Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #68

Dharmasena

Beberapa hari setelah media penenang ditumbuhkan dalam skala masif untuk digunakan pada sebagian besar pasukan Alim, "siapa yang mau mencoba pertama kali,"tanya Alim sambil menyiapkan baluran kunyit, secangkir kopi, teh, kotak menginang, sebatang cerutu dan sekotak kretek namun tak ada satupun yang berdiri, "mana ada yang mau kalau kau tawarkan seperti itu Alim,"ucap Bagas, "menjadi kuat adalah sebuah pilihan, kalau kutunjuk mereka maka tidak akan ada yang berlatih setelah itu karena berpikir kekuatan akan turun secara acak,"ucap Alim, "nampaknya memang hal yang sulit dilakukan apalagi mengingat orang-orang disini diwarnai oleh trauma pada Sakra,"ucap Shifa, "baiklah, akan kucoba,"ucap Bagas, "eh, bukannya dirimu sudah punya sedikit kendali atas energi yogi secara alami,"tanya Alim, "benar, ini hanya agar orang-orang berani mengambil langkah, lagipula katamu tanda yogi ini adalah metode penyimpanan yang memerlukan ketenangan, orang yang berpengalaman menarik energi yogi secara alami sepertiku pasti akan lebih mudah menerima tanda yogi dan mengendalikannya,"ucap Bagas sambil membuka bajunya dan bertelanjang dada menunjukkan otot-ototnya yang sangat kokoh lalu duduk bersila di altar dengan mantap, "baiklah temanku, aku akan memberikan sebagian dari kekuatanku,"ucap Alim saat menyalakan tanda yoginya yang membuat kulitnya yang hitam semakin legam seperti halnya langit malam, kemudian Alim menarik napas dalam-dalam sambil terus melakukan sinkronisasi dengan alam semesta sehingga tanaman tumbuh lebat dan tubuhnya diselimuti energi yang sangat kuat saat dia mulai memusatkannya ke tangannya yang menumbuhkan kuku tajam dipenuhi energi yogi saat Alim mulai menyentuh punggung Bagas kemudian mengalirkan energi yoginya sambil dia bentuk perlahan menjadi sebuah tanda, "maka dengan ini jadilah dirimu nara yang memiliki sebagian kekuatan dari narayana, wahai temanku yang setia,"ucap Alim saat meresonansikan energi yoginya dengan Bagas dan membuat tubuh temannya itu turut berubah, namun bukannya turut menghitam, Bagas menjadi semakin cemerlang dan berhasil mengendalikan tanda yogi dengan sempurna, "kekuatan Alim dan Bagas jadi berkali-kali lipat lebih besar, apa yang terjadi sebenarnya, bukannya seharusnya yang kekuatannya naik cuma Bagas, kenapa Alim juga kadi lebih kuat,"gumam Irene yang keheranan, "jangan heran Irene, kekuatan yogi per seribu shiv akan meningkatkan kekuatan penggunanya minimal sepuluh kali lipat per detik sebab efek peningkatan kualitas, itupun kalau mereka baru pertama kali menggunakannya, yang kau lihat saat ini dua orang praktisi yoga yang sangat terbiasa menggunakan energi yogi, multiplikasi per seribu shiv energi yogi mereka akan sangat absurd, ditambah lagi fakta kalau energi yogi akan dihasilkan makhluk hidup berdasarkan digit energi normal pengguna dikalikan digit energi yogi mereka saat itu dalam satuan shiv itupun hanya keadaan basal tanpa berlatih, bisa saja lebih dari itu tergantung dari penggunanya, bayangkan saja berapa pancaran energi yogi yang mereka hasilkan saat ini, apalagi mereka akan saling menyerap energi mereka itu,"ucap Shifa, "masuk akal juga,"balas Irene yang masih terkagum tidak percaya dengan kekuatan kedua pria dihadapannya, "hmm jadi begini rasanya memakai tanda yogi, kini mengendalikan energi yogi jadi jauh lebih mudah, kekuatanku serasa meningkat tanpa batas,"ucap Bagas yang tubuhnya memancarkan energi yogi lalu dengan cepat dia kembali memusatkan energi yogi itu di kedua lengannya membentuk sebuah simbol gelang disana yang segera dia tutupi dengan kembali memakai bajunya, "jadi siapa lagi yang mau merasakannya,"ucap Alim yang segera membuat banyak orang berdiri untuk mendapatkan tanda yogi darinya, melihat hal itu Alim segera menggunakan atmasena untuk membantunya menyebarkan tanda yogi pada mereka semua hingga akhirnya tiba giliran Irene untuk menerima tanda yogi, "oh narayan, izinkan diriku menerima sebagian kecil kemuliaanmu,"ucap Irene, "engkau akan menerimanya wahai devi, tolong bantu aku dengan seluruh kemampuanmu,"ucap Alim, "baiklah, akan kubantu dirimu menyelesaikan misi ini dengan semua kemampuanku,"balas Irene saat Alim membuka tangannya dan menembakkan energi yogi dari telapak tangannya yang diserap oleh Irene dan seketika membuat Irene mabuk dengan kekuatan dan rasa sakit yang luar biasa saat itulah Shifa membalurkan kunyit ke tubuh temannya itu sambil menstabilkan energi Irene, "dengan ini selesai sudah pembagian energi yogi milikku, pakailah dengan baik,"ucap Alim saat memberikan kotak menginang pada Irene yang menerimanya sambil meringis kesakitan saat memandang kekiri dan kekanan menyaksikan banyak sekali yang tumbang karena rasa sakit dari transfer tanda yogi.

Malam harinya Alim mengumpulkan pasukannya dalam barak-barak untuk merenungkan rencana serangan ke ibukota Devaloka sekaligus menyuplai mereka dengan makanan dan juga produk tembakau, kopi dan teh untuk membantu menenangkan diri sementara dirinya merencanakan serangan ke ibukota, "jadi aden, apa rencanamu selanjutnya,"tanya Guntoro, "pak Guntoro, kau bersama dengan Amra, Soma dan Sura akan kuberangkatkan ke Amaravati besok pagi untuk mengumpulkan informasi, selanjutnya tepat pada tengah bulan ini pasukan kita, pasukan dharmasena akan menyerang dengan kekuatan penuh, berhati-hatilah, disana akan banyak sekali pejuang yang sangat kuat, oiya hindari orang-orang ini, Sakra, Seno dan Dira, mereka adalah orang-orang yang sangat mematikan dalam satu keluarga, tapi kalau bisa dapatkan informasi mengenai Nel, putri dari Sakra, setelah itu korek informasi dari gadis itu, dia adalah sumber informasi yang sangat kita butuhkan karena meskipun dia kuat tapi pengalaman bertempur dan bersiasat sangat kecil sehingga mudah dimanfaatkan,"ucap Alim sambil menyerahkan sebuah foto dari Nel pada Guntoro, "menarik sekali, jadi misi perdagangan ini akan menjadi kuncinya ya,"ucap Guntoro, "ya pak, kita perlu melucuti kekuatan dari indra untuk memperbesar kemungkinan menang, selain itu kita juga memanglah pedagang jadi wajar saja kalau kita memasuki ibukota setiap hari, apalagi wilayah ksira sagara adalah wilayah yang paling kaya di seluruh Devaloka, membentang diseluruh bagian barat Devaloka sebagai kerajaan besar beserta semua aliansinya yang menjadi aliansiku bahkan menginginkanku menjadi indra karena prospek dagang yang berkembang dengan sangat baik, tenang saja pak, di Amaravati juga akan banyak agen-agen kailash, jika sampai pecah pertempuran, posisi kita akan hampir setara, mereka juga sudah bersiap untuk menggempur ibukota kok,"ucap Alim, "bisa dimengerti, Amaravati ya,"ucap Guntoro sambil berjalan meninggalkan Alim.

Keesokan paginya rombongan dagang dipersiapkan oleh Alim di stasiun terdekat, "jadi apakah semuanya sudah siap untuk menuju Amaravati,"ucap Alim lewat ruang komando yang memperlihatkan jutaan orang hologram pimpinan rombongan dagang yang akan menuju Amaravati, "siap aden,"ucap orang-orang itu lewat gawai masing-masing, "hati-hati ya,"ucap Alim saat mereka semua memberikan hormat dan mematikan gawai mereka untuk berangkat ke Amaravati.

Sementara itu di ibukota Devaloka, Amaravati, "aku tidak menyangka kalau orang-orang Yadawa yang berasal dari Alim itu menyebar sangat cepat ke seluruh penjuru Devaloka, mereka seperti hama yang menggerogoti kejayaan negeri ini dengan menguasai agrikultur disini, tuan Sakra, bagaimana ini,"ucap seorang lelaki yang nampak marah, "jaga ucapanmu Seno, mereka membantu perekonomian kita secara besar-besaran, meski aku juga masih tidak setuju dengan keinginan mereka membuka Devaloka pada Dunia, gejolak konflik ini sangat besar dan hanya menunggu waktu untuk pecah,"ucap Sakra, "ini hampir sama seperti dulu saat aku memimpin pemberontakan, mungkin inilah karmaku, para Yadawa itu sekarang sudah sekuat ini, perang sipil dengan mereka adalah hal yang sangat merepotkan, apalagi mereka sangat ahli dalam mengolah lahan, hmm logistik yang sangat banyak, personel yang sangat melimpah dan juga keuletan mereka dalam bertarung, ditambah lagi dengan jendral besar mereka, Alim sang narayana, negara ini takkan sanggup menahan amukan mereka, aku takkan sanggup menghadapi kekuasaan narayana, tidak ada lagi yang bisa kulakukan, aku akan kalah, tapi aku tetap harus memberikan perlawanan sekuat tenaga, aku juga seorang pejuang, seorang indra,"pikir Sakra sambil menatap langit pagi yang indah.

Lihat selengkapnya