Minggu, 14 april 2013, Ariloka, "persiapan sudah selesai, sekarang waktunya kita berangkat, pasukaaan!!!, malam ini kita akan berangkat, tunjukkan semua kekuatan kita disana, kota para dewa, Amaravati," ucap Shifa sambil mengacungkan kampaknya tinggi-tinggi kelangit dan disambut dengan tiupan shanka yang bertalu-talu lalu dipanggilnya burung hantu miliknya yang membentangkan sayapnya malam itu, "terimakasih karena telah mengobarkan semangat mereka oh devi," ucap Bagas yang saat itu sudah menaiki yali miliknya, "sekarang pimpin pasukan ini didepan wahai nara, kita akan menuju narayana," ucap Shifa sambil menaiki burung hantunya dan saat itu juga Bagas mengangkat pedangnya setinggi mungkin lalu melesat ke Amaravati dengan yalinya diikuti dengan Shifa dan seluruh pasukan mereka disana yang berangkat dengan mata menyala-nyala dimalam hari.
Sementara itu di Amaravati, Alim sedang bersiap untuk melakukan serangan juga, "beberapa saat lagi kita menyerang," ucap Alim sambil menyiapkan busur dan panahnya dan membidik gerbang masuk istana, "kau akan membidik gerbang istana dari sini aden!?," tanya Fio yang kebingungan, "Fio, kenapa dirimu meremehkan aden Alim!?, kalibernya sama dengan prabhu Ihsan lho, kau lihat sendiri saat prabhu bertempur dengan busur pinaka miliknya kan," ucap Guntoro, "aku tidak seahli adikku itu dalam memanah, ada alasan kenapa dia dipanggil adi dhanurdhari, tapi kalau jaraknya hanya segini aku bisa dengan mudah membidiknya," ucap Alim diikuti dengan beberapa pasukan yang bersiap termasuk Guntoro dan Fio itu sendiri saat tiba-tiba panah Alim mendesis dan mengeluarkan asap panas darinya, "ini apa, vaishnavastra atau brahmastra, kenapa auranya mengerikan sekali," gumam Guntoro, "bakar mereka, agneyastra," bisik Alim saat panahnya meluncur ke gerbang istana Amaravati tepat pukul 00.00 dan menimbulkan panas yang luar biasa dan menerangi angkasa saat Alim menarik pedangnya dari sarungnya, "seraaaang!!!!," pekik Alim saat memanggil garuda lalu melesat menuju istana indra diikuti berjuta-juta batalyon pasukannya mengikuti cahaya dari agneyastra yang membara.
Disaat yang sama di istana Amaravati, "apa itu, kukira sudah pagi," gumam Dira yang baru terbangun dari tidurnya akibat cahaya terang dari agneyastra yang mengarah ke gerbang istana lalu menghantamnya dan meledak dengan sangat keras menghancurkan gerbang istana sekaligus membakar taman Amaravati dan melelehkan pilar-pilar istana, "keluar kau bajingan, beraninya engkau mengubah taman swargaku menjadi naraka," teriak Dira sambil memanggil trisula miliknya dan memanggil gajah airavata miliknya untuk menyerang musuh saat tiba-tiba sebuah tebasan kuat membelah langit mengarah ke kamarnya, untungnya Seno ada disana untuk menahan tebasan pembelah langit itu dengan pedangnya juga dan hujan badai turun membasahi taman saat Sakra berjalan keluar dengan senjata lengkap dan bajra menyala sambil memanggil airavata miliknya sendiri, "selamat datang ke istanaku wahai narayana, semoga sambutan dariku bisa membuatmu senang," pekik Sakra sambil menyalakan bajranya lalu sebuah angin kencang berhembus kearahnya dan memperlihatkan garuda yang bercahaya sedang mengepakkan sayapnya dan menyingkirkan awan mendung yang dibuat Sakra, membawa Alim yang sudah siap bertempur habis-habisan, "oh indra, ada bayaran untuk setiap tindakan, anggap saja ini bayaran untuk kematian maharani waktu itu dan juga kematian ayahandaku tercinta," ucap Alim dengan lantang dengan air mata mengalir dipipinya sambil mengarahkan cutlass miliknya dan mulai memanggil persenjataan miliknya diikuti dengan hujan bola api yang menghiasi langit Amaravati waktu itu dan membangunkan para swargasena yang siap melindungi kaisar mereka kapanpun, diikuti dengan turunnya pasukan dharmasena milik Alim ke medan tempur, "anak ini sudah menguasai kemampuan mentransfer tanda yogi, monster macam apa dia sebenarnya," pikir Sakra saat memacu airavata miliknya kearah Alim dan mengarahkan bajranya kearah Alim yang merespon dengan memacu garudanya kearah Sakra dan mengarahkan chakranya yang kemudian berbenturan dengan bajra dilangit dan menimbulkan gelombang energi yang begitu kuat saat keduanya berkeliling disekitar pusat ledakan dan menarik kembali senjata mereka lalu melesat dari wahana mereka untuk beradu serangan dilangit, mereka memulai dengan adu panahan yang beradu dilangit dan menimbulkan dentuman demi dentuman keras yang memekakkan telinga diikuti dengan pedang mereka yang beradu, tebasan demi tebasan mengarah leher, dada dan tangan mereka berdua yang disambut dengan tangkisan demi tangkisan untuk mencegah luka saat keduanya turun dari langit dan terus beradu serangan seperti menari-nari dengan irama sangat cepat dan hentakan-hentakan kaki yang menggetarkan bumi tempat mereka berdiri, sesekali tebasan mereka melesat keluar dan menebas prajurit yang tidak beruntung sampai terbelah dua dengan sangat rapi, kadang ada hentakan gada dari Alim yang membentur tanah dan menimbulkan gempa serta cambukan keras dari Sakra yang menggetarkan angkasa, tempias air memercik ke segala arah dari tempat mereka beradu serangan diikuti dengan uap air yang timbul karena percikan panas akibat benturan senjata keduanya keduanya terus beradu serangan sampai tinju mereka berdua mengenai pipi lawan masing-masing, "kuat sekali anak ini," pikir Sakra saat tinju Alim mengenai pipinya dan Alim terus mendorong tinjunya sampai Sakra terhempas jauh kelangit dan segera menguasai dirinya lagi sambil membersihkan hidung dan mulutnya dari darah kemudian melepaskan tembakan demi tembakan benang-benang tipis dari kukunya yang membelah udara saat dilepaskan, melihat hal itu Alim mengusap darah dari hidung dan mulutnya lalu membalas dengan tebasan kuat dari pedangnya yang dia panaskan dengan elemen api dan membelah benang-benang dari Sakra sehingga hampir mengenai muka musuhnya itu yang menghindar sambil mengarahkan kembali benangnya kepada Alim yang menghindari sambil melepaskan gelombang energi dari gadanya yang berhasil mengenai Sakra dan membuatnya kehilangan keseimbangan saat Alim menembakkan api yang sangat kuat dari mulutnya dan mengenai Sakra dengan telak sampai tubuhnya terbakar saat tembakan itu menguapkan air hujan dan menimbulkan tekanan uap air yang luar biasa, "aku tau engkau takkan mati semudah itu indra!!, mana kekuatan besarmu itu," teriak Alim sambil mengaktifkan netranya yang menyala merah dibalik uap air saat tiba-tiba Seno sudah berada dibelakangnya mengarahkan gadanya kearah badan Alim yang menghindari serangan itu dengan mudah, "heh manunetra, anak ini berbahaya," pikir Seno yang tersentak kaget melihat mata Alim yang membara dan mengarahkan telapak tangannya ke muka Seno dan menembakkan api yang menghempaskan Seno begitu saja sambil terus berjalan kearah Sakra yang tiba-tiba memancarkan badai petir dari tubuhnya lalu memunculkan kawanan makhluk jadi-jadian ke angkasa, "kekuatanmu sungguh menakjubkan narayana, tapi sayang sekali menang melawan makhluk abadi sepertiku akan sulit," teriak Sakra namun Alim tak merespon ucapannya dan membalasnya dengan membuat apinya menjadi hitam dan menembakkannya pada Sakra menggunakan tangannya yang dihindari Sakra dengan panik, "api hitam!?, konversi seratus persen energi menjadi panas yang tak menghasilkan cahaya sedikitpun, dia bisa membunuhku," pikir Sakra sambil menatap Alim dengan serius saat tiba-tiba tebasan kuat membelah tempatnya dan tempat Alim berdiri dan membelah istana Amaravati sekaligus planet tempatnya didirikan menjadi dua, "terlalu bersemangat seperti biasanya ya Bagas," gumam Alim saat melihat ke angkasa menyaksikan Bagas bersama Shifa memimpin sisa pasukan untuk menggempur ibukota, "jangan remehkan musuhmu ini Sakra atau dirimu akan mati, tunjukkan semua kekuatanmu itu," ucap Alim sembari memasang kuda-kuda saat Shifa dan Bagas tiba disampingnya, "jadi mana yang harus kuatasi Alim," tanya Bagas sambil menghunuskan pedangnya yang menyala, "mereka belum sepenuhnya berada disini, para apsara dan swargasena akan tiba dalam waktu dekat, kita harus berhati-hati," ucap Shifa, "Bagas, tebasanmu itu sangat kuat, gunakan untuk membabat musuh kita, Shifa, kau tetap disini dan menyembuhkanku saat diriku terluka, lawan kita adalah Sakra yang sangat sulit dibunuh, tentang bala bantuan dari musuh akan terus dipantau oleh Amra, Soma dan Sura, sekarang kita akan melanjutkan untuk bertarung dengan keluarga tiran ini," ucap Alim sambil menatap tajam Sakra bersama Bagas dan Shifa yang mengarahkan pandangannya kepada seorang ratu yang sangat marah karena istananya dihancurkan, "kenapa indrani!?, kau belum siap menjadi gelandangan!?," tanya Shifa, "dasar bajingan kalian, rumahku kalian hancurkan begitu saja, kalian takkan kuampuni," teriak Dira sang indrani sambil mengisi kekuatan trisulanya, "hanya orang yang menang saja yang pantas mengajukan pengampunan indrani dan pemenang itu akan kita tentukan hari ini," ucap Shifa sambil mengaktifkan tanda yogi dan jeevanetranya bersamaan dengan matahari menyingsing dan kedatangan pasukan swargasena dan para apsara yang membuat pertempuran semakin riuh.