"Wahai singasana, engkau telah mencari tuanmu yang baru, keluargaku sudah tak pantas duduk diatasmu, aku akan habiskan waktuku disini untuk membesarkan putra mahkota yang baru, sampai dia cukup pantas untuk memimpin warga, tak lama lagi pelayanmu ini akan meninggalkanmu dan menjadi manusia biasa,"gumam Salman yang bersila didepan takhta kerajaan sambil menuangkan kopi ke cangkirnya lalu dia seruput dengan senyuman lebar diwajahnya, "devaraja, ini sudah malam, engkau perlu beristirahat sejenak,"ucap seorang pelayan, "aku akan segera beristirahat nona, beban berat untuk menjadi Ishvara akan segera diangkat dari pundakku, aku akan bisa tidur tenang hari itu,"ucap Salman, "sayang sekali engkau tidak pernah merasakan hal ini lagi Mira,"pikir Salman saat menyeringai gembira saat seseorang melangkah ke ruang takhta, jadi ini istana Alhambra yang terkenal itu, megah sekali,"ucap orang yang ternyata Ihsan itu, "kenapa dirimu kemari, pashupati,"ucap Salman, "malam ini aku ingin mempelajari tata letak istana untuk kuterapkan di keratonku nanti,"ucap Ihsan dengan santai sambil berjalan dan memotret denah istana, "nak Ihsan, apa engkau berencana menjadi Ishvara,"tanya Salman, "tidak juga, tapi bukan aku yang menentukan nasib wilayahku nanti tapi masyarakat disana, aku hanya memberikan jalan bagi mereka untuk mengembangkan diri, saat ini aku sedang menyiapkan metode suksesi kalau saja ada saatnya diriku tidak bisa memimpin mereka karena alasan tertentu,"ucap Ihsan, "nampaknya dirimu begitu percaya pada rakyatmu Ihsan, apa alasanmu untuk itu,"tanya Salman, "itu karena mereka juga percaya padaku, lihat saja perkembangan mereka sekarang, sebagian besar dari mereka memang tidak mendapat pendidikan formal tapi pendidikan informal kami sangat cepat berkembang, sudah tidak terhitung manuskrip yang dicetak oleh warga, ilmu terapan mereka sangat maju, jujur saja aku takkan terkejut jika cendikiawan dari sini yang engkau kirim ke Jonggring Saloka nanti juga akan belajar banyak dari kami, meski begitu ilmu pengetahuan formal mereka harus dikembangkan juga, aku bingung mau berapa kali aku harus membakar buku dengan judul pangeran kodok karena isinya yang agak sadis, apalah yang mereka tambahkan disana, cerita rakyatnya agak liar, wajar sih, pemimpinnya seperti ini,"ucap Ihsan, "hahaha, bisa aja dirimu, tapi dengan begitu wilayahmu akan berkembang dengan sangat cepat bukan, meski resikonya juga akan tinggi sih, memangnya apa saja yang kau ajarkan pada mereka,"tanya Salman, "tidak ada yang kuajarkan pada mereka wahai devaraja, aku cuma memberikan inspirasi dan wadah untuk berkembang, manusia itu sudah ciptaan yang terbaik, asalkan mereka cukup termotivasi mereka akan berkembang dengan sendirinya,"jawab Ihsan dengan mantap, "benar juga ya, mungkin aku terlalu takut banyak kompetisi yang terjadi, terimakasih atas saranmu pashupati, sekarang aku perlu mengawasi proses ekstraksi navagraha, apa kau mau ikut,"tanya Salman, "kenapa tidak kau lakukan sendiri,"tanya Ihsan, "bukan aku yang akan melakukannya, tapi kakakmu itu, aku mana tega melakukan prosesi yang menyakitkan itu pada anak-anakku sendiri,"ucap Salman sambil berdiri, "akhirnya kau mau mulai juga ekstraksinya, daritadi aku menunggu hal ini,"ucap Ihsan sambil berjalan bersama Salman menuju ruangan ekstraksi.
Sementara itu diruangan ekstraksi Steve, Yasha dan Rizal sudah duduk melingkar sementara Khaled dan Fatah dikurung dalam sebuah ruangan dan diawasi oleh Iqbal agar tidak berontak, "prosedurnya sudah aman, aku baru tau ada hal seperti ini di inti istana negara, aku penasaran fasilitas seperti ini ada dimana ya di Sahasradwipa,"ucap Yusuf seusai memeriksa data pemisahan, "apa yang mau kau lakukan setelah menemukannya, fasilitas ini tidak memiliki banyak fungsi selain untuk ekstraksi tenaga tantra,"ucap Iqbal, "aku ingin mencoba hal lain dengan ini,"balas Yusuf sambil tersenyum tipis, "sudahlah, ayo kita mulai saja ekstraksinya,"ucap Steve sambil mengalirkan energinya untuk menyalakan seluruh tempat itu dan membuat lingkaran disekitar tubuh Khaled dan Fatah yang mulai bersinar terang lalu gumpalan energi keluar dari tubuh Khaled dan Fatah, energi itu menyembur ke seluruh arah dan memenuhi ruangan ekstraksi, udara mulai mendesis karena tekanan yang luar biasa kuat, tiba-tiba gumpalan energi tadi membesar dan membentuk sebuah wujud lain, energi yang keluar dari tubuh Khaled membentuk wujud kepala raksasa dengan mulut menganga dan taring besar dengan sinar seperti rembulan disertai rambut panjang yang menjadi tangan-tangannya, sementara yang keluar dari tubuh Fatah membentuk tubuh tanpa kepala dengan bagian bawah seperti ular yang sangat panjang, kedua wujud energi itu begitu besar dan memiliki tekanan energi yang luar biasa kasar, "inilah navagraha, kekuatan yang luar biasa, sayang sekali kedua orang itu tidak bisa menggunakannya dengan baik, tenaga tantra dari tuan Dharmakusuma memang menakutkan, ini hanya sebagian kecil dari kekuatannya bukan,"pikir Rizal sambil membentuk mudra, "apa keduanya akan menjadi milik kita Rizal,"tanya Yasha sambil membentuk mudra, "entahlah, yang jelas ini untuk negeri Ashoka,"ucap Rizal saat mengeluarkan wadah kecil bersama Yasha lalu menyatukan tangan mereka dan menyerap kedua wujud raksasa tadi ke wadah kecil tadi, "sekarang kita perlu mengawasi botol kecil ini sampai kita memasuki taman Ashoka,"ucap Yasha. Sementara itu dari lantai atas Ihsan dan Salman terlihat mengawasi semua prosedur ekstraksi dengan tenang tanpa suara meski Salman sedikit meneteskan air matanya melihat kedua putranya direnggut kekuatannya, "inilah bayaran yang harus diberikan pada mereka untuk kestabilan negara ini,"pikir Salman sambil melayang pelan menuju kedua putranya untuk menyembuhkan mereka, "jadi begitu proses ekstraksi tenaga tantra, bisa disegel dalam benda juga rupanya, ini akan berguna untuk membuat wilayahku semakin kuat, selama ini tenaga tantra bisa diekstrak, dikoleksi dan disegel, kalau kubuat objek keramat dengan tenaga tantra dari orang biasa saja aku bisa membuat satu yang sangat kuat atau mungkin jauh lebih banyak lagi,"pikir Ihsan sambil berjalan turun menuju tempat Yusuf dan Steve, "tenaga itu bukan hanya dari adiraja saja, tapi juga dari para pengguna sebelumnya yang mewariskan tenaga tantra mereka disitu,"ucap Ihsan, "kau benar Ihsan, aku juga merasakan ada yang tidak biasa dari tenaga tantra navagraha, seolah ada yang berbeda padahal jika mereka benar-benar berasal dari satu orang harusnya tenaganya sama saja, tapi kenyataannya tidak, mereka sudah diolah dan dikembangkan seiring dengan waktu dengan metode masing-masing penggunanya, pasti ada memori tersendiri disana, koleksi memori dan kemampuan dari zaman tuan Dharmakusuma sampai sekarang,"ucap Yusuf, "menyerap tenaga tantra adalah hal yang mungkin untuk dilakukan, waktu itu kudengar Sandi juga bisa menumpuk tenaga tantra dari navagraha, berarti aku juga bisa, hanya saja mungkin aku takkan menggunakan tantra yang kuat, koleksi dari banyak orang sudah cukup,"pikir Yusuf, "kalau begitu berarti tenaga tantra kecil saja apabila diwariskan terus menerus akan menumpuk jadi kekuatan mahadahsyat juga, entah butuh berapa lama sampai bisa setingkat adiraja, tapi aku yakin ini akan berguna untuk rakyatku, aku mungkin tidak membutuhkannya, aku ingin tenaga tantraku tetap murni,"pikir Ihsan saat melihat Salman sedang menyembuhkan kedua putranya, "apa yang kalian pikirkan sebenarnya, kuharap kalian tidak merencanakan hal-hal yang berbahaya lagi,"pikir Steve saat menyaksikan Ihsan dan Yusuf yang memusatkan fokus mereka ke seluruh proses ekstraksi.
Keesokan harinya Yasha dan Rizal berkemas untuk pulang menuju negeri Ashoka saat melihat seorang pemuda berdiri didepan mereka, "Alan, engkau terlambat untuk membantu kami, kami sudah mendapatkan apa yang dibutuhkan,"ucap Yasha, "aku tau itu, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu dari tuan Gifar untuk memberikan kalian hadiah dari kerja keras kalian,"ucap Alan, "setidaknya bersihkan dirimu dulu Alan, masih bau darah, habis membantai daerah mana lagi dirimu,"tanya Rizal, "biasalah, beberapa kelompok penyelundup, perwira mereka tidak terlalu kuat, aku mau lanjut berlatih setelah menyampaikan kabar ini,"ucap Alan sambil menunjukkan kedua mata naranetranya dan menyampaikan informasi lewat ilusi, "kurasa cukup jelas, sampaikan pada tuan Gifar kita akan segera datang,"ucap Rizal, "heh Alan, kau terus-menerus berlatih, memangnya dirimu mau melampaui siapa,"tanya Yasha, "tidak ada yang perlu dilampaui Yasha, tapi menegakkan dharma harus dengan kekuatan yang besar, tak ada tempat untuk setan-setan itu meracuni dunia, akan kurobek mereka dengan kuku-kuku milikku, yasudah aku pergi dulu,"ucap Alan dengan senyuman tipis lalu tiba-tiba menghilang dengan cepat, "sepi angin ya, mirip seperti ayahnya, yasudah Yasha ayo kita melapor lalu pulang,"ucap Rizal sembari berjalan ke ruang kerajaan diikuti oleh Yasha yang membawa dua wadah berisi navagraha, "aku juga harus berlatih untuk membunuh anak itu, pashupati,"pikir Yasha dengan penuh amarah.
Sesampainya di ruang raja, "kami izin pulang dulu wahai devaraja, terimakasih untuk semuanya,"ucap Rizal sambil berlutut bersama Yasha, "terimakasih atas bantuannya, berkat kalian aku bisa menemukan jalan yang jelas untuk membawa negeri ini jadi lebih baik, semoga beruntung,"ucap Salman sambil membukakan jalan untuk kedua pejuang itu pergi, "kalian sudah tau tentang mereka bukan, Ihsan, Yusuf, Steve, kelompok maharsi yang sangat kuat, itulah target kalian selanjutnya, ohiya kurasa kalian bertiga saja tidak cukup, ajak Lintang juga dan bangunkan Alim, buat rencana sesegera mungkin untuk menjadikannya seorang indra, aku juga tidak suka dengan Sakra,"ucap Salman, "aku memang punya rencana untuk menemui Alim, makanya ada Amra disini,"ucap Ihsan, "hati-hati kalau disana, Sakra itu bukan orang sembarangan, dia seorang Ishvara sepertiku, bahkan mungkin lebih kuat dariku,"ucap Salman sambil menatap tajam Ihsan.