Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #50

Crown Prince

Siang hari itu di tempat yang dihiasi taman gantung Yasha dan Rizal melangkah masuk, "akhirnya kita di taman Ashokavatika lagi, aku merindukan tempat indah ini,"ucap Yasha, "jadi kalian tiba juga ya, senang rasanya melihat kalian yang berhasil mendapatkan dua dari sembilan graha,"ucap seorang lelaki dari bayangan, "hmm Jack, kau juga melakukan banyak hal yang menguntungkan selama ini,"ucap Rizal, "hahaha, aku hanya nelayan saja, nelayan yang bisa bertarung,"balas Jack sambil berjalan keluar dari bayangan memperlihatkan jubah dan topi kaptennya dengan pistol dan sebuah pedang dipinggangnya, "partnermu itu sedang tidak ada kan, hhh baguslah, bisa stress aku dengan nada seriusnya itu,"ucap Yasha, "oh Yudi ya, dia didalam, kenapa Yasha, takut kah!?,"ejek Jack, "cih, aku tidak suka saja,"celetuk Yasha saat Yudi keluar dengan mata merah menyala, "selamat datang kalian berdua,"ucap Yudi dengan muka datar, "tuh lihat, apaan coba, dasar pria antisosial,"keluh Yasha, "eh Yud, astaga, kau ini yang ceria dikit lah, hehe maaf ya, mungkin kebiasaan orang kuat memang kayak gini hehe,"ucap Jack sambil merangkul pundak Yudi, "prajapati Gifar sedang menunggu kalian di istana, ini adalah pencapaian kita yang cukup luar biasa, acara jamuan dan pemberian hadiah akan segera dilakukan,"ucap Yudi sambil menyingkirkan tangan Jack perlahan diikuti anggukan dari Yasha dan Rizal yang segera melangkahkan kaki mereka ke istana negeri Ashoka. Sesampainya di pelataran istana, Yasha dan Rizal disambut dengan jajaran penjaga bertopeng bersenjata lengkap dan pilar-pilar marmer yang menjulang tinggi mencengkram awan berujung sebuah gerbang yang terbuka dimana ada seorang wanita yang sedang memainkan veena sedang menunggu, "aku tidak tau kenapa, tapi melihat ibu ratu Feni selalu membuatku merasa ada yang aneh,"bisik Yasha, "sudahlah, ayo kita masuk,"ajak Rizal pada Yasha tanpa menyadari wanita tadi sudah berada dihadapan mereka tersenyum tenang, "ada apa denganku Yasha,"tanya wanita tadi tepat dimuka Yasha, "wee mak, ini dia yang membuatku selalu senam jantung,"respon Yasha yang kaget melihat wanita tadi sudah berada dihadapannya sampai terjatuh, "ibu ratu, kami membawa dua navagraha bersama kami dan ingin menemui tuan Gifar,"ucap Rizal sambil membungkuk, "arrgh kubunuh kau kalau terus mengagetkanku ibu ratu,"teriak Yasha, "hihi maaf, jangan bunuh aku Yasha, aku hanya melatih kemampuanku untuk tidak terdeteksi, sebentar ya, biar kukirimkan kalian ke suamiku,"ucap Feni saat merapal mantra yang membuat cahaya mengelilingi mereka dan ketika cahaya itu hilang mereka sudah berada dihadapan Gifar yang sedang bermeditasi, "tuan prajapati, kami datang membawa persembahan untuk kemajuan, dua navagraha, rahu dan ketu, tolong terima kebaikan kami,"ucap Rizal sambil berlutut, saat itu juga Gifar membuka matanya, "kabar yang kutunggu akhirnya tiba juga, sebentar ya, biar kusiapkan peralatannya,"ucap Gifar saat mengaktifkan samsaranetranya dan tiba-tiba enam biksu yang semuanya memiliki samsaranetra muncul disana, "engkau tidak perlu mengeluarkan mereka semua Gifar, kau tidak sedang bertempur,"ucap Feni, "tenanglah ratuku yang cantik, mereka adalah bagian dari kekuatanku, aku sedang bermeditasi saat ini, mereka akan melakukan proses ekstraksi,"ucap Gifar saat keenam biksu itu mengambil rahu dan ketu dari tangan Yasha dan Rizal yang berkeringat dingin melihat wujud keenam biksu tadi, "sekarang, apa yang kalian minta dariku, rekan-rekanku yang berharga,"tanya Gifar sambil tersenyum tenang, "kami tidak memohon apapun tuanku, kami sudah cukup senang bisa membantumu,"balas Yasha dan Rizal bersamaan, "sungguh mulia keinginan kalian, tapi aku tetap ingin memberikan kalian sesuatu maka akan kuberikan kalian masing-masing satu kerajaan di bagian negaraku untuk kalian urus, selama ini aku dan seluruh rshi telah melakukan berbagai upaya untuk kemajuan negeri ini hingga terbentuk banyak tata surya baru untuk ditinggali meski pada akhirnya sebagian besar harus kosong dari penduduk, tolong berangkatlah dan hidupkan tempat itu dan manfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan bersama,"ucap Gifar, "kalau engkau bersikeras maka kami akan melakukannya prabhu,"ucap Rizal, "terimakasih atas pengertiannya, apa ada laporan lain,"tanya Gifar, "maafkan kami prabhu, tapi kami gagal menghabisi tiga dari lima ancaman utamamu itu, padahal kesempatan ada didepan mata, mereka lolos dari tangan kami, Ihsan, Yusuf dan Steve gagal kami habisi, sebagai tambahan Steve diangkat menjadi putra mahkota sebagai tebusan perdamaian,"ucap Yasha yang seketika membuat Gifar pusing, "jadi mereka selamat ya, lima pengacau itu semakin digdaya saja, hampir dua bulan lalu salah satu dari mereka menjadi Senarsi sahasradwipa, kini yang lainnya menjadi putra mahkota, apa yang dipikirkan devaraja sehingga mempercayai para pengacau mengerikan itu, aku harus memulai tindakan aktif untuk mengatasi mereka sebelum mereka menjadi lebih berbahaya, apa aku harus turun tangan sendiri,"ucap Gifar, "jangan tuanku, kalau engkau sendiri yang melakukannya maka perang bisa pecah, akan semakin banyak korban yang tidak diharapkan nantinya, akan lebih baik jika engkau mengirim orang lain,"ucap Feni, "kau benar ratuku, tapi siapa sekiranya, Yudi dan Jack terlalu terkenal semenjak insiden pembunuhan Suryani lalu dua orang didepan kita juga baru saja terlibat pemberontakan di Panditanagara, tinggal tim yang ditinggali Alan dan Wahyu, lalu tim Zuhri dan Malvin, bagaimana saran kalian berdua,"ucap Gifar, "kami menyarankan agar Zuhri dan Malvin berangkat memburu mereka, menurunkan Alan sekarang terlalu beresiko, kalau identitasnya terbongkar seluruh Sahasradwipa akan memburu kita terutama regu vishkanya, kita perlu menunggu sampai panglima mereka digantikan baru dia bisa dilepaskan, lagipula Zuhri dan Malvin adalah pemburu yang luar biasa, selama di Panditanagara kami bisa dengan mudah menghajar srsta atau bahkan pashupati, kalau engkau kirimkan Zuhri yang lebih kuat dariku ataupun Yasha mereka bisa dilumat, sayangnya Steve dan Lintang harus dihindari oleh mereka saat ini, mungkin Zuhri masih setara atau lebih kuat dari mereka tapi berurusan dengan mereka berarti menantang negara adidaya, tapi aku yakin dengan kemampuan Zuhri menggali informasi mungkin salah satu dari Yusuf atau bahkan Ihsan yang merupakan target utamamu bisa dihabisi, tapi kita perlu melupakan Alim untuk sementara karena dia berada di negara yang kau niatkan menjadi aliansi kita,"ucap Rizal, "kau jenius Rizal, aku bisa kirimkan dua pembunuh itu dan regu mereka untuk memburu Ihsan dan Yusuf, hmm mungkin Yusuf dulu kalau bisa, aku masih ingin memburu pashupati dengan tanganku sendiri,"ucap Gifar dengan penuh keyakinan.

Sementara itu di Panditanagara, prosesi penobatan Steve selaku pangeran yang baru sedang terjadi, para rshi berkeliling disekitar singasana bersama dengan Ihsan, Yusuf, anak-anak devaraja dan para orang penting lainnya, "dengan ini atas kebijaksanaan dan permintaan banyak orang kuangkat engkau menjadi putraku, sekaligus salah satu calon pewaris takhta Panditanagara, gunakan posisimu dengan baik wahai anakku, ganadhipa Steve,"ucap Salman sambil mengguyur kepala Steve dengan air lalu memasangkan mahkota yang dia bentuk dari kain, diikuti dengan lemparan bunga dari para rshi dan senyuman hangat dari Steve.

Sore harinya di istana Alhambra, Ihsan, Yusuf dan rombongan mereka akan pulang ke Sahasradwipa dan sedang berpamitan, "jadi Ihsan, Yusuf, apa rencana kalian setelah ini,"tanya Steve, "penasaran banget sih, aku ada beberapa rencana sih hehe,"ucap Yusuf, "hmm pertama aku perlu mengembalikan Amra ke Devaloka, lalu aku harus menyiapkan tempat mengajar untuk para cendikiawan dari sini dan tentu saja berlatih, sisanya terserah takdir,"ucap Ihsan sedikit muram, "hei Ihsan, kau masih tidak terima dengan kekalahanmu kah,"tanya Steve, "bukan mas, ini bukan urusanmu, aku cuma mau pulang dan menenangkan diri, aku perlu banyak mengevaluasi diri sendiri tentang apa saja yang pantas dan tidak pantas kulakukan, aku berangkat dulu ya,"ucap Ihsan lirih sambil melambaikan tangannya dan melangkah pergi diikuti Yusuf dan rombongan lainnya kemudian segera melesat pulang kerumah mereka meninggalkan Steve yang meneteskan air matanya, "aku tak biasa melihatmu murung seperti itu Ihsan, apa yang sebenarnya membuatmu sedih,"gumam Steve, "sudahlah Steve, hmm bolehkah kami tinggal bersamamu,"ucap Zahra yang sedang bersama kakaknya yang baru pulih dan para pasukan svananda yang tidak punya rumah, "tentu saja kalian akan tinggal bersamaku, mari bangun rumah-rumah yang nyaman untuk kalian semua,"ucap Steve dengan senyum getir dan matanya yang sendu dipenuhi air mata, "apa yang membuatmu sedih Steve,"tanya Zahra sembari menghampiri Steve lalu menggenggam erat tangannya, "ada apa,"tanya Zahra kembali dengan senyuman lembut diwajahnya dan menuntun Steve untuk duduk bersila dengannya, "aku takut Zahra, adikku itu, aku takut dia kehilangan dirinya sendiri,"ucap Steve lirih, "begitu ya, do'akan saja yang terbaik untuknya, dia sudah berlari sejauh ini, adik-adikmu itu sangat kuat sepertimu, mungkin lebih kuat lagi, percayalah pada mereka seperti selama ini engkau mempercayai mereka,"hibur Zahra, "terimakasih sudah memberikan petunjuk padaku Zahra, kau memang cahaya indah yang menerangi jalan gelapku, Ihsan, Alim dan engkau Yusuf, semoga kalian selalu dirahmati Tuhan,"gumam Steve lirih mendoakan adik-adiknya didalam pelukan Zahra.

Lihat selengkapnya