Selasa, 16 april 2013, "romo sudah mengizinkan diriku tinggal disini asalkan diriku berkunjung ke rumah seminggu sekali," ucap Shifa sambil menahan air matanya, "maaf ya Shifa, aku tidak bermaksud memisahkan dirimu dengan keluargamu," ucap Alim, "tak apa, sekarang kita berangkat menuju Amaravati sekali lagi, siapa saja yang akan ikut," tanya Shifa dengan mata berkaca-kaca, "aku, kamu, Bagas, Fio, Amra, Sura dan Soma, sisanya memutuskan untuk menjaga barak," ucap Alim sambil bersiap untuk pergi. Jam 12.00 mereka pergi ke Amaravati menemui Sakra dan keluarganya sekali lagi dalam keadaan damai.
Sesampainya di Amaravati mereka menyaksikan situasi ibukota yang baru saja dibangun, serangan yang sempat mereka lakukan kemarin hari meluluhlantakkan semua fasilitas yang ada disana membuat semua orang harus bekerja keras dari awal, "apa yang sebenarnya kita lakukan Alim, serangan yang kita lakukan membuat ekonomi di ibukota kolaps, banyak binatang harus punah dari planet-planet yang kita serang, apa engkau yakin ini akan setimpal dengan balasan yang kita dapatkan," tanya Shifa, "tentu saja tidak, kecuali kita dengan cepat bisa memulihkannya," ucap Alim, "ini adalah hal yang kau lakukan, apa tidak ada sedikitpun penyesalan di wajahmu," bentak Seno dari seberang jalan, "sudah nak, kita perlu mencari solusi, bukan saling menyalahkan," ucap Dira sembari menghalangi Seno dari menyerang rombongan Alim, "jadi narayana, apa rencanamu agar Devaloka pulih lagi," tanya Sakra sambil menggelar tikar untuk melakukan pertemuan, "separah itukah serangan kemarin hari sampai dirimu hanya punya tikar untuk pertemuan penting seperti ini tuan Sakra," pikir Shifa dengan sedih dan duduk dengan tenang membawakan beberapa kue, "sebenarnya tuan Sakra, aku sudah dengar tentang semua kemasyhuran yang engkau dapatkan sebelum menjadi seorang indra, kudengar dirimu adalah seorang ilmuwan yang bergerak dibidang energi dengan salah satu penemuanmu yang mendunia yaitu baterai kontinu, kita bisa mulai dari sana, sebuah teknologi simpel yang bisa digunakan banyak orang," ucap Alim, "hmm bukankah penggunaan baterai kontinu sekarang sudah mulai ditinggalkan akibat menyebarnya teknologi lingga yoni yang memang jauh lebih berkembang," ucap Sakra, "benar sekali, tapi tetap saja ada batas produksi dari lingga yoni, serta dengan model rangkaian energi yang disusun oleh Ihsan dan timnya, aku bisa pastikan kalau baterai kontinu akan tetap berguna untuk meningkatkan produksi energi terutama dalam rangkaian besar, penambahan sekecil apapun akan berguna untuk kemajuan," ucap Alim, "berhentilah bersikap seolah kau menganggap kami berguna, kau hanya ingin menjerumuskan kami lebih jauh kedasar kehancuran bukan," ucap Seno, "tenanglah Seno, ini adalah pertemuan penting, bagaimana dengan kalian berdua, Dio, Nel," ucap Sakra, "lebih dari setahun lalu aku dikalahkan oleh pasukan narayani sena dan itu menjadi awal masuknya narayana kemari, meskipun aku pada awalnya punya banyak sekali dendam padanya tapi aku juga harus mengakui bahwa yang dia lakukan adalah membangun sebuah peradaban yang sangat besar, para Yadawa sudah terbukti sebagai orang-orang yang memiliki kemampuan mengolah lahan dengan sangat baik, baik di daratan maupun lautan, saranku adalah selain menerima idenya sebelumnya, kita juga harus mengintegrasi sepenuhnya bangsa Yadawa ke Devaloka, "selain itu ayah, ada bangsa gana yang harus diakui menyumbang banyak sekali kontribusi sebagai pekerja serabutan di wilayah Ksira Sagara, mereka adalah bangsa pekerja yang harus diberdayakan kita tau bahwa mereka berasal dari Sahasradwipa lebih tepatnya wilayah Jonggring Saloka yang saat ini menjadi wilayah paling berkembang, banyak sekali pengusaha besar yang berasal dari sana, saat ini bhairava sudah menjadi manusia paling berpengaruh di Dunia, kita harus memanfaatkan koneksi yang sudah ada, dia sendiri memang takkan bisa memulihkan perekonomian kita, tapi dengan semua koneksi yang dia punya serta para pengusaha besar yang berlomba-lomba menguasai arus ekonomi disana akibat politik meritokrasi liberal yang diterapkan disana, harus diakui kalau melakukan kerjasama dengan mereka akan membuka peluang yang sangat besar bagi perkembangan peradaban," ucap Nel, "tapi posisi mereka adalah sebuah kerajaan, sudah menjadi sebuah aturan bahwa kerajaan hanya bisa bekerja sama dengan kerajaan lain dalam satu negara," ucap Sakra, "sebenarnya Jonggring Saloka akan segera memerdekakan diri, selain itu bentuk pemerintahan mereka adalah monarki kolonial yang sejauh ini masih belum kupahami tapi nampaknya itu adalah sistem dimana meski ada satu pemimpin absolut yaitu pashupati, tapi seluruh wilayah dibawahnya merupakan koloni-koloni kecil yang dengan kesadaran penuh akan membentuk wilayah mereka sendiri atau bahkan saling menaklukkan dengan persetujuan dari kedua belah pihak dan atas sepengetahuan Ihsan itu sendiri, apabila aturan dilanggar maka Ihsan akan turun tangan untuk membantai habis koloni yang melanggar aturan main disana," ucap Alim, "hah!?, memangnya ada sebuah wilayah yang bisa berdiri dengan hukum sekacau itu," tanya Shifa, "itu memang bentuk pemerintahan yang sangat beresiko nak, tapi dengan aturan tertentu dan tanggung jawab penuh dari penguasa utama maka persaingan mereka adalah modal terbesar untuk perkembangan," ucap Sakra, "tunggu tuan Sakra, apakah kita bisa memasukkan wilayah seperti Jonggring Saloka ke aliansi Vaikunta," tanya Alim, "tergantung, pemerintahan model kolonial seperti itu tidak bisa bergabung dengan aliansi Vaikunta yang lebih mementingkan kemakmuran secara merata, negara dengan sistem monarki kolonial akan sulit bergabung meski masih bisa bekerja sama, negara-negara yang tergabung di aliansi Vaikunta adalah orang-orang yang menerapkan prinsip sosialisme, ya meski belum sepenuhnya terbentuk tapi persamaan ideologi harus diterapkan, negara itu mungkin juga tidak akan bisa masuk ke aliansi Brahmanda yang fokusnya adalah ideologi Demokrasi, tapi asalkan mereka mau berubah, kita bisa menerimanya," ucap Sakra, "lalu bagaimana caraku untuk menyelamatkan adikku itu," ucap Alim lirih, "tidak ada nak, lagipula dia sendiri yang memutuskan untuk memilih jalannya saat ini, berarti dia juga harus siap untuk semua konsekuensinya, tapi kalau dirimu menjadi seorang Vishnu maka itu akan mungkin, itu masih isu tapi dengan adanya seorang pemimpin maka aturan bisa sedikit diubah," ucap Dira, "ini adalah waktu yang tidak tepat baginya membuat sebuah negara yang menentang aturan seperti itu mengingat ada isu pecahnya dharmayudha sekali lagi, satu-satunya solusi adalah dia harus mendirikan aliansinya sendiri, bisa juga dengan dirimu atau saudara-saudaranya yang lain menjadi pimpinan tertinggi aliansi, tapi sekali lagi itu tergantung bagaimana Ihsan mengambil sikap, daripada itu lebih baik kita mencari cara agar Devaloka bisa kembali bersaing," ucap Seno yang tersenyum puas mendengar pernyataan Alim, "sebentar, biarkan aku berpikir," ucap Alim yang mulai bingung dengan nasib Ihsan, "biar aku saja yang berbicara, mungkin ini akan sedikit berbeda dengan rencana Alim yang sebenarnya, tapi sedikit-sedikit aku juga sudah membaca rancangan negara yang disusun Alim sebelumnya, apa yang harus kita lakukan adalah mengelola sumber daya kita dengan baik dengan pekerja yang cocok juga, setelah itu kita sebarkan sumber daya ini untuk optimasi kinerja negara, apabila ada kelebihan maka bisa kita pakai untuk kerjasama dengan pihak luar," ucap Shifa, "heh!?, bagaimana caramu memahami semua rancanganku," ucap Alim, "kau pikir selama ini aku tidak mendengarkan ocehanmu saat aku memasak dipagi hari, saat aku mengantar makanan untukmu, saat membantumu bekerja, itu rencana yang bagus makanya dirimu terus membicarakannya, rencana yang perlu pengorbanan besar dari banyak orang, tapi sebelumnya kita perlu melakukan kerjasama dengan banyak pihak agar rencanamu berjalan dengan lancar, kunci dari rencana ini adalah pembentukan sistem pengelolaan sumber daya yang stabil, expliotasi dan explorasi kemampuan serta sistem keamanan yang sesuai dan teratur, sistem ini akan mendorong para prakriti menjadi garda terdepan yang akan semakin meningkatkan perekonomian secara bertahap," ucap Shifa, "itu rencana yang sangat menarik, sebenarnya itu sangat mirip dengan visi dan misi aliansi Vaikunta, aku bisa memahaminya jadi bagaimana teknisnya," ucap Sakra yang mulai sumringah sambil melanjutkan diskusi itu sampai selesai.
Sore harinya saat diskusi selesai, "jadi ini keputusan yang akan kita lakukan, menarik juga," ucap Amra, "dahlah jangan banyak protes, dah bagus itu," ucap Bagas, "tapi kebijakan ini cukup merepotkan, apalagi ini wajib militer, apa maksudnya ini aden Alim," ucap Amra yang tak direspon oleh Alim yang sedang pusing, "protes aja kau ini, gak liat orang lagi pusing," ucap Sura, "hhh sebenarnya aku juga penasaran dengan ini, oiya dirimu juga akan pindah kesini bukan ajeng Shifa," tanya Soma, "wei, kenapa gak mau menatap mata lagi sih mas," ucap Sura, "diam, kita udah punya keluarga," ucap Soma, "heissh, peraturan itu adalah bentuk kita memberdayakan semua orang agar berkecukupan, pertama adalah standarisasi nasional peralatan produksi itu ditujukan agar warga bisa lebih aman dalam bekerja, kedua adalah standarisasi harga bahan pokok itu ditujukan agar bahan pokok seperti beras, gandum dan lain-lain bisa dijadikan alat tukar yang sah selain emas, perak, tembaga dan besi, anggap saja itu adalah cara agar semua orang bisa makan lalu wajib militer itu agar semua warga bisa bertarung, jika kita kuat maka kita yang menentukan pilihan mau damai atau tidak, jangan mengeluh, inilah yang namanya pengorbanan, aku juga akan pindah kesini, memang sulit rasanya berpisah dengan orang tua, tapi disini aku lebih berguna, kalau hal itu bisa membawa kebaikan untuk banyak orang maka kita harus berkorban untuk melakukannya," ucap Shifa, "hmm benar sih," ucap Amra sambil berjalan pulang menuju keraton Ariloka.
Malam harinya di keraton, Alim terlihat bersantai bersama dengan teman-temannya saat sebuah pushpaka vimana yang sangat dikenalnya mendarat disana memperlihatkan ayah dan ibu Shifa turun dari sana, "prabhu Dani, permaisuri Yani, ada apa sampai datang kesini tanpa memberi kabar," ucap Alim, "heh, emangnya gak boleh mengunjungi anak sendiri, sekarang aku tanya padamu, anakku akan baik-baik saja kan disini," ucap Yani dengan kesal pada Alim yang terdiam membisu, "hmm ini dia anak kita Yan, kok malah tanya kesitu sih," ucap Dani, "bukan begitu maksudku, dia yang bertanggungjawab pada anak kita nanti kan," ucap Yani, "oh iya sih, sebenarnya aku cukup yakin dengan itu, kita kesini untuk tujuan lain, hmm nak, ayah punya hadiah untukmu, mungkin ini akan lebih berguna disini," ucap Dani sambil menyerahkan sekotak perhiasan pada anaknya yang segera dibuka oleh Shifa, "sepasang gelang romo!?, permata yang ada disini itukan, vaidurya, kenapa engkau menyerahkannya padaku," ucap Shifa saat melihat sepasang gelang kayu dengan permata ungu bersinar menghiasinya, "kau mengerti sendiri kalau permata langka itu akan baik untuk meningkatkan fertilitas lahan, kalian kan mau membuat sistem pertanian, itu akan cocok," ucap Dani, "lalu yang dirumah bagaimana," tanya Shifa, "hmm aku dapat permata itu dari lelang nak, bukan yang pusaka keraton, kalau yang itu masih ada ditongkat kuasa kerajaan Mataram," ucap Dani, "begitu ya, terimakasih romo, maaf ya aku pergi dari rumah, adik-adik tolong dirawat ya," ucap Shifa, "sebenarnya Shifa, hanya Isel yang bertahan di keraton, Ihsan memindahkan yang lain ke wilayah kampung Kincir dan sekarang mereka dijaga oleh para karyawan Kailash," ucap Dani, "hah!?, kenapa bisa begitu," ucap Shifa, "aku yang mengabari Ihsan, mungkin itu wajar mengingat di keraton dia memang menitipkan adik-adik kita padamu atas rekomendasi dariku, tanpa keberadaanmu disana dia takkan percaya, apalagi dia juga akan makar, kalau boleh tau bagaimana pendapatmu prabhu," ucap Alim, "aku bisa mewajarkan keputusan Ihsan, memindahkan adik-adiknya dari lingkungan keraton mungkin adalah keputusan yang tepat mengingat setelah makar, mungkin akan banyak orang yang salah persepsi mengenai Ihsan dan bahkan bisa jadi membenci keluarganya, keputusannya untuk makar juga masuk akal mengingat Jonggring Saloka sudah mumpuni untuk menjadi negeri tersendiri, namun tetap saja, aku tidak akan menjamin bahwa tidak ada orang yang menentang keputusannya, kami mungkin takkan berperang melawannya tapi itu tidak berlaku untuk negeri lain, negara Reksanara sudah panas semenjak keputusan kemerdekaan Jonggring Saloka, sebuah perubahan biasanya memang akan menimbulkan kekacauan, kalian disini memang sudah tepat, sampai situasi stabil jangan mendekati Jonggring Saloka, sebentar lagi aku akan pulang, banyak sekali sudah kerajaan yang menentang keluarnya Ihsan, aku akan berusaha untuk menenangkan situasi," ucap Dani yang membuat Alim terdiam, "hati-hati Romo," ucap Shifa sambil memakai sepasang gelang barunya, saat itulah Dani pergi kembali ke vimananya dan bertolak kembali ke Mataram, "aaaaaarrgh, dasar adik yang nakal, dia itu kenapa sih tidak bisa diatur begitu," teriak Alim begitu Dani dan rombongannya pergi, "tenanglah wahai narayana, kalau rencana kita berjalan lancar kita bisa menghalau kekacauan yang akan terjadi, adikmu itu orang baik kok, kita akan membuat Dunia mengetahuinya," ucap Shifa mencoba menenangkan Alim, "terimakasih Shifa, engkaulah sridevi yang mulia, aku berterimakasih atas perhatianmu tapi maafkan aku, kita harus bergegas sebelum semuanya terlambat, sebelum Ihsan menjadi tak terkendali kita harus sudah ada disana mencegahnya berbuat kekacauan, adikku itu akan melawan siapapun yang menentangnya, dia harus diredam dan diajak berkerjasama, bukan dilawan," ucap Alim, "baiklah, tapi tenangkan dirimu dulu narayana, tenanglah dan kita akan menyelesaikannya bersama," ucap Shifa diikuti anggukan dari orang-orang yang ada dipesta kecuali Guntoro, Fio dan Mistari yang masih setia pada Ihsan dan hanya bersiap untuk pulang.
Sementara itu di keraton Suralaya, "tarik Guntoro, Fio dan Mistari pulang, misi mereka di Devaloka sudah selesai, sudah tak ada lagi yang perlu dilakukan disana," ucap Ihsan, "baik prabhu," ucap Anas, "Ihsan, lalu kita apakan surat-surat ancaman ini," tanya Shafa, "apa lagi Shifa, kita penuhi tantangan mereka, tak ada kata mundur, kita akan menjadi negara berdaulat," ucap Ihsan dengan penuh keyakinan.