Sabtu, 30 maret 2013, pukul 10.00 di keraton Suralaya, sebuah pushpaka vimana turun pelan di pelataran keraton, "akhirnya mereka tiba prabhu, sedikit lebih cepat dari estimasi kita sebelumnya,"ucap Anas saat Shafa dan Lina menyiapkan makanan di meja, "padahal kukira jam tujuh sudah sampai, hmm nampaknya pesta penyambutannya sudah siap,"ucap Ihsan yang keluar dari ruang latihan, "heh Ihsan ngapain bawa-bawa dua keris barumu itu, simpan dulu,"ucap Shafa, "ayolah Shafa, mumpung ada Bagas disini, aku mau mengetes kemampuan berpedangku,"ucap Ihsan sambil menyalakan kedua kerisnya, "Ihsan, keris itukan belati, bukan pedang,"ucap Shafa, "sama aja, pedang kecil lah, lagipula bisa kuisi energi juga, eh masakanmu dah selesai Shafa,"udah, tapi simpan dulu senjatamu, kalau lagi makan gak perlu bawa senjata, taruh dulu ya,"ucap Shafa dengan lembut saat beberapa orang turun dari pushpaka vimana menuju meja makan, "hei, bagus juga dua kerismu itu Ihsan, ada minat berlatih pedang bersama nggak,"tanya Bagas yang sudah tiba saja bersama para anggota lain setelah disambut oleh para abdi keraton Suralaya, "yoi bro, baru jadi sih satunya lurus dan satunya berkelok lima, kalau pedangmu gimana,"ucap Ihsan sambil memperlihatkan lalu menyarungkan kedua kerisnya, "menarik, punya kedua tipe ya, aku suka seleramu, nandaka milikku belum kuganti, pedang tipe saif, pedang lurus dengan pegangan satu tangan, kadang aku akan pakai dua tangan kalau memang perlu kekuatan lebih, tapi memang kurang nyaman, tanganku yang lain biasanya untuk menembak musuh dengan pistol, oiya pedangku seperti yang kau tau punya tipe aliran energi nandaka yang punya fokus untuk amplifikasi energi dan sekarang sudah punya manifestasi aura yang lumayan, mau lihat!?,"tanya Bagas, "waaah udah ada manifestasinya ya, mau lihat dong,"pinta Ihsan dengan mata berbinar, saat itu juga Bagas mengeluarkan pedangnya yang bilahnya menghitam lalu mengalirkan energinya dan membuat aura hijau pekat mengisi udara, "woaaah, itu terlihat kuat,"ucap Ihsan saat sebuah piring melayang menghantam wajah Bagas, "bisa berhenti tidak!?, udah dibilang ada makanan lho,"bentak Shafa, "udah-udah mereka hanya melakukan hobi mereka saja Shafa,"ucap Shifa yang baru saja datang dan ikut menyiapkan makanan, "gak bisa!!, kalau ada makanan kalau bisa duduk bahkan saat disajikan, kalau masih mau berlatih yang agak jauh,"kata Shafa, "aduuuh, iya maaf Shafa, masih kasar aja dia,"ucap Bagas sambil berbisik pada Ihsan, "eee kalau masalah makanan kayaknya dia memang agak kurang bisa toleran,"bisik Ihsan yang mulai pucat sambil mengajak Bagas ke meja makan lalu keduanya duduk dengan kepala tertunduk, "kenapa kau tidak bilang kalau sudah ada makanan,"bisik Bagas, "maaf,"bisik Ihsan, "apa itu bisik-bisik, eh Ihsan kenapa sih kau ini diminta pelan-pelan gak mau, aku gak suka marah padamu tau,"ucap Shafa sambil sedikit terisak diujung kalimatnya, "udah ya rani, ayo duduk,"hibur Lina untuk menenangkan Shafa yang menangis, "maaf ya Ihsan,"ucap Shafa lirih, "iya, maafkan aku juga ya, aku terbawa suasana tadi, udah dulu ya menangisnya, nanti lagi kalau lagi gak banyak orang, sekarang ayo makan dulu,"balas Ihsan sambil mengusap air mata Shafa dan mengambil sepiring nasi, lauk dan sayuran, "hmm iya juga, piringmu tadi kau lempar sampai pecah ya, kasian, kita makan berdua aja ya,"ucap Ihsan sambil menyuapi Shafa, "udah, kalian jangan diam gitu, makan dulu,"ucap Ihsan membuyarkan kebisuan orang-orang disana yang akhirnya melanjutkan makan.
Seusai pesta penyambutan dan semua orang sudah kenyang, Ihsan akhirnya meminta Reda untuk mengambil peta rancangan, "ini juga bagian dari rencanamu kah Ihsan,"tanya Shifa, "lebih tepatnya aku menjadikan rencana menjatuhkan Indra ini sebagai bagian dari rencanaku, sebelumnya aku sudah mengantongi beberapa checklist, pertama adalah naiknya mas Lintang menjadi senarsi dan sekarang bahkan menjadi pimpinannya, kedua adalah naiknya mas Steve sebagai putra mahkota dari Panditanagara, penobatan Sekar menjadi savitri devi serta bagian terpentingnya adalah pembangunan jalur kosmik sebagai rute dagang utama kelompok kailash, sebenarnya itu sudah cukup untuk menghimpun kekuatan sampai sampai Jonggring Saloka bisa merdeka dari Sahasradwipa mengingat transisi akan menjadi mulus saat aliansi hampir bisa dipastikan, tapi kalau misal aku bisa mendapatkan satu aliansi lagi yaitu Devaloka maka akan menjadi poin plus untuk suksesi yang mulus, tapi perlu diingat kalau kudeta Devaloka tidak bersifat harus berhasil, aku tetap akan melakukan promosi kerajaan menjadi negara berdaulat setelah semua lembaga pemerintahan selesai, mungkin tinggal beberapa hari lagi,"ucap Ihsan, "negara berdaulat katamu!!?, kau ingin menjadi penghianat negara Ihsan!!?,"tanya Bagas dengan marah, "dengan pertumbuhan ekonomi secepat ini, pengelolaan sumber daya yang sangat efektif, tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk yang baik, sistem pendidikan yang lumayan bagus terbukti dengan banyaknya tenaga ahli meski seringkali masih non formal, tata kelola penduduk serta militer yang sangat berkembang, aku bisa mengatakan kalau kemerdekaan Jonggring Saloka bisa hampir dipastikan akan terjadi, ditambah lagi semua ini hanya terjadi dalam kurun waktu 3 bulan saja,"ucap Ihsan, "kalau dilihat dari itu memang wajar saja kalian ingin memerdekakan diri apalagi dengan kemampuan pembuatan bintang kalian perluasan wilayah akan sangat mungkin terjadi bahkan tanpa melibatkan konflik sedikitpun, keraton ini juga sudah jadi semakin besar dibandingkan diawal pembangunannya dulu, estimasi kekuatan total kerajaan ini juga sangat mencengangkan, dua minggu lalu kulihat kalian sudah lebih kuat daripada kerajaan Garudapura, dan itu belum menghitung kekuatan tambahan dari semua jaringan eksternal kalian, tapi bersaing di kancah Dunia sebagai sebuah negara berdaulat adalah hal yang benar-benar berbeda apalagi fakta mengerikan bahwa sebagian besar negara yang terbentuk dari makar dan perpecahan tidaklah semuanya menjadi negara yang digdaya,"ucap Shifa, "apa kau dengar itu Ihsan, banyak sekali negara yang memang disiapkan dan dibuat dengan beberapa syarat dan ketentuan, saat ini negara-negara besar juga membentuk sebuah aliansi besar bernama Brahmanda dan sedang berusaha menyatukan pemikiran bahkan banyak isu mengenai penunjukan pemimpin utama yaitu seorang Brahma, negara Manikabuana sedang mengumpulkan kekuatan kesembilan Navagraha kepada Sandi yang digadang-gadang akan menjadi pelindung utama aliansi, apa engkau mau melawan arus dan malah memerdekakan diri saat ini,"ucap Bagas, "kau mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu Bagas, banyak negara-negara yang juga tidak dianggap sebagai aliansi hanya karena tidak sevisi, percayalah padaku bahwa itu tidak akan menghasilkan perdamaian, negeri seperti Devaloka dan Ashoka adalah sedikit diantaranya yang tidak sejalan dengan sistem kerja aliansi Brahmanda, bukan tidak mungkin kalau mereka juga akan membuat aliansi sendiri, kata Alim mereka menyebutnya Vaikunta, serta ingin menunjuk seorang Vishnu tapi tetap saja mereka juga tertutup pada yang tidak sevisi, keberadaan dua aliansi ini hanya akan berbenturan dan menghasilkan pertempuran yang sangat masif untuk memperebutkan gelar Maheshvara, aku cuma tidak mau wilayahku dilibatkan dalam konflik ini, biar sajalah kalian memperebutkan gelar itu, aku hanya ingin melindungi orang yang mempercayaiku saja, aku akan menghormati siapapun yang menjadi Maheshvara nanti, asalkan kalian jangan usik wargaku,"ucap Ihsan sambil tersenyum manis membagikan air, "tapi bukankah kita berangkat menuju Devaloka, lalu menjadikan Alim sebagai indra agar bergabung juga dengan aliansi Brahmanda, agar diplomasi tercapai,"ucap Bagas, "kau terlalu meremehkan tugas seorang Ishvara Bagas, begitu kalian memimpin maka warga yang harus jadi prioritas, kalau mau segera satukan aliansi musuh dan jadikan Alim seorang Vishnu, kemudian baru kalian bisa mendiskusikan perdamaian,"ucap Ihsan, "itu bisa saja dilakukan Ihsan, tapi aku belum memahami maksudmu untuk keluar dari sistem sepenuhnya, bukannya begini akan lebih bagus untuk wargamu,"tanya Shifa, "ini juga untuk mengurangi kekuatan aliansi Brahmanda yang kalian bicarakan daritadi, kekuatan lima negara utama pendiri aliansi Brahmanda sudah sangat dahsyat untuk membantai semua tantangan, kalau ditambah dengan keberadaan kami maka kekuatan tak akan seimbang, kalau kekuatan tidak berimbang maka negosiasi damai tidak akan terjadi dan akan pecah perang dimana hampir bisa dipastikan bahwa aliansi Vaikunta akan dibantai, bukankah akan lebih baik kalau terjadi negosiasi damai saja,"ucap Ihsan, "alasanmu masuk akal juga, tapi kalau sampai pecah perang, keadaan berimbang hanya akan membuat kedua kubu habis,"ucap Shifa, "owh, benar juga, aku lupa dengan hal itu,"ucap Ihsan, "tapi itu juga hanya akan terjadi kalau kedua pihak sudah nekat dan memang tidak mungkin berdamai karena disulut oleh berbagai pihak, selagi hal itu tidak terjadi akal sehat manusia akan lebih memilih jalan damai,"ucap Shafa, "ya begitu juga, hmm jadi gimana, apa kalian mau melaksanakan rencanaku ini, menjalin hubungan dengan Devaloka dan berusaha mempertahankan perdamaian,"ucap Ihsan, "rencanamu pantas untuk dicoba nareswara,"ucap Shifa, "meninggalkan negeri ini adalah harga yang murah untuk perdamaian daripada dharmayudha keempat pecah,"ucap Bagas, "baiklah, terimakasih pengertiannya, senin besok kalian akan dijemput oleh Alim menuju Devaloka,"ucap Ihsan, "kau orang yang mengerikan Ihsan, sekarang aku mengerti kenapa orang-orang yang membencimu memanggilmu bhairava,"pikir Bagas sambil mengencangkan tinjunya.
Senin, 1 april 2013, seekor garuda mendarat dipelataran keraton Suralaya membawa Alim, "jadi siapa saja yang akan bergerak ke Devaloka,"tanya Alim begitu turun dari garudanya, "ini cak, Shifa, Bagas, Irene, pak Mistari, Guntoro, Fio dan beberapa rombongan dagang mingguan,"ucap Ihsan, "eh!?, pak Mistari juga mau ikutan,"ucap Alim sedikit sumringah, "halo aden, gimana kabarnya,"sapa pak Mistari yang sedang berbenah, bersama ribuan orang lain di saubha vimana masing-masing, "woaaaah, kau mau ikut ke vimanaku pak!?,"tanya Alim, "aneh kau aden, gimana terus bibit-bibit yang akan kubawa untuk kukembangkan bersamamu, aku petani aden, sudah selayaknya diriku lebih sayang pada tanamanku daripada hal lain,"balas Mistari, "sangat ambisius seperti biasanya, jadi siapa yang akan ikut denganku,"ucap Alim, "bentar aden,"ucap Fio yang sedang bersiap bersama Shifa sambil sedikit adu argumen, "aku ikut Alim,"ucap Bagas, "aku juga,"ucap Irene, "aku menunggu Fio dulu ya aden,"ucap Guntoro, "baiklah, yang sudah siap berangkat sekarang naik ke garudaku, sisanya ikut aku menaiki sheshnaag, kita akan berangkat ke pushpaka vimana milikku lalu menyusuri jalur kosmik ke Devaloka,"ucap Alim saat akhirnya Bagas, Irene dan Guntoro naik ke garuda kemudian Alim memanggil sheshnaag untuk dinaiki dirinya, Shifa dan Fio, "hati-hati dijalan ya cak,"ucap Ihsan, "iya Ihsan, kau juga selesaikan semua kelengkapan dokumen wilayahmu ini juga agar rencanamu menyatukan Dunia dengan jalur dagang dilancarkan, kabar tentang pembentukan dua aliansi itu sudah mulai menyeruak, kalau keduanya sudah terbentuk maka dharmayudha tidak bisa dihindari lagi dan diriku harus bertempur dengan saudara-saudaraku sendiri, lakukan semaksimal mungkin Ihsan, begitu aku menjadi indra maka semua masalah akan mengerucut, kematian Ishvara adalah tanda awal dari konflik terakhir, bahkan bisa saja memulai pralaya, hanya seorang penguasa mandiri sepertimu yang bisa menjadi penengah masalah ini,"ucap Alim, "aku akan berusaha semampuku, hasilnya terserah yang maha kuasa,"balas Ihsan sambil melambaikan tangan saat Alim pergi bersama ular raksasanya itu, "Ihsan, apa yang bisa kulakukan untuk membantu,"tanya Shafa, "aku masih kesulitan untuk mengatur dunia hiburan, banyak warga stress karena kurang hiburan, mungkin kau bisa membentuk grup khusus untuk mengumpulkan para figur publik, seniman, sineas, apapun itu untuk mengatur siaran agar berbobot tapi tetap menghibur, apa engkau bisa Shafa,"tanya Ihsan, "akan kuusahakan nareswara,"ucap Shafa diikuti anggukan pelan dari Ihsan, "dengan ini aku akan menghimpun warga semakin cepat, jika kekacauan besar disini bisa dikurangi maka Jonggring Saloka akan sepenuhnya bisa menjadi negara berdaulat,"pikir Ihsan sambil kembali ke dalam keraton saat armada dagangnya berangkat ke Devaloka.
Sementara itu Alim dan kelompoknya berkumpul didepan pushpaka vimana miliknya untuk berpamitan dengan ibundanya dan warga tanah kelahirannya, "kanjeng ibu, aku meminta izinmu untuk menjalankan rencanaku, aku minta do'a dan restumu agar Tuhan memberikanku hasil terbaik,"ucap Alim yang berlutut pada ibundanya, "kamu sudah dewasa, sudah tau apa yang benar dan salah, selagi menurutmu hal itu benar lakukanlah itu putraku,"ucap sang ibunda, "baiklah ibu, aku berangkat dulu,"ucap Alim sambil berdiri, "hati-hati nak,"ucap sang ibu saat Alim berjalan pergi dengan air mata menetes tapi masih memaksa tersenyum untuk anaknya, "Nita, anak-anak kita sudah besar ya, mereka dihormati oleh orang-orang, padahal dulu mereka masih sering bermain di pelataran rumah, kini putramu punya Keraton sendiri dan putraku berjaya di negeri orang,"ucap ibunda Alim yang air matanya masih mengalir, "iya mbak Tin, semoga mereka akur terus,"balas seorang wanita bernama Nita, ibunda Ihsan saat keduanya menatap Alim dan teman-temannya naik ke pushpaka vimana dan berangkat menuju Devaloka. Di pushpaka vimana, "iya Alim menangislah saja, kau tidak perlu bilang kalau dirimu akan menantang seorang Ishvara,"hibur Shifa, "terimakasih Shifa, tapi aku kadang merasa terlalu banyak menyembunyikan sesuatu dari ibuku,"ucap Alim, "kadang memang perlu seperti itu, ibumu juga sibuk mengurus kedua adikmu, kau memang harus mandiri,"ucap Shifa sambil mencoba memeluk Alim, "kalau kau memang sayang pada ibumu lakukan misi ini dengan serius, kau tidak mau dia bersedih karena harus kehilangan putranya kan,"ucap Bagas, "ya Bagas, aku harus serius, harus,"ucap Alim yang masih berlinang air mata dipelukan Shifa.