Kamis, 28 Maret 2013, malam hari. Saat itu Sekar sedang duduk sendiri dibawah rembulan, "surat tantangan sudah diberikan dan besok pagi pertandingan akan dimulai,"gumam Sekar sambil memandangi rembulan dan tiba-tiba ada bayangan angsa yang turun perlahan,"apa yang engkau lakukan disini gitarani, disini dingin,"ucap Yusuf yang baru saja turun dari angsa tadi, "kau bisa juga datang kesini Yusuf, ini barak utama vishkanya di kota Ngalam raya, ini seharusnya jadi rahasia untuk umum,"ucap Sekar, "tidak sulit mendeteksi energimu yang indah itu, oiya aku bawa sesuatu untukmu, setelah memberikan ini aku akan pergi,"ucap Yusuf, "pesan dari Ihsan kah?,"tanya Sekar, "dariku,"ucap Yusuf sembari mengeluarkan sebuah kotak kecil dari atas angsanya lalu memberikannya pada Sekar, "bukalah,"ucap Yusuf, "baiklah,"balas Sekar sambil membuka perlahan kotak kecil itu yang memperlihatkan sepasang anting berbentuk bunga melati yang memiliki permata syamantaka ditengah kelopaknya yang membuat warnanya menjadi jingga seperti senja hari, "ini indah sekali Yusuf, darimana dirimu mendapatkan permata langka ini,"tanya Sekar, "ada grup pedagang yang menemukannya dari para penyembah matahari, hh rumor bahwa batu ini adalah pemberian dewa matahari telah membuat otak mereka tercuci dengan kebodohan, padahal cuma perhiasan saja, meski memang memiliki properti unik sih,"ucap Yusuf, "sebuah batu yang bisa mengolah cahaya matahari dan energi elemental penggunanya menjadi jauh lebih kuat sehingga bisa membawa berkah apabila dipakai dengan kebenaran dan membawa bencana bagi yang memakainya dengan kebencian, aku terima ini darimu wahai srsta,"ucap Sekar sambil memasang anting barunya di telinganya, "kau terlihat semakin cantik, bisakah engkau pancarkan cahaya sebenarnya dari syamantakamani, aku tau engkau bisa melakukannya,"ucap Yusuf dan saat itu juga Sekar mengaktivasi cahaya jingga syamantaka dengan energinya yang membuat seluruh tempat itu diterangi oleh cahayanya yang memancar ke penjuru dunia lalu Sekar memfokuskan ulang cahaya tadi untuk menghangatkan barak para vishkanya, "sungguh indah, sekarang engkau akan mengalahkan mayavati Rina dengan cahaya indahmu yang baru, lalu menyanyikan lagu kemenangan pada kita gitarani,"ucap Yusuf, "baiklah oh srsta, aku akan berusaha membawakan kemenangan bagi kita, pergantian memang harus terjadi,"ucap Sekar dengan tubuhnya yang masih bersinar terang dilangit.
Keesokan harinya pukul 13.00 seusai ibadah jum'at, banyak orang telah berkumpul di markas pusat vishkanya di Mataram untuk menyaksikan duel antara Sekar dan Rina, "jadi Yusuf, Ihsan, apa yang sebenarnya kalian rencanakan, kenapa sampai meminta anakku untuk melakukan pertandingan ini,"tanya ayah Sekar, pak Roni, "hmm bagiku memiliki seorang panglima vishkanya sebagai seorang pendamping adalah sebuah kehormatan tersendiri,"balas Yusuf dengan tenang sambil mengambil apel dan memakannya, "hmhmhmh, masih saja berkilat, aku mengerti niatmu pashupati, papan permainanmu masih terlalu kecil ya,"ucap Roni, "iya begitulah paman, memangnya apa yang bisa kalian lakukan untuk menghentikan kami, bagiku ini adalah harga yang murah untuk kebebasan,"ucap Ihsan yang menatap lurus ke arena, "tapi Ihsan, ingatlah, aku juga tidak bisa terus membantumu, ada saatnya jalan dharma kita berbeda, selama ini kita bekerja sama karena kita masih satu pemikiran, kalau suatu saat ideologi kita bersebrangan bukan tidak mungkin aku juga akan melawanmu,"ucap Yusuf yang mengagetkan Shafa yang saat itu berada disebelah Ihsan, "apa maksudmu,"ucap Shafa dengan geram, "kau mendengarnya dengan baik wahai tripura sundari,"ucap Yusuf, "kalau begitu jalan yang engkau anggap benar maka jalanilah, aku tidak punya hak untuk memaksa siapapun, akan kulakukan meski harus berteman dengan sepi,"ucap Ihsan yang sedikit menitikkan air mata saat terus memandang arena.
Sementara itu di arena pertandingan, Sekar dan Rina mulai berdiri memasang kuda-kuda, "... ingat teman-teman pasukan vishkanya, kita adalah wanita yang seharusnya anggun, meskipun saat ini kita adalah pasukan pembunuh, itu semata-mata untuk melindungi seseorang yang kita cintai, kita tetap adalah wanita yang melindungi karena cinta, wajah cantik kita, senyum manis kita, bau harum kita, perkataan santun kita dan rapinya pakaian kita, semuanya adalah anugerah dari Tuhan yang akan menjadi berkah bagi orang yang kita cintai dan senjata untuk membasmi orang yang kita benci ...,"suara Rina tiba-tiba terngiang dikepala Sekar yang membuat air matanya meleleh saat dia mulai berdiri dan memasang kuda-kuda, "wanita itu lembut, tapi tidak lemah!!,"bentak Rina yang disusul dengan peluit yang dibunyikan oleh Shifa, mengisyaratkan dimulainya pertandingan, Rina langsung saja melesat cepat mendaratkan tendangan keras ke perut Sekar diikuti dengan salto untuk menyerang dagu Sekar dan membuat Sekar terhempas ke udara sementara air matanya masih mengalir, "terimakasih untuk semua ilmu yang engkau berikan padaku bu Rina, kau adalah guru yang sangat kuhormati,"pikir Sekar sambil menyalakan energi besarnya yang semakin kuat karena efek syamantaka di kedua telinganya, namun Rina tak memberi Sekar jeda, dia membombardir Sekar dengan kilatan-kilatan petir lalu diikuti laser air yang sempat melukai bahu Sekar, hingga akhirnya Sekar mulai bergerak dengan cepat ke belakang Rina sambil menyeka air matanya yang dia pakai untuk membuat tebasan air yang dihindari dengan mudah oleh Rina sambil mengaktifkan tenaga tantra dan yoginya, saat itu pula Sekar mengaktifkan bhaktanetranya lalu mengaktifkan zirahnya untuk akhirnya beradu serangan dengan Rina memakai tendangannya namun Rina dengan mudah menangkis serangan Sekar sambil mengambil golok untuk menikam Sekar, untungnya Sekar dengan cepat menghindari serangan Rina, "bu Rina sudah menggunakan tenaga tantra dan yogi tapi belum juga menggunakan tekniknya, padahal semua anggota vishkanya tau kalau penguasaan jurus miliknya sangat rapi, dia seharusnya juga punya teknik penggandaan sepertiku,"pikir Sekar saat melihat Rina memanggil lembingnya yang mulai berpendar kuning keemasan begitu dialiri sedikit tenaga lalu dilemparkan oleh Rina kearah Sekar yang segera menghindari lembing tadi meski pada akhirnya Rina menumbuhkan beberapa tangan yang masing-masing memegang lembing tadi, "gawat, aku lupa kalau lembing itu bukan senjata mistik,"pikir Sekar saat sebuah ledakan keras bergema dari arah lembing yang terlepas tadi, segera setelah itu Sekar mulai melepaskan tenaga tantranya sekaligus mengaliri tubuhnya dengan listrik, "memanfaatkan elemen listrik sebagai tenaga dari zirah ya, genius juga,"pikir Rina sambil mulai melempari Sekar dengan lembingnya dan untuk membalas serangan itu Sekar membuat beberapa atmasena sambil menghentakkan kakinya ketanah untuk membentuk dinding penahan yang berbenturan dengan lembing Rina dan menimbulkan hamburan debu yang sangat kuat saat lembing Rina dengan mudah menembus dinding tanah tadi, tapi Sekar tak ada disana dan sudah melesat kesamping dimana beberapa atmasenanya juga mengelilingi Rina kemudian menghantam tanah dan seketika itu juga struktur gedung langsung terbentuk dengan sangat cepat dan memerangkap mereka berdua dalam rangka bangunan yang sangat luas, "nampaknya sering bersama srsta membuatmu ahli dalam konstruksi ya Sekar, lulusan rumah swayambu memang tidak main-main,"ucap Rina, "ini juga karena misi kita seringkali berada di gedung, bukankah aneh kalau kita malah berduel di lapangan terbuka, kita seorang pembunuh yang dilatih untuk memanfaatkan medan tempur,"balas Sekar, "hmm padahal kukira kau akan memanfaatkan keunggulan dengan lapangan terbuka, tapi dirimu malah menutup keuntunganmu dan membuat diriku unggul,"ucap Rina, "oh mayavati, aku tidak kesini bukan hanya untuk mengalahkanmu, tapi juga melampauimu sebagai vishkanya terbaik,"balas Sekar dengan serius saat para atmasenanya membuat berbagai alat musik dan memainkan lagu untuk memecah konsentrasi Rina, namun Rina hanya membalas dengan menggunakan elemen getaran miliknya untuk mengheningkan suara langkahnya lalu keduanya kembali beradu serangan.