Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #53

Si Ingin Tahu

Di pagi yang cerah, Sekar baru saja selesai melakukan patroli dan tangannya masih dipenuhi darah, "aku perlu belajar memasak lagi, aku akan memulai dari masakan sederhana seperti ikan dan sayur mayur,"pikir Sekar saat membersihkan diri, pakaian dan senjatanya, saat itu dia memutuskan untuk mencari danau untuk menyelam demi mencari ikan segar untuk dia masak, "aku tidak akan pulang sampai masakanku berhasil,"pikirnya sambil mencari-cari ikan didalam danau tersebut, setelah beberapa saat dia menemukan seekor pari yang cukup besar, tak berlama-lama Sekar langsung menembakkan harpun miliknya dan mengangkat pari itu ke daratan kemudian membuat tungku api dari kayu-kayu yang dia temukan, "selama pembangunan rute kosmik aku harus melatih banyak hal termasuk memasak sendiri, kupikir skill survival seperti ini akan diperlukan oleh orang-orang yang sering melakukan misi patroli sepertiku, apalagi lingkungan ini sangat berbahaya, aku harus terus mengawasi tanpa jeda selama berhari-hari, kalau aku bisa mengolah makanan sendiri aku tidak perlu pulang ke tenda logistik untuk mengambil makanan, aku bisa terus fokus berpatroli, mungkin aku akan tetap pulang saat malam hari untuk memberikan laporan tapi kurasa itu saja, setelah itu aku bisa bebas melakukan tugasku, Yusuf juga sudah sibuk melakukan banyak hal di kemah konstruksi, aku juga harus berkembang,"pikir Sekar sambil menyiapkan tungku api disana lalu memotong pari yang dia dapatkan tadi, beberapa dia berikan pada binatang liar dan sebagian kecil yang menurutnya enak dia olah, "bagian sirip ya, kalau berdasarkan catatan harusnya bagian ini yang lebih enak,"pikir Sekar saat memotong pari tadi dan menyiapkannya dalam bentuk potongan dadu, tak lama dia membuat sebuah kuali dari tanah liat dengan tangannya lalu setelah mencuci tangan, dia memasukkan pari ke dalam kuali untuk direbus bersama beberapa bumbu yang dia dapatkan dari hutan, setelah masakan dia rasa matang, Sekar segera mencobanya, "urgh, kenapa rasanya masih amis sih, gagal lagi, yang salah apa,"teriak Sekar dengan sedih dan akhirnya hanya memakan ransum yang dia bawa dari tenda konstruksi, "tau ah, kok susah sekali sih, bagian yang salah yang mananya, bahannya sudah segar, bumbunya udah pas, alat masaknya juga sudah bagus, apa yang salah,"gumam Sekar saat pulang ke tenda konstruksi.

Setelah sampai ditenda konstruksi Sekar melihat banyak orang sedang melakukan pembangunan namun satu sosok yang dia kenal juga ada disana, "Alya!?, kenapa dirimu disini!?,"sapa Sekar, "loh, kau gak tau, ini proyek antar bangsa yang sangat menguntungkan untuk orang-orang yang punya bisnis, kami ingin menjadi bagian saja,"balas wanita bernama Alya itu, "ayahmu sudah tau akan hal ini Alya!?,"tanya Sekar, "tentu saja, dia yang memerintahkan diriku untuk kesini, semakin banyak planet yang dihuni akan semakin sering pula penghasilan dari artaguna muncul, ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, lagipula bukankah kalian sedang mengupayakan pertumbuhan ekonomi makro secara besar-besaran, keberadaanku bisa membantu dengan hal itu"ucap Alya, "percaya diri seperti biasanya,"gumam Sekar saat mengeluarkan beberapa kapsul berisi bahan makanan yang dia dapat selama patroli, "eh Sekar, ini bukan rute tempat Ihsan kan,"tanya Alya, "bukan kok, ini rute yang dikomandoi oleh Yusuf, memangnya kenapa,"tanya Sekar, "hmm gaada, aku agak takut bertemu anak itu, kau sudah dengar tentang kejadian di Panditanagara kan!?, pemberontakan akbar itu, anak itu katanya menggila lagi disana,"ucap Alya dengan serius, "hhh kalau itu semua orang juga tau, memang orang-orang kuat seperti mereka itu agak sulit untuk dipahami pola pikirnya, tapi kita perlu bersyukur bisa berada di sekitar mereka, kita bisa terkena efek positifnya, lagipula kalau alasanmu karena Ihsan ikut pemberontakan bukannya Yusuf juga ikutan,"ucap Sekar, "eh Yusuf mah beda, dia orangnya masih agak baik apalagi kalau ke cewek, Ihsan itu orangnya gak pandang bulu gitu loh, berada didekatnya itu serasa sangat menakutkan,"ucap Alya, "hmm kau masih malu dengan kejadian di rumah budak itu kan, tenang saja, dia sudah memaafkan dirimu kok,"ucap Sekar sambil mengoper kapsul-kapsul berisi bahan makanan ke tim logistik, "iya Sekar, aku masih agak sungkan, dia anaknya susah diprediksi, pria yang sangat sulit dijangkau,"ucap Alya, "yasudah, lebih baik dirimu ikut bantu-bantu disini, aku sedang perlu banyak orang untuk mengerjakan tugas disini, mungkin kita akan mengupas bawang,"ucap Sekar, "heh apaan kau, bukannya itu tugas orang-orang dapur, seorang bangsawan sepertiku mana sering melakukan hal itu,"ucap Alya, "dih, emang kau pikir dirimu siapa disini, kalau mau mengambil manfaat disini kau juga harus bermanfaat juga, kita sedang membangun peradaban, lagipula bukannya seorang bangsawan harusnya bekerja jauh lebih keras daripada orang biasa, kita punya kekuatan lebih dan itu harus dimanfaatkan,"ucap Sekar sambil mengambil perlengkapan memasak untuk bekerja didapur lalu memberikan satu juga untuk Alya, "hhh iya dah, terserah kau,"ucap Alya, "kita sebagai orang-orang yang punya daya dan kekuatan lebih harus melakukan upaya yang lebih pula, aku juga seorang bangsawan sepertimu, apakah itu membuat kewajiban yang kumiliki lebih sedikit dari orang biasa!?, tentu tidak, sebaliknya kita harus memiliki tanggungjawab lebih dengan berkah yang kita dapatkan,"ucap Sekar saat menuju dapur bersama Alya, "hhh iya juga, dia sendiri lebih kaya dari seluruh anggota keluargaku, kurasa sudah bukan waktunya bagi diriku berleha-leha, aku perlu berimprovisasi,"pikir Alya saat mengikuti Sekar.

Sementara itu didapur Sekar dengan teliti mencari dan mengupas bawang, "eh Alya, tadi aku masak ikan pari, udah kumasukin semua bahan untuk membuat sopnya, kenapa rasanya masih amis ya,"tanya Sekar, "mana tau aku Kar, aku kan udah bilang aku jarang masak, apalagi ikan pari,"balas Alya, "apa kau sudah membuang air rebusan pertamanya roro!?,"tanya seorang lelaki yang juga sedang mengupas bawang, "eh, bukannya air rebusan itu bisa jadi kaldu buat masakan, kau yang bener pak Firman,"ucap Sekar, "itu benar, tapi perlu digarisbawahi kalau rebusan pertama itu pasti tercampur kotoran dan darah dari hewan yang dimasak sehingga akan jadi amis, perlu dibuang, lagipula ikan gak banyak kaldunya roro, hanya binatang dari kelas burung dan mamalia yang bisa menghasilkan banyak kaldu,"ucap pria tadi yang bernama Firman, "ooooh, begitu ya, kenapa buku resepnya gak menulis yang itu, kurasa harus kurevisi,"ucap Sekar, "itu pengetahuan dasar untuk berbagai masakan, kalau makanan harus dibersihkan, kalau rebusan menghasilkan busa maka makanan masih kotor, kalau kulitnya keras ya dihilangkan dan lain-lain,"ucap Firman, "owwwh begitu rupanya, iya sih harusnya instingku bisa paham tentang hal itu, aku harus lebih sering berlatih lagi,"kata Sekar dengan serius sembari mempercepat mengupas bawang. Sementara itu diatas dapur Yusuf dan Gibran tampak duduk santai sambil menyusun beberapa barang untuk digunakan mempercepat pembangunan, "kau mendengarnya kan Gibran!?, hahaha dia sangat mempesona kalau sedang mengasah kemampuannya seperti itu, aku jadi semangat lihatnya,"kata Yusuf yang tersenyum tipis sambil menengok kearah Sekar, "jadi begitu kriteria yang kau patok untuk pasangan, menarik sekali, eh kurasa kita perlu mewaspadai beberapa ancaman, pembangunan jalur kosmik ini pasti akan mengundang iri hati banyak orang,"ucap Gibran, "kau benar Gibran, sudah semakin banyak masalah, baik internal maupun external,"ucap Yusuf, "Suf, aku curiga bahwa kelompok Maharsi takkan tinggal diam melihat kita, mereka mungkin akan menyerang, kita harus mempersiapkan diri,"ucap Gibran, "ya, kita harus mempersiapkan diri untuk ancaman serius seperti mereka, terakhir kali aku bertemu mereka, aku dikalahkan dengan telak, tapi lebih penting dari itu adalah masalah internal yang timbul silih berganti karena perubahan yang kita lakukan, kita perlu sistem untuk mengontrol kerusuhan yang terjadi,"ucap Yusuf, "ya, kita sedang merancangnya saat ini,"ucap Gibran, "hmm aku harus bersiap, mereka bisa tiba kapan saja, aku juga harus terus mengendalikan kekacauan di wilayah jalur kosmik agar tidak terlalu diluar kendali,"pikir Yusuf sambil mengotak-atik alat didepannya.

Lihat selengkapnya