya, "berlakulah yang baik dua pangeran yang pintar, jangan menggerutu begitu,"ejek Iqbal yang terlihat bosan, "apa yang membuatmu begitu sombong pada kami sekarang dasar bajingan,"teriak Fatah yang seketika itu dilumpuhkan oleh Iqbal dengan elemen apinya, "ahahaha, jangan kasar-kasar pada anakku mas Iqbal, mau bagaimanapun mereka masih anak-anakku yang kusayang, lagipula kita masih punya urusan dengan mereka berdua, urusan yang sangat darurat,"ucap Salman saat memasuki istana dan menuju ruangan rapat, "untuk negosiasi kali ini silahkan kalian mengirimkan perwakilan kalian, tujuh orang mungkin cukup, kita buat negosiasi kecil saja agar keputusan cepat terbentuk, lagipula kalian nampaknya juga tidak suka kalau para pejabat berada disini, oiya tiga atimaharathi kalian harus ikut, aku menunggu didalam,"ucap Salman sambil membuka gerbang ruang rapat dan memasukinya bersama kedua pangeran serta Yasha dan Rizal.

Diluar ruang rapat Steve berdebat bersama para orang-orang tentang siapa yang akan memasuki ruangan rapat, "aku gamau ikutan lah, bicara doang membosankan, kadang gaada hasilnya,"celetuk Ihsan sambil bermain batu, "heh Ihsan, devaraja tadi jelas-jelas memintamu untuk ikut, jangan kau pikir negosiasi ini akan dimulai kalau tidak ada dirimu,"ucap Yusuf, "halaaaah taek, palingan ngobrol gak jelas,"balas Ihsan dari pinggir kolam, "apa katamu!!!?,"tanya Yusuf dengan geram sambil menghampiri Ihsan untuk mencelupkan kepalanya ke kolam, "sudah Yusuf jangan begitu, Ihsan, aku mohon bantuannya ya, nyawa banyak orang bergantung dari diskusi ini,"pinta Steve yang membuat Yusuf berhenti, "hhh baiklah, aku akan masuk,"ucap Ihsan, "Ihsan, apa kau masih belum menerima kekalahanmu adikku??,"ucap Steve saat pasukan svananda yang lain menentukan siapa empat lainnya yang akan masuk ke ruang rapat, "hmm iya mas, aku kurang bersiap untuk pertempuran ini, maafkan aku karena mengacaukan semuanya, lebih baik aku berjuang dan mati daripada hidup dengan rasa malu,"ucap Ihsan, "Ihsan, dulu kau bisa berkata seperti itu, sekarang posisinya sudah berbeda, engkau adalah seorang pemimpin, kau mungkin yang maju pertama dalam pertempuran tapi kau harus ingat bahwa keselamatanmu juga penting, ini bukanlah pertempuran yang melibatkan rakyatmu, kau memanglah harus bertahan disini, kau tidak punya urusan untuk mati berjuang di perangku, tapi aku hargai bantuanmu, ini mungkin bukan kemenangan besar seperti yang engkau bayangkan, tapi bagiku ini lebih baik, tak ada lagi prajurit yang harus meregang nyawa dimedan tempur, jangan sedih Ihsan, apa kata masyarakatmu jika melihatmu menangis, apa kata mereka jika melihat pelindung mereka terpuruk dan tak lagi mengurus mereka, memang beginilah cara memimpin, kita lebih banyak menyelesaikan masalah dengan bicara daripada bertempur, tenaga seorang pemimpin akan habis untuk membahagiakan orang-orang yang dipimpinnya, habis untuk membangun kebaikan, habis untuk melakukan kerjasama, pertempuran hanya akan membuat mereka berhenti tertawa bukan, maka jangan dilakukan sampai tidak ada lagi jalan lain, begini lebih baik karena kedua pihak bisa diuntungkan,"ucap Steve, "tapi mas, aku masih terlalu lemah untuk memimpin mereka semua, sekali saja tempatku diserang mereka semua bisa mati,"ucap Ihsan, "kau terlalu sering menyalahkan dirimu sendiri Ihsan, sekitar dua bulan lalu kau, Yusuf dan Lintang menghancurkan armada tempur dari Dharmasraya, itu bukan hal yang mudah, itu sudah cukup untuk wilayahmu yang sekarang, yang baru saja selesai kita lawan adalah Ishvara dari sebuah negara mahadaya, meskipun kita memang harus mengincar kemenangan tapi kalah melawan mereka bukan hal yang memalukan, yasudah ayo kita masuk, "ucap Steve, "hmm tapi dengan reputasiku dan perkembangan regulasi sumber daya di wilayahku, melindunginya bukanlah hal yang mudah,"pikir Ihsan saat menyaksikan Steve dan Yusuf akan memasuki ruangan rapat dan orang-orang lain juga sudah ditunjuk untuk masuk, "jadinya yang akan masuk ke ruang rapat adalah Aku, Ihsan, Yusuf, Iqbal, Zahra, Mustofa dan bu Jeni, baiklah ayo kita masuk ke dalam,"ajak Steve sambil memasuki ruang rapat dimana orang-orang dari pihak devaraja sudah menunggu, "aku tak boleh melakukan kesalahan disini, nasib sebuah bangsa dipertaruhkan,"pikir Yusuf, "kuharap semuanya berjalan dengan lancar, devaraja masih bisa membunuh kami semua dengan mudah, aku harus memperbaiki kontrolku terhadap kedua pangeran itu,"pikir Iqbal, "mereka masih mempercayai diriku, aku tak boleh mengecewakan siapapun disini,"pikir Zahra sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat, "eh mas Ihsan, kenapa masih bersila disitu, ayo berdiri mas, gak akan mulai rapatnya nanti,"ajak Mustofa pada Ihsan yang terlihat murung, "hhh gabisa gitu mainnya nak Mustofa, ayo mas Ihsan ikut!!,"ucap bu Jeni sambil menyeret Ihsan menuju ruang rapat, "hmm kupikir aku perlu untuk berbenah diri, orang-orang yang mengharapkan diriku banyak sekali dan aku masih sering kehilangan kendaliku selama bertarung, aku tidak bisa hanya berpikir untuk kesenanganku saja, banyak orang yang mempercayai diriku untuk memimpin mereka menjadi lebih baik, aku masih kekanak-kanakan, masih ceroboh, masih terlalu brutal, aku harus bisa mengalah untuk ketenangan rakyatku, devaraja telah menunjukkan padaku kalau semua kemungkinan untuk mengambil jalan damai harus diambil kalau itu demi kemashlahatan bersama, aku harus berbenah diri, aku harus jadi lebih baik, ambil sisi positif untuk diterapkan dan perhatikan sisi negatif untuk dihindari,"pikir Ihsan saat ditarik menuju ruang rapat dimana yang lain sudah menunggu, tepat dua belas orang yang memasuki ruang rapat hari itu untuk bernegosiasi masalah keberlangsungan sebuah negara.

Lihat selengkapnya