Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #56

Papan Siasat

"Baru saja dua minggu kita melakukan pembangunan dan sudah banyak isu seperti ini, gimana caranya mau maju kalau dikit-dikit gamau nyoba gini, kalau emang salah ya evaluasi bukan berhenti mencoba hhhh,"ucap Ihsan dengan kesal diatas jalur konstruksinya menuju Devaloka, "hahaha memang begitu pemikiran orang-orang konservatif, ah bukan juga konservatif sih, kurasa lebih tepat kalau dibilang kolot, oiya berdasarkan perjanjian yang kulakukan dengan Sakra, jalur ini perlu dibagi dua secara hukum negara, tapi secara kepemilikan investasi adalah milik usaha kailash,"balas Alim yang waktu itu sedang berkunjung ke proyek, "itu masuk akal cak, kita berdua punya kewarganegaraan ganda di Sahasradwipa dan Devaloka, kita bisa dengan mudah keluar masuk, aku heran kenapa Sakra lebih terbuka dengan kemajuan daripada para Ishvara lain, kurasa kita perlu sedikit memperbaiki pandangan kita padanya,"ucap Ihsan, "setelah dipikir-pikir dirimu benar juga, dia tidak sekolot itu, justru dialah yang paling cepat beradaptasi dan setuju dengan proyek jalur kosmik, kurasa kalau aku bisa memahami alasan dibalik tindakannya aku bisa saja bekerjasama dengannya untuk sementara, toh aku belum paham konsekuensi menjadi Indra,"ucap Alim, "berarti kita bisa memanfaatkan secara penuh jalur ini untuk berbisnis, keputusan yang bagus dari Sakra, sekarang tinggal memanfaatkannya dengan baik,"ucap Ihsan, "iya Ihsan, oiya kabarnya jalur kosmik yang satunya sudah terhubung dengan baik, tinggal dirapikan dan diperluas agar bisa mencakup seluruh moda transportasi, aku tidak heran sih, Yusuf memang cukup jago kalau masalah membuat sesuatu,"ucap Alim, "Yusuf ya, ini memang bidang keahliannya, lagipula wilayah yang dia kerjakan juga lebih ramai karena merupakan jalur dagang internasional, jadi akan lebih mudah mendapatkan perputaran modal, sedangkan disini kita juga turut membuka peradaban Devaloka ke ranah publik, sejauh ini pedagang yang menggunakan jalur ini hanya dari grup kailash dan orang-orang Jonggring Saloka saja serta sebagian kecil pengikutmu, nampaknya orang-orang dari Devaloka memang sangat tertutup,"ucap Ihsan, "meski begitu mereka memiliki sistem perputaran sumberdaya yang sangat cepat didalam negerinya, mungkin karena barang-barang disana sangat exklusif,"ucap Alim, "ya sih, aku tidak heran dengan itu barang mereka kemahalan,"ucap Ihsan, "tak seperti di wilayahmu yang sangat liar dan cepat berkembang itu Ihsan hahaha,"ucap Alim, "hmm iya,"ucap Ihsan sambil tersenyum tipis, "jalur kosmik ini juga akan menjadi modal utamaku untuk memperbesar kekuatan Jonggring Saloka, mungkin tak lama lagi wilayahku itu akan segera menjadi sebuah negara,"pikir Ihsan dengan tatapan lurus kedepan melihat fajar menyingsing.

Sementara itu dijalur tempat Yusuf bekerja, "jalur kosmik ini jadi sangat ramai dalam kurun waktu secepat ini, Ihsan benar jalur antara Lanka dan Dharmasraya sangat ramai, apalagi mas Steve akan menyambung jalur ini dengan jalur kosmiknya sendiri dari Panditanagara, misi menuju Madyadwipa akan semakin mudah dengan bantuan modal dari mereka,"pikir Yusuf saat menyiapkan beberapa desain terbaru dari zirahnya seusai berlatih dan beberapa saat setelah itu menyaksikan fajar menyingsing, "Yusuf, ini sarapanmu, nasi ikan bakar dan sambal kecap sama teh manis,"ucap Sekar saat membawakan sepiring sarapan pada Yusuf dan juga secarik kertas, "terimakasih Sekar, sudah banyak berkembang rupanya dirimu,"ucap Yusuf sambil membuka secarik kertas tadi, "hmm begitu rupanya langkah mereka, memanfaatkan kekosongan di jalur antara Lanka dan Madyadwipa untuk menginisiasi perdagangan disana, sebenarnya ini bagus tapi kenapa harus banyak perjudian disana, siapa sebenarnya orang bernama Zuhri ini, apa dia berniat untuk memanfaatkan wilayah ini untuk bisnis saja atau melawanku, apapun itu aku harus berhati-hati, orang ini sangat berbahaya,"pikir Yusuf sambil mulai makan sarapannya dan mulai membakar secarik kertas tadi dengan api dijemarinya.

Disaat yang sama di Madyadwipa, "kenapa kita menunggu disini Zuhri,"tanya Malvin yang sebal, "inilah destinasi utama mereka, bukankah tujuan mereka adalah menghubungkan tempat seperti ini kepada Dunia agar Dunia mengenal suku-suku bangsa disini yang sangat kuat dan ulet, mereka sudah kesini sebelumnya, adanya monumen yang mengagungkan Ihsan disini adalah buktinya, saat ini kita sedang membuat jejaring bisnis disini, kita akan memanfaatkan orang-orang yang terbentuk dari artaguna Ihsan itu, pola pikir mereka membuat mereka menjadi pebisnis dan pekerja yang sangat ulet dan konsumtif, keberadaan mereka mempercepat pembangunan disini berkali-kali lipat,"ucap Zuhri, "bagaimana efek satu orang itu semengerikan ini hanya dalam sehari singgah, terakhir kali kulihat Madyadwipa adalah rumah para suku pedalaman tapi sekarang terutama di planet tempat Ihsan singgah ini terjadi pembangunan yang sangat absurd, padahal diriku sering membawa konglomerat kaya kemanapun aku singgah tapi efeknya belum pernah semasif ini,"pikir Zuhri saat menyiapkan senjatanya dan sekaligus berlatih memakai atmasenanya, "lalu kapan kita akan menyerang mereka,"tanya Malvin, "kau sungguh tidak sabaran, merekalah yang akan menghampiri kita disini, kita lebih baik berlatih dan menghimpun pasukan, aku yakin sepanjang perjalanan mereka akan menghimpun armada yang sangat besar meskipun mereka hanya armada dagang, eh tunggu dulu lawan kita adalah surajyesta ya, aku hampir saja lupa, anak itu mungkin saja bakal iseng membuat inovasi dari zirah virancinya itu, kau mungkin juga harus berlatih Malvin,"ucap Zuhri sambil membentuk mudra dan melepaskan empat makhluk yang sangat mengerikan, "lagi-lagi empat piaraan abadimu ini, kau benar-benar meremehkanku Zuhri,"gertak Malvin sambil mengeluarkan energi yang sangat kuat, "hahaha, karena merekalah aku bisa meraih kekayaan sebanyak ini, aku tidak sedang meremehkanmu Malvin, mereka adalah bagian dari jiwaku, bukan sebuah wahana, dengan kata lain memang beginilah caraku bertempur, lagipula aku sedang ingin mengurus beberapa hal sambil berlatih, berlatihlah Malvin,"ucap Zuhri sambil melesat meninggalkan Malvin sendirian dengan empat binatang yang haus darah dihadapan Malvin, "semua orang juga tau kalau mereka bukan wahana, hhh setan-setan merepotkan ini harus kukalahkan kali ini, setan yang berbentuk manusia cicak itu bisa memanipulasi iklim, manusia kecoa itu mampu membuat wabah, yang kecil itu bisa mengendalikan waktu dan yang seperti monyet itu akan tumbuh semakin kuat seiring pertempuran,"pikir Malvin sambil menyiapkan tinjunya dan mulai menyerang.

Ditempat lain Kevin sedang berada di negeri Reksanara dimana waktu itu baru saja akan melatih pasukan tempur Reksanara, "Salsa, aku ingin bertanya padamu, sebagai seorang panglima matrika, siapa menurutmu orang paling menakutkan yang pernah engkau hadapi,"tanya Kevin sebelum memulai latihan, "kenapa engkau bertanya tentang hal itu, kami adalah para matrika yang siap bertempur melawan siapapun, takut pada seseorang bukanlah hal yang biasa terjadi,"balas seorang wanita bernama Salsa yang waktu itu sedang menuju barak latihan, "owh benarkah, tapi kurasa memiliki rasa takut adalah hal yang wajar, asalkan kau menjadikan itu motivasi untuk menjadi semakin baik, bukankah hampir dua tahun lalu saat kompetisi devasena terakhirmu dirimu merasakan kengerian seseorang,"ucap Kevin, "siapa!?, narendra Yudi atau swargapati Sakra!?, kurasa tidak, mereka memang kuat tapi tidak cukup untuk membuatku takut,"ucap Salsa, "aku tidak membicarakan dua orang itu, maksudku adalah bhairava Ihsan,"ucap Kevin yang seketika membuat Salsa terbelalak dan berkeringat dingin, "kenapa Salsa, kenapa dirimu ketakutan begitu, bukankah dia hanya anak kecil,"tanya Kevin sambil menyalakan perekam suara, "kau tidak perlu mengatakan apapun tentang binatang buas itu, dia adalah anak yang tidak akan pernah berhenti bertempur, dia menikmati pertempuran, yang dia inginkan hanya menghancurkan musuhnya tanpa henti,"ucap Salsa saat meringkuk takut, "bukankah seharusnya kau membalas dendam padanya, tidakkah dirimu merasa ingin meluapkan amarahmu padanya,"tanya Kevin sekali lagi, "mustahil, aku mau bertarung dengan siapapun, asalkan bukan maniak perang satu itu, dialah dewa penghancur yang sebenarnya, makhluk tanpa belas kasih pada musuhnya, iblis berwujud manusia, bhairava yang mengerikan,"ucap Salsa yang membuat Kevin tersenyum dan akhirnya menghentikan perekamnya, "terimakasih atas kesediaanmu, aku sudah merekam suaramu tadi, maaf ya nona Salsa, ada sesuatu yang harus kukatakan pada Dunia dan aku perlu bukti untuk mengatakannya, aku ingin Dunia tau tentang ancaman yang sebenarnya dan berhenti memuja iblis itu, berhenti menyanyikan pujian pada bhairava,"ucap Kevin sambil tersenyum lebar, "kau merekamnya, kau bisa menghancurkan reputasiku sebagai panglima matrika,"ucap Salsa, "tenang saja bhoomi devi, aku tidak akan menggunakan suaramu saja untuk propaganda ini, ada yang lainnya juga, lagipula aku juga akan menyamarkannya, aku paham tentang posisimu, aku tau dirimu begitu trauma dengan kekuatannya sampai dirimu menurut padanya untuk mengajari anak-anak dari Sahasradwipa belajar elemen tanah,"ucap Kevin, "bukankah dirimu juga melihatnya, sebulan penuh aku menyaksikannya dan keempat saudaranya itu memporakporandakan seluruh arena babak penyisihan, mempermalukan timku dengan bahkan tidak memandang kami sebagai ancaman tapi sebuah gangguan kecil dan juga tawa riangnya saat menghadapi musuh,"ucap Salsa, "ahh aku hanya melihatnya saja, aku tidak paham seberapa mengerikannya dia, tapi melihatmu sampai bersimpuh seperti ini meyakinkan diriku bahwa anak ini dan saudara-saudaranya perlu diberantas, baiklah, mari kita lanjutkan latihan pasukan,"ucap Kevin, "baiklah, aku mohon padamu tuan Kevin, aku ingin pasukan matrika tetap disiplin dan tidak lari dari segala ancaman, aku tak ingin pasukanku jadi penakut seperti diriku,"ucap Salsa, "aku paham itu,"ucap Kevin, "terimakasih,"balas Salsa sambil berjalan gontai menuju pasukan matrika, "mereka memang menakutkan, Dunia harus mengerti dari awal sebelum semuanya terlambat,"pikir Kevin sambil berjalan tenang membawa alat perekamnya tadi.

Lihat selengkapnya