"Ihsan, surat-suratnya sudah ditandatangani oleh Yaksharajan, akan kukirimkan berkas datanya dan kau bisa memulai pembangunan sekarang, eh kalau boleh tau siapa yang akan menjaga keratonmu,"tanya Yusuf lewat gawainya, "hmm sudah bisa dimulai ya, baiklah, aku juga sudah bersama tuan putri dan Bagas juga, proyek kita akan dimulai, kau silahkan memulainya juga bersama timmu,"balas Ihsan yang kemudian menutup percakapan mereka, "baiklah, kapan kita akan memulai pembangunan ini, aku juga sudah mendapatkan surat tugas untuk menemanimu,"tanya Sekar pada Yusuf yang baru saja menutup gawainya, "kita akan segera memulainya Sekar, saat ini, sekarang juga,"ucap Yusuf sambil menyalakan sebuah mesin didepannya yang segera memerangkap dan mengamplifikasi cahaya dengan sangat cepat lalu menembakkannya ke angkasa sampai menghantam objek langit dan membuat energi beresonansi dengan cepat hingga mendesis mengeluarkan banyak partikel termasuk jagatpati dan jagannata yang menjadi bahan bakar fusi nuklir dari benda langit tadi yang saat itu terus menarik awan jagatpati dan jagannata sampai memadat dan memanas menjadi bintang, "jadi itu alat pembuat bintang milik kalian, kukira itu mesin kecil sekali pakai,"ucap seorang lelaki yang baru saja berpindah kesana, "ei, Gibran, lama gak ketemu, kau baik-baik saja kan,"sapa Yusuf, "tentu saja aku baik-baik saja, aku kan tidak ikut acara pemberontakan itu,"balas Gibran, "hiiiih, aku juga baik-baik saja tau, ya meskipun agak banyak luka sih,"ucap Yusuf, "hahaha yaudah sih, namanya aja lawan Ishvara, selamat aja dah untung,"ucap Gibran, "hh iyasih, yasudahlah, sekarang waktunya berlatih lagi, ayo bawa meriam bintangnya,"ucap Yusuf, "tunggu dulu Yusuf, kau lupa kalau setelah proses pembuatan bintang akan ada hujan meteor sebagai efek samping, aku mau kumpulkan beberapa,"ucap Sekar saat melesat keatmosfer untuk mengambil batuan angkasa dengan tangannya sendiri, sementara itu dibawah Yusuf dan Gibran menyiapkan para kuli untuk memulai expansi besar-besaran, "mobilisasi warga, kita akan berangkat, tujuan utama dari ekspansi bintang ini adalah Madyadwipa, kita akan bergerak sambil membangun jalan besar untuk perdagangan,"ucap Yusuf memerintahkan para pekerja bangunan yang mengomandoi mesin-mesin pembangunan dan robot konstruksi serta meriam bintang yang tak terhitung jumlahnya, "dengan ini perdagangan Dunia akan berjalan semakin cepat mengingat pos-pos yang harus diisi akan semakin banyak dan itu akan berujung pada pertukaran sumberdaya berantai yang sangat cepat,"pikir Yusuf dengan senyuman tipis diwajahnya.
Hari itu juga pembangunan dimulai, beberapa tembakan meriam bintang bergema diangkasa hari itu diikuti dengan kelap-kelip cahaya bintang dimalam hari sementara pada karyawan disebar masing-masing sepasang untuk menebar kehidupan di planet-planet kosong yang mereka buat hari itu dari semburan material bintang diangkasa. Waktu berlalu dengan cepat dan saat itu sudah malam, "Yusuf, kenapa harus secepat ini dibuat kegiatan jual beli, sampai harus mengundang banyak sekali pedagang kecil, kau mau Suf?,"tanya Gibran sambil membuat teh manis untuk lanjut kerja, "hmm bolehlah teh manisnya, kalau masalah percepatan transaksi memang perlu dilakukan mengingat orang-orang disini perlu sesegera mungkin untuk berproses, ditambah lagi memang keahlian dan orang-orang yang keluar dari artaguna pedagang juga akan memiliki pola pikir seperti pedagang, lagipula expansi grup perusahaan kailash harus dilakukan secepat mungkin dan seefisien mungkin untuk menambah modal pembangunan,"ucap Yusuf, "menggunakan pembangunan sebuah fasilitas untuk meningkatkan perusahaan pribadi ya, pantas saja modalnya akan cukup, sistem perputaran uang secepat mungkin untuk menambal biaya rupanya, cerdas juga,"ucap Gibran, "kau seharusnya sudah memahami itu, bukannya industri fotografi dan perfilman milikmu juga bagian dari grup ini,"ucap Yusuf, "iya Suf, tapi aku bukan pebisnis yang menjadi otak besar perusahaan, aku ini seorang praktisi ilmu optik dan grafis, management keuangannya kan masih dari kalian, bisa dibilang ini bisnis milik kalian yang juga menaungi bakatku, lebih tepatnya punya Ihsan sih, agak salah juga dirimu bilang industri fotografi itu milikku, kalau itu memang punyaku kayaknya aku gabakal bikin industri perfilman, ada aja otak anak itu,"ucap Gibran, "sebenarnya dia cuma mau mewadahi bakat Shafa dan mungkin hobi adiknya, ya meskipun kelihatannya Ihsan acuh tak acuh begitu tapi dia sayang sekali pada teman-temannya, ya kita aja contohnya, eh ada gorengan tidak,"ucap Yusuf, "apanya gorengan, gaada!, ini kubawakan ubi rebus,"ucap Sekar, "eh ubi rebus ya adanya, ok, ini enak juga kok,"ucap Yusuf, "kau beli ini Sekar!?, kenapa gak bikin sendiri, biar ada spesial-spesialnya gitu buat Yusuf,"ucap Gibran yang menuangkan secangkir teh untuk dirinya, "hmmmh, padahal dimakan juga,"balas Sekar, "udahlah Bran, apa salahnya sih belum bisa masak, dia kan udah mencoba,"ucap Yusuf, "maaf ya Suf, gara-gara masakanku kau beberapa kali keracunan,"ucap Sekar, "yang penting jangan berhenti mencoba, sama ini sih, jangan langsung masak setelah menjalankan misi vishkanya, kayaknya ada sisa material radioaktif atau racun ditanganmu,"ucap Yusuf, "maaf,"pinta Sekar dengan sedih, "kok iso lho, padahal tau kerjaan vishkanya spionase dan pembunuhan, cuci tangan dulu kan harusnya,"ucap Gibran, "namanya aja salah Bran, lagipula regenerasi orang-orang sekuat kita harusnya cukup untuk menahan efeknya, dosisnya kecil kok,"ucap Yusuf, "gabisa gitu juga sih Yusuf, kalau aku terus begini orang-orang terkasih kita bisa jadi korban,"ucap Sekar, "hahaha, dahlah, teruslah mencoba, Ihsan juga seperti itu kok, dia bisa terlihat baik karena dari sekian banyak percobaan yang dia lakukan ada sedikit yang berhasil dan dia kembangkan bersama,"ucap Yusuf, "oiya Sekar, gimana persiapanmu untuk menjadi savitri,"tanya Gibran, "jujur saja proyek ini cukup membantu, aku jadi bisa berkembang cukup cepat karena tantangan internal dari warga yang membludak, lingkungan disini cukup barbar juga, tinggal usahaku saja apakah cukup keras untuk menggali potensiku untuk merebut posisi savitri,"ucap Sekar sambil memandangi tangannya, "tapi Suf, kenapa sih Shafa harus mengundurkan diri, bukannya seharusnya dia kandidat yang lebih pas, serasa cocok aja pemimpin sekaliber Ihsan dengan panglima vishkanya,"keluh Gibran, "itu pilihannya Bran, pikiran mereka berdua memang sangat sulit dibaca, kelayakan juga dihitung dari kemana arah dedikasi mereka, semua yang kau katakan itu pada akhirnya hanya perkiraan, kenyataannya yang kau lihat sekarang yang kita rencanakan menjadi savitri devi adalah Sekar, berhentilah berandai-andai dan mulailah menerima kenyataan agar kita bisa merencanakannya dengan baik,"ucap Yusuf, "iya juga sih, aku salah karena mulai berandai-andai, aku mempertanyakan takdir lagi, yasudahlah aku mau berangkat kerja lagi, ayo Suf,"ajak Gibran, "ok, tapi selesaikan sistem pengawasannya ya,"ucap Yusuf, "siap bos,"balas Gibran lalu keduanya melesat ke pos masing-masing, "hhh, aku bukan yang terbaik sih, ya kurasa aku diplot hanya karena Shafa mundur dan Shifa memang tidak memungkinkan karena keluarganya, mungkin juga karena kak Rasha tidak berminat, tapi rencana sudah berjalan, aku tinggal konsisten dengan usahaku,"gumam Sekar dengan pelan.
Sementara itu disisi lain Dunia terlihat dua orang pria terlihat membaca sebuah pesan seusai bertempur, "misi apalagi ini, mengalahkan Yusuf, anak kecil ini sudah menjadi masalah yang cukup akut ya,"ucap seorang pria yang sedang melinting cerutu, "apalah, takut sama anak kecil ini,"ucap seorang pria lainnya, "oi Malvin, anak-anak ini memang sangat kuat, aku yakin kalau kau yang menghadapi mereka kau akan dihajar,"ucap pria tadi, "terserah kau lah Zuhri, mereka kan kalah dengan tim Yasha dan Rizal mana mungkin tim kita yang lebih kuat bakal kalah,"ucap Malvin, "oi basreng, aku yang menggendong tim ini ya, awas aja kau mengacaukan rencanaku,"ucap Zuhri malam itu sambil menyalakan cerutunya dengan api ditangannya sambil melihat gundukan mayat-mayat yang setinggi gunung, "iyadeh, sipaling gendong, lalu gimana kasino kita,"balas Malvin, "kasino kita kan berada di dalam saubha vimana, kurasa gak masalah kalau kita bawa ke mereka, apa bisa dipahami,"ucap Zuhri, "hahaha, bisa kok, ini akan seru,"ucap Malvin sambil meregangkan tangannya yang masih bersimbah darah seusai membantai membantai armada perang bersama Zuhri.