Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #69

Parade Bencana

Pagi-pagi buta Alim baru saja bangun dari tidurnya dan dikejutkan oleh sepasang mata merah menyala di jendela kamarnya, "kau datang kesini juga Ihsan," ucap Alim saat beranjak dari tempat tidurnya, "aku hanya atmasena disini, aku hanya ingin memberitahukan kalau persiapan diriku untuk membangun negara sudah selesai, jum'at 19 april 2013 adalah tanggal yang kupilih untuk pengumuman, bersamaan dengan ulang tahun adik keduaku," ucap Ihsan dengan serius, "siapa saja yang akan ikut dirimu, saudara, teman, rekan bisnis, siapa!?," tanya Alim, "tidak ada, hanya diriku, ratuku dan wargaku yang mau saja," jawab Ihsan tanpa keraguan, "bagaimana dengan Yusuf, mas Lintang, Sekar dan lain-lain, bukankah dirimu membutuhkan mereka," ucap Alim, "peran mereka di negaraku sudah digantikan oleh lembaga-lembaga yang dibentuk bersama di negaraku, aku ingin berhenti mengusik mimpi kalian, kini biarkan diriku berjalan dijalan yang kubangun sendiri sebagai pemimpin dengan orang-orang yang mau mengikutiku saja," balas Ihsan dengan senyuman riang sambil melepaskan atmasena miliknya perlahan, "apa maksudmu hah!!!?, apa maksudmu ingin berjalan dijalanmu sendiri, kita akan menaklukkan Dunia bersama kan, kita akan jadi yang terbaik bersama kan, hoii," bentak Alim, "maaf cak," balas Ihsan saat menghilang dari sana, "arrrggghhh, kenapa sih anak itu, dasar bangsat, kenapa ingin melakukan semuanya sendiri, grrrrhhh, kalau sampai dia melakukannya sendiri Dunia bisa hancur lebur, tak akan ada yang menghentikannya sedikitpun, aku harus cepat menyelesaikan misiku sebelum dia mengacaukan segalanya, kupikir dia akan mengajak Yusuf bersamanya, tapi hanya Shafa!?, aku belum terlalu yakin dengannya, aku belum terlalu yakin kalau dia sendiri bisa meredam Ihsan dari mengobrak-abrik tatanan Dunia, aku memang mau Ihsan menjadi Maheshvara tapi aku ingin dia dicintai sebagai shangkara bukan ditakuti dengan nama bhairava," gumam Alim dengan panik sambil berjalan keluar menuju ruang dapur dan dibuat kaget oleh Shifa yang sedang sibuk masak dan sedang mengudap keripik singkong, "beh, mak, kau ngapain disini tengah malam," tanya Alim, "masak, mau!?," jawab Shifa dengan santainya sambil menawarkan sekotak keripik singkong yang baru dia buat, "boleh, terimakasih Shifa," ucap Alim sambil mengudap keripik singkong itu dengan kesal, "kau kenapa tampak kesal begitu, bukankah semua strategimu sudah berjalan, saat ini tak satupun wilayah di Devaloka yang tak dihuni bangsa Yadawa dan disemua planet itu ada barak dagang yang juga merupakan tempat perekrutan pasukan, perang bisa diluncurkan kapan saja dan kemungkinan besar akan kita menangkan, jadi apalagi yang membuatmu kesal oh narayana," tanya Shifa dengan lembut, "baru saja Ihsan berkunjung kemari dan dirinya bilang akan segera memisahkan diri dari Sahasradwipa," jawab Alim, "lalu dimana permasalahannya, bukankah itu rencana kalian dari awal," ucap Shifa, "bukan disitu masalahnya, tapi dia akan meninggalkan semua teman-temannya di Sahasradwipa, termasuk keluarga dan saudaranya sendiri, kau mengerti sendiri kalau Ihsan tidak bisa dibiarkan sendiri, dia hanya bersama Shafa sekarang, tidak, aku belum percaya pada Shafa dan semua alasan tidak logisnya, mana bisa Ihsan ditenangkan dengan cara itu," ucap Alim dengan kesal, "hah??, hanya mengajak Shafa," tanya Shifa, "iya, katanya hanya orang yang dengan sukarela mengikutinya yang akan ikut dengannya," ucap Alim, "tidak Alim, Shafa tidak akan bisa menemani Ihsan membuat sebuah negara, orang tuanya takkan mengizinkan dia ikut makar, mereka akan berpisah Alim, semua orang yang bisa menenangkan Ihsan akan jauh darinya, dia akan sendiri," ucap Shifa yang membuat mata Alim langsung terbelalak lebar, "benar juga, dia akan sendiri, tanpa ada sedikitpun kendali, dia dan pikiran experimental miliknya itu hanya akan mengacaukan Dunia jika dibiarkan sendiri tanpa ada orang yang bisa memberikannya masukan, abdi-abdinya itu takkan berani melawannya, hhhh aku harus mengecek persiapan serangan, kau persiapkan yang lain juga, kita akan berangkat ke Amaravati, kita tak hanya akan bertempur melawan indra tapi kita juga sedang berpacu dengan waktu menghadapi bhairava," ucap Alim sembari bergerak menuju barak untuk mempersiapkan dirinya, saat itu juga Shifa membuat beberapa atmasena untuk bersiap juga dan melanjutkan memasak.

Sementara itu di barak, "Bagas, aku bergerak lebih awal ke Amaravati, semuanya harus kucek sendiri," teriak Alim di barak, "baiklah, tapi ada apa ini," tanya Bagas yang kebingungan dengan tingkah Alim, "aku tidak punya waktu menjelaskannya, tanyakan pada Shifa nanti, kaulah yang akan menjadi komandan pasukan saat hari penyerangan tiba," ucap Alim sambil memanggil garuda lalu terbang begitu saja ke Amaravati, "apa yang terjadi sebenarnya," pikir Bagas yang masih kebingungan. Sementara itu garuda yang ditunggangi Alim melesat melewati angkasa menembus jutaan galaksi dan ruang hampa menuju Amaravati.

Sesampainya di Amaravati, "mana orang-orang itu, katanya mereka akan menunggu di planet ini," pikir Alim sambil mengaktifkan kemampuan deteksinya, "ah disitu rupanya," pikir Alim sambil melesat kesana menemui orang-orang yang dia kenal, "eh!?, ngapain kesini aden," tanya Guntoro yang sedang bermain dengan Fio, "kalian sudah tau rencana Ihsan bukan!?, " tanya Alim, "iya, tadi dia juga memberi tau kami, kami akan menaatinya seperti biasanya, engkau akan selalu diterima sebagai warga olehnya aden," ucap Fio, "sudah kuduga kalian akan setia padanya, mana yang lain," tanya Alim sambil menyalakan naranetra miliknya, "mereka sedang berlatih aden," jawab Fio sambil menunjukan jalan ke ruang latihan pada Alim, tak lupa Alim memberikan instruksi pada Guntoro dan Fio mengenai persiapan penyerangan lebih awal menggunakan ilusi yang dia buat, sesampainya di ruang latihan Alim langsung menemui Amra, Sura dan Soma dan menginformasikan perubahan strategi dan keputusan Ihsan menggunakan ilusinya, "apa kalian memahaminya," tanya Alim, "rotasi dagang di wilayah Amaravati ya, menarik," ucap Amra, "ini akan sedikit mengurangi penghasilan dibandingkan sistem jejaring dagang yang biasanya, tapi untuk pengepungan ini adalah metode yang lebih efektif," pikir Soma, "bisa dipahami aden, nampaknya prabhu mulai berulah lagi ya, kalau terlambat bisa merepotkan," ucap Sura dengan senyum tipisnya, "bagus kalau kalian paham, tanggal lima belas kota Amaravati sudah harus dalam kendali kita, serangan ini harus efektif dan cepat, serta kita akan menguasai indra, bukan membunuhnya," ucap Alim sambil pergi menyiapkan pasukan lainnya.

Sementara itu di keraton Ariloka, "jadi begitu ya Shifa, pantas saja Alim mulai panik, adiknya itu memang sangat merepotkan kalau dibiarkan sendiri, kekuatan absolut yang terus tumbuh bernama Ihsan dan seluruh pengikutnya," ucap Bagas diruang rapat, "lalu gimana persiapan kita selama beberapa hari kedepan menuju hari penyerangan," tanya Irene, "kurasa kita perlu bergerak perlahan ke Amaravati, kuharap pasukan kita bisa melakukannya sambil berlatih," ucap Shifa, "berarti kita perlu menambah produksi tembakau, merokok adalah satu-satunya metode menenangkan diri sambil terus bergerak, kuharap dirimu bisa memahami ini Shifa," ucap Bagas yang diikuti anggukan dari Shifa, "kalau begitu Bagas, kau akan tetap melatih pasukan, Irene, engkau akan membantu melakukan mobilisasi, aku akan meminta pak Mistari untuk merubah media tanam tembakaunya lalu menyiapkan logistik dan obat-obatan untuk pertempuran akbar, kita akan serbu Amaravati pada tanggal yang sudah ditentukan sebelumnya, lakukan sekarang," ucap Shifa diikuti dengan gerakan cepat dari mereka bertiga, "semoga tidak terlambat, Dunia ini akan segera kolaps kalau bhairava dibiarkan sendiri, aku harus berusaha mencegah kemungkinan itu," pikir Shifa sambil bergerak cepat menuju kebun tembakau.

Sementara itu di Amaravati, "Sakra, apa dirimu merasakan pergerakan yang sangat tidak wajar di seluruh Devaloka," tanya seorang wanita yang sedang melatih pasukan Devaloka, "aku merasakannya Dira, anak itu memang sangat berbahaya seperti peringatanmu, kita harus bersiap," ucap Sakra, "ya, anak itu memang harus dikalahkan, narayana memang harus dihentikan," ucap wanita tadi yang bernama Dira sambil melanjutkan melatih swargasena, "aku juga perlu berlatih, saat serangan tiba disini dia takkan menahan diri," pikir Sakra sambil berangkat ke ruang persenjataan untuk mengambil bajranya dan mulai berlatih.

Lihat selengkapnya