Pagi hari seusai rapat di keraton Ariloka, Alim sedang melakukan latihan pagi sambil bekerja, "setelah latihan makan dulu ya Alim,"ucap Shifa sembari membawakan pisang goreng dan susu jahe, "yow,"balas Alim saat meneruskan berlatih, "kau yakin dia akan berhenti Shifa,"tanya Irene saat datang kesana seusai berlatih juga, "kalau dia gak mau datang biarin aja, kumakan semua pisang gorengnya,"celetuk Shifa sambil menyomot pisang goreng yang masih panas itu, "heh??, bentar, aku turun,"ucap Alim saat turun kebawah mengambil makanannya, "gitu dong,"ucap Shifa saat masih mengunyah, "kukira kamu akan menunggu, hhh, dimakan juga ternyata,"ucap Alim, "yo pie, namane laper,"balas Shifa, "Shifa, apa obat-obatan penawar efek samping transfer tanda yogi sudah selesai!?,"tanya Alim, "aku tidak bisa transfer tanda yogi Alim, bagaimana mencobanya,"ucap Shifa, "hmm benar juga, proses transfer menggunakan difusi energi itu cukup rumit,"ucap Alim, "kau bilang saja tidak ada caranya,"ucap Irene, "tidak begitu Irene, energi yogi adalah energi yang dihasilkan secara alami oleh alam semesta itu sendiri yang kita hirup dan hembuskan setiap hari, sesuai dengan tingkatan energi dari suatu benda itu sendiri, secara umum makhluk hidup akan menghasilkan jauh lebih banyak energi yogi, apalagi yang sudah bisa mulai menyerap tenaga yogi secara aktif, yang nantinya akan diresonansikan ke seluruh partikel dalam tubuh makhluk hidup, kuncinya adalah ketenangan dan membiarkan tubuhmu bergerak berdasarkan insting, tanda yogi bermanfaat untuk memerangkap sebagian kecil tenaga yogi yang dihasilkan secara alami oleh makhluk hidup tersebut dalam bentuk konsentrat, sayangnya proses ini sangat melelahkan bahkan menyakitkan karena seluruh tubuh dipaksa untuk berfungsi jauh lebih cepat dari biasanya saat mental pengguna belum tentu siap, dengan bimbingan pengguna pengendalian bisa dilakukan dalam waktu singkat, tapi untuk orang-orang yang tidak mendapatkan pembimbing maka dia harus bergelut dengan overload informasi akibat otak dipaksa berpikir lebih cepat, bisa beresiko stress bahkan kematian,"ucap Alim, "heeeh kalau begitu kenapa banyak yang berminat dengan energi yang mematikan ini,"tanya Irene, "itu karena energi yogi meningkatkan kualitas energimu seiring waktu dan membuatnya jauh lebih mudah untuk dipakai dan membuatmu berkali-kali lipat lebih kuat bahkan hanya dengan satuan kecil energi yogi, mudahnya ini mirip seperti makanan yang semakin berkualitas bahan bakunya akan semakin mahal produknya bahkan jika jumlah penyajiannya dikurangi,"ucap Shifa, "menarik,"ucap Irene, "hmm baiklah kalau begitu, sekarang kita bisa membuat obat penenangnya,"ucap Alim, "tunggu dulu Alim, memerangkap energi yogi ya, kurasa selain kunyit akan diperlukan bahan lain, bisa kau carikan buah asam!?,"pinta Shifa, "boleh, hmm tapi seperti yang kau tau aku lebih banyak menyentuh alga biru sebagai mikroorganisme basal di proyek padmanabha milikku, tak ada yang mau mengembangkan benih pohon asam disini hahaha jadi mungkin akan sulit,"ucap Alim saat seseorang berjalan kesana, "hoo aden, ajeng, perlu asam ya, kebetulan sekali aku baru datang untuk menyapa kalian,"ucap orang itu yang merupakan pak Mistari, "akhirnya engkau datang juga pak, kini lengkap sudah pasukanku,"ucap Alim, "hehehe, siap aden, lama gak jumpa,"ucap Mistari sambil mengeluarkan cerutunya yang langsung disambut Alim dengan menyalakannya menggunakan aliran elemen api di jemarinya, "byoh, terimakasih aden, jadi gimana nih untuk tugasku disini,"ucap Mistari sambil menghisap cerutunya, "kami mau bikin obat penenang untuk transfer energi yogi pak, kata Shifa pakai kunyit dan asam, kau bisa tumbuhkan tidak pak,"ucap Alim, "dapat teori dari mana kalian kalau kunyit dan asam dipakai menenangkan diri, aku ada barang lain untuk penenang pikiran hehe, daun tembakau,"ucap Mistari sambil mengeluarkan beberapa benih tembakau miliknya, "apa!!!?, kau ingin orang-orang yang menggunakan tenaga yogi merokok pak!!!?,"teriak Shifa, "tenang dulu Shifa, merokok tidak sepenuhnya dilarang kok,"ucap Alim sambil menenangkan Shifa yang panas, "sabar ajeng, tembakau gak dikonsumsi dengan cara dipakai merokok saja, ada cara menginang juga kan, kau harusnya tau itu, bukannya diruang tamu ada kotak menginangmu juga, jadi yang harus didapatkan dari tembakau adalah zat penenangnya, metode umum memang dibakar atau kita sebut merokok, biasanya laki-laki saja yang merokok, kalau perempuan biasanya bakal menginang, mencampur tembakau dengan sirih, kapur, cengkih, gambir dan pinang, yah kau bisa ajari lah nanti ajeng, sebenarnya bisa juga dengan kopi atau teh, tapi memang tidak seefektif kalau pakai tembakau,"jelas Mistari, "hmmh, menarik juga, bukannya bibirmu juga jadi semakin merah kalau sedang menginang itu, cantik lho,"ucap Alim, "heh, bisa bikin bibir tambah merah!?, menarik juga,"pikir Irene, "iya sih, tapi tetap saja yang laki-laki bakal merokok juga, apalah prosesi menenangkan diri ini, aneh banget,"ucap Shifa, "kan kita emang butuh itu, jangan pakai emosi dulu sayang,"ucap Alim, "diajeng, menenangkan diri adalah sesuatu yang diperlukan semua orang dari semua kalangan dan ada banyak sekali jalannya, jalan utama memang mendekatkan diri pada Tuhan, namun kadang kita perlu media untuk itu, ini semata-mata untuk bersyukur saja atas nikmat yang diberikan pada kita, ada yang menggunakan cara haram seperti mabuk dan memakai narkoba, kita tau bahwa itu dilarang, lalu ada cara lain seperti merokok, minum kopi, minum teh atau menginang, tergantung dari preferensi masing-masing, saya sebagai seorang yang bekerja di ladang tembakau merokok untuk menenangkan diri sekaligus untuk mengetes kualitas produk saya, aden mungkin hanya perlu tiduran untuk menenangkan diri, serta ada dirimu yang menginang wahai ajeng, asalkan tidak berlebihan ini takkan berbahaya kok,"jelas Mistari, "hhhh baiklah, aku paham, aku akan mengajari mereka menginang sambil tetap menggunakan ramuan kunyit dari keraton untuk prosesi transfer tanda yogi, bapak siapkan saja barang-barang yang dibutuhkan,"ucap Shifa dengan kesal sambil berjalan pergi diikuti oleh Irene, "nampaknya cerutumu efektif juga, kau jadi sangat tenang pak,"ucap Alim, "gak gitu aden, sebenarnya ini karena aku juga sering bertempur jadi lebih mudah mengontrol emosi,"ucap Mistari dengan tenang, "owh, begitu ya, kalau begitu dirimu juga mau mencoba menerima tanda yogi kan pak,"tanya Alim, "menarik, boleh saja aden, sekarang aku mau kerja dulu,"ucap Mistari sambil kembali melayang menuju lahannya, "hmm aku harus membiasakan perubahan mereka, sudah lebih dari setahun kutinggalkan mereka sudah berubah drastis, mungkin karena perubahan lingkungan secara extrem yang ditimbulkan kami juga,"pikir Alim sambil melanjutkan bekerja.
Malam harinya di Ariloka, "Bagas, bagaimana dengan kekacauan yang mulai terjadi,"tanya Alim pada Bagas yang baru saja selesai patroli, "hmm masalah disini nampaknya agak berbeda dengan yang sering terjadi di sekitaran Jonggring Saloka, disana masalah utamanya adalah kelompok teroris dan perompak, kalau disini mafia dan gangster yang terstruktur, lebih pelik sih, kau tiap hari begini Alim!?,"tanya Bagas, "iya Bagas, saat perubahan terjadi akan timbul banyak gejolak, kau pasti paham sistem artaguna kan, ini membuat banyak orang yang serupa dengan kita dalam pola pikir tapi berbeda dalam hal pengalaman dan kekuatan, tapi meskipun kekuatan dan pengalaman mereka tipis pola pikir mereka adalah kuncinya, mereka yang keluar dari artaguna Ihsan adalah orang-orang berpemikiran sama seperti Ihsan yang sangat bersemangat dan agresif sedangkan dari artagunaku akan timbul orang-orang yang teliti dan misterius, jika menumpuk dan terpengaruh hawa nafsu maka orang-orang disekitar Ihsan bisa jadi sangat kompetitif dan brutal sedangkan orang-orang disekitarku akan jadi orang-orang munafik yang sangat merepotkan,"ucap Alim, "hehehe iya juga, aku juga sering bertikai dengan para pendekar pedang sih,"ucap Bagas, "hei Bagas, gimana dengan pabrik pengolahan senjatanya,"tanya Alim, "mereka sudah sering memproduksi pisau, golok dan celurit, serta alat-alat pertanian lainnya, aku lebih suka mengembangkan itu daripada memaksakan mereka membuat pedang, lagian latihannya adalah latih tanding jadi memang masalahnya adalah penguasaan senjataku dan dengan begitu eksplorasi kekuatanku akan lebih banyak,"ucap Bagas saat sekelibat bayangan memasuki ruangan, "izin melapor Alim, media penenangnya sudah selesai, tembakau memang sesuai untuk itu,"ucap Shifa yang tiba disana dengan muram, "walah ternyata selama ini untuk menjadi yogi hanya perlu kretek,"ucap Bagas yang membuat Shifa semakin muram, "hanya media tambahan saja Bagas, kuncinya tetap pada ketenangan pikiran,"ucap Alim, "hmm iya-iya, berarti kita bisa memulai transfer tanda yogi besok,"tanya Bagas, "iya, apa kau tertarik juga,"tanya Alim, "hmm tidak, aku sudah punya energi yogi natural dan ada energi tantra juga, kurasa yang lain saja, sebenarnya aku lebih penasaran bakal lebih banyak yang pakai cerutu atau kretek nanti saat proses transfer,"ucap Bagas, "hahaha, terserah mereka kalau itu sih, kuharap secangkir kopi atau teh aja cukup, karena bisa juga untuk media penenang,"ucap Alim, "owh, menarik,"ucap Bagas, "kuharap juga seperti itu, kuharap pertempuran ini tidak membuat orang-orang berpikir merokok adalah kunci kekuatan,"ucap Shifa sambil meninggalkan tempat itu, "heh Bagas, ati-ati kalau ngomong, mau gimanapun Shifa itu tidak suka dengan asap rokok, lebih baik kau fokus ke pelatihan menggunakan senjata tajam saja, aku ajari mereka beladiri dan membagikan tanda yogi,"ucap Alim, "siap bos, tapi jangan heran kalau misal nanti akan ada banyak perokok baru, pak Mistari sangat pandai melinting dan meracik isi cerutu dan kreteknya, beberapa produknya bahkan dilelang per bayangannya,"ucap Bagas saat meninggalkan tempat itu, "mak, aku lupa kalau pak Mistari juga punya bisnis rokok, matilah,"pikir Alim sambil kembali duduk di teras kebun dan menatap langit malam penuh pertanyaan.