Senin, 4 Maret 2013, jam 23.17, Ihsan akhirnya sampai di keraton suralaya yang saat itu dijaga para abdinya. Setelah vimananya berhenti dan gerbang dibuka Ihsan turun dan melihat Shafa berada didepan pintu vimana, "prajnaparamita!?, engkau disini!?,"pikir Ihsan saat berjalan turun menuju keratonnya, "kau sudah pulang Ihsan!?, lama sekali,"kata Shafa dengan riang saat menyiapkan rangkaian bunga untuk menyambut Ihsan yang tiba dihadapannya, "apa yang kau lakukan disini?,"tanya Ihsan saat dikalungkan rangkaian bunga oleh Shafa, "selama engkau pergi aku berada disini untuk menjaga rumah kita,"ucap Shafa, "kau disini terus!?, bagaimana dengan posisimu di vishkanya, tim pimpinanmu tidak bertugas disini kan Shafa!?,"tanya Ihsan yang semakin penasaran, "oh itu, aku mengundurkan diri, aku rasa rumah kita lebih penting,"ucap Shafa saat mengambil kudapan untuk Ihsan, "hah!!!!, apa!!??,"kata Ihsan separuh percaya, "aku mundur dari posisiku sebagai anggota vishkanya untuk mengurus rumah kita ini,"ucap Shafa, "apa maksudmu!!?, kenapa kau begitu impulsif Shafa!?, apa kau mengerti konsekuensi perbuatanmu, bisakah dirimu tidak terlalu obsesif padaku Shafa!!!, bisa tidak!?,"bentak Ihsan, "tapi kan, tapi kan aku cuma ...,"keluh Shafa yang mulai ketakutan, "cuma apa!?, eh Shafa!, dengarkan aku dulu, ini belum jadi rumahmu, kau masih tamu disini, ini keraton kami dan kau belum jadi bagian darinya, kenapa kau begitu egois, bagaimana nasib tim yang kau pimpin, kau seharusnya lebih perhatikan mereka, merekalah tanggung jawabmu, bukan disini!!,"teriak Ihsan saat memancarkan energinya yang begitu mencekam, "Ihsan, kenapa dirimu begitu murka dengan Shafa, dia hanya mencoba membantumu,"suara Alim tiba-tiba terdengar ditelinga Ihsan, "ini hari senin ya, bagaimana kabar orang tua kita cak,"tanya Ihsan, "mereka baik-baik saja, oiya, mumpung aku ada disini aku ingin meminta Amra pulang ke Devaloka,"ucap Alim, "hei!, ada apa ini, eh Alim kau juga ada disini?, eh Ihsan kenapa tadi ada pancaran energimu, eh kenapa Shafa tergeletak ditanah, kok kelihatannya sedih,"tanya Yusuf yang baru saja terbangun setelah sekian lama tidur diatas kursi terbangnya, "kau tidak lihat yang terjadi tadi aden,"tanya Amra, "hoaaahhm, sorry, aku ketiduran,"balas Yusuf, "eh bisa-bisanya kau tidur,"tanya Amra, "aku tadi memang merakit kursi terbang agar bisa beristirahat sambil bepergian ya harus kutes dulu, eh jadi gimana rencanamu tadi Ihsan, masih mau membangun jalur kosmik ke Devaloka, mumpung ada Alim nih,"kata Yusuf, "hah, kalian mau membuat jalur kosmik ke Devaloka!?, gimana maksudnya ini,"tanya Alim, "kau sudah dengar kalau upaya kudeta yang kulakukan gagal kan cak!?, jadi aku dan Yusuf merencanakan pembangunan jalur kosmik ke berbagai penjuru Dunia dengan modal dariku ditambah prospek bisnis yang besar, aku rasa ini cukup menguntungkan untuk dilakukan, terlalu banyak kekacauan yang terjadi karena perselisihan yang ditimbulkan tak adanya satu sistem yang menyatukan mereka semua, kita harus membuat sistem itu jadi aku akan memulainya dengan pembangunan wilayah besar-besaran dimulai dari jalur kosmik ke Devaloka, tapi sebelumnya kita harus mendapatkan dukungan militer yang sangat kuat untuk mengatasi bermacam masalah, jadi rencana pertama kita adalah menguasai dukungan militer dari negara ini, mas Lintang sudah menjadi senarshi dan itu adalah satu modal kita, kemudian mas Steve sudah menjadi putra mahkota dan itu akan menjadi modal besar untuk hubungan antar wilayah, tinggal mendapatkan kendali atas regu pembunuh seperti vishkanya, pada awalnya aku berniat menaikkan Shafa, tapi dia sudah mengundurkan diri jadi aku perlu mengganti rencana, kira-kira siapa ya,"tanya Ihsan, "jadi itu rencanamu Ihsan, maaf ya aku bertindak sendiri lagi,"rintih Shafa yang saat itu terduduk lemas, "hufff, hal itu sudah terjadi, maafkan aku Shafa, apa kau punya saran untukku,"tanya Ihsan dengan lembut sambil mengusap air mata Shafa, "mungkin Sekar adalah kandidat yang paling cocok untuk menjadi panglima vishkanya, dia yang paling cerdas selama ini dalam menemukan solusi, memilih kak Rasha hanya akan menambah masalah karena dia menyelesaikan semuanya dengan tinjunya, kalau pilih Shifa sebenarnya bisa tapi dia terikat dengan kerajaan Mataram, sedangkan diriku yang menjadi kandidat utamamu malah sudah keluar,"ucap Shafa yang masih belum berani menatap Ihsan, "opsi yang menarik, gitarani ya, Yusuf?, apa engkau setuju,"ucap Ihsan, "opsi yang sempurna, aku sekarang bisa lebih mudah mencari kerjasama dibidang persenjataan kalau dengan dia, lagipula ayahnya juga seorang rshi, ini akan mempermudah suksesi,"ucap Yusuf, "bagus, apa saja yang harus kusiapkan untuk suksesi vishkanya ini,"tanya Ihsan, "kau hanya perlu menggelontorkan sumber daya baik logistik maupun tenaga kerja untuk membangun jalur kosmik itu, aku akan mengawasinya bersama dengan Sekar dengan mengajukan misi khusus ke pusat lalu kita siapkan duel antara Sekar dengan bu Rina, sebagai langkah akhir dalam suksesi,"ucap Yusuf, "baiklah kalau begitu aku akan membuat rencana lain untuk mempercepat perebutan takhta indra, benar kan cak,"tanya Ihsan, "kau benar Ihsan, tapi aku perlu melakukan duel juga dengan Sakra, era lama akan kita akhiri,"ucap Alim, "baiklah kalau begitu, kita berangkat besok pagi, aku akan melakukan monitoring disini sambil terus meningkatkan aktivitas di wilayahku sebagai sumber daya utama kita, gunakan grup Kailash untuk mendanai dan menjadi bisnis utama di jalur kosmik yang kita buat, jadi Yusuf tujuan pembangunanmu dan Sekar adalah menuju Madyadwipa dan Lanka dari Dharmasraya sedangkan aku akan membuat jalur kosmik dari Joggring Saloka ke Devaloka bersama dengan timku sendiri sekaligus membangun wilayah baru untuk wilayahku, cak Alim akan menyiapkan kekuatan besar di Devaloka, ada pertanyaan,"jelas Ihsan, "aku ada permintaan, tolong bawa Shifa dan Bagas juga ke ekspedisimu, mereka akan sangat membantu,"ucap Alim, "baiklah cak, aku paham, sekarang kita istirahat dulu, Shafa, kamu juga ya, istirahat dulu,"ucap Ihsan sambil menggendong Shafa yang masih menangis, "iya Ihsan, maaf ya,"ucap Shafa dengan pelan, "iya Shafa, aku juga minta maaf ya, aku terbawa emosi tadi, tenanglah, besok kamu kuantar pulang ya,"bujuk Ihsan diikuti anggukan pelan dari Shafa, "bu Hani, aku titip Shafa dulu ya, antarkan dia ke kamarnya,"pinta Ihsan sambil menyerahkan Shafa, "ini akan jadi proses yang cukup menantang, tapi aku harus melaluinya, aku akan buat Jonggring Saloka menjadi negara adidaya,"pikir Ihsan sambil berjalan ke sofa dan istirahat sejenak, "baahh, lama tidak tidur bersama,"ucap Alim yang tiba-tiba ada disebelah Ihsan, "hahaha, yoi bro, ngemper dulu nih asik,"sahut Yusuf, "ah bolehlah, ayo,"ucap Ihsan saat mulai memejamkan matanya dan tidur bersama Alim dan Yusuf di ruang tamu.
Pagi harinya dua pushpaka vimana disiapkan di pelataran keraton suralaya, satunya untuk Alim dan Amra pulang menuju Devaloka dan satunya untuk rombongan Ihsan, Yusuf dan Shafa menuju Ngalam dan Garudapura disertai para pembantu mereka masing-masing, tak lama setelah itu mereka berangkat ke tujuan masing-masing, "hati-hati cak, siapkan juga pasukanmu disana,"ucap Ihsan, "siap Ihsan, kau juga yang hati-hati, banyak orang yang mulai mengincarmu hari ini karena tingkah lakumu yang dianggap berbahaya oleh mereka,"ucap Alim sambil melakukan tos kecil dengan Ihsan dan berangkat ke tujuan masing-masing. Tak berapa lama vimana mereka berdesing dan berangkat ke dua arah yang berbeda.
Tak lama vimana Ihsan mencapai Ngalam untuk menurunkan Yusuf, "dah Ihsan, Shafa, kalian yang akur ya,"ucap Yusuf saat turun menuju labnya, "siap Yusuf, hati-hati juga ya, ingat rencana kita, yasudah Shafa, ayo kita pergi,"ucap Ihsan sambil menutup pintu vimananya, "apa engkau berniat menjadikan wilayahmu sebuah negara sendiri Ihsan,"tanya Shafa, "iya Shafa, iya, aku sudah menyaksikan sendiri perselisihan mengerikan karena seringnya ada perbedaan, aku melihat kelompok penghancur yang sangat menakutkan, kekuatan absolut seorang Ishvara dan kemelut yang terjadi didalamnya, Dunia ini perlu reformasi, perlu sebuah revolusi,"jawab Ihsan saat kembali menuju bangkunya seiring dengan tertutupnya pintu vimananya diikuti oleh Shafa tepat setelah pintu itu tertutup. Sementara itu Yusuf yang berjalan di laboratorium melihat sebuah perubahan di tempat itu saat pintu labnya terbuka dan memperlihatkan Sekar yang sedang bermain veena, "kau tiba juga disini,"tanya Sekar, "tidakkah engkau bertugas hari ini gitarani,"tanya Yusuf, "memangnya kamu tidak melihat aku sedang beristirahat, aku dapat shift malam hari ini, jadi bagaimana dengan Panditanagara, separah apa kekalahan kalian,"ucap Sekar, "ya begitulah, untungnya ada negosiasi, hmm Sekar, bolehkah aku meminta sesuatu darimu, maukah engkau menjadi panglima vishkanya menggantikan bu Rina,"tanya Yusuf yang mengagetkan Sekar hingga senar veenanya putus, "menarik, apa rencanamu untuk membuatku menang berduel dengan bu Rina untuk merebut posisi savitri devi,"tanya Sekar yang mencoba memperbaiki veenanya, "simpel saja, kau akan kulatih untuk menjadi kuat, saat kita melakukan pembangunan jalur kosmik ke Madyadwipa,"ucap Yusuf, "darimana modalnya, Ihsan kah!?,"tanya Sekar saat menyiapkan persenjataannya, "iya, dia yang akan mendanai proyek ini, kita perlu melakukan perizinan setelah ini,"ucap Yusuf, "kalau Ihsan yang mendanai aku percaya, akan kubantu, aku juga merasa bahwa vishkanya agak kurang berkembang ditangan bu Rina, perlu sedikit perubahan,"balas Sekar sambil memasang senar dan meneruskan bermain veena dengan senyuman tipis tersimpir diwajahnya.