Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #78

Mahadewa

Rabu, 17 april 2013, digerbang masuk keraton Suralaya, "hhh akhirnya tiba juga aku disini, sungguh wilayah yang unik, persaingan disini sangat ketat, negeri para pemenang ya, itu mungkin karena hanya pemenang yang sanggup berkembang disini, wilayah dimana orang-orang berlomba-lomba membentuk perkumpulan, kelompok dan sindikat tersendiri untuk saling menaklukkan dan membentuk sebuah wilayah koloni dengan satu pemimpin absolut, pashupati Ihsan, hahaha, kau sudah tumbuh sekuat ini ya Ihsan," gumam Rio yang datang bersama para pegawainya memasuki gerbang raksasa menuju keraton Suralaya, "struktur keraton ini sangat kompleks, apalagi ini terus dibangun, ini akan menjadi keraton paling megah yang pernah kulihat," pikir Rio saat berjalan menyusuri lorong keraton saat tiba-tiba Ihsan datang dari langit untuk menyambutnya, "yow, Rio, lama tak jumpa," sapa Ihsan dengan heboh, "hhhhh aku tidak menyangka dirimu akan menyambutku seperti ini, bukankah dirimu akan menjadi salah satu dari Ishvara sebentar lagi," ucap Rio, "iya sih, tapi mungkin karena itulah aku perlu lebih menyenangkan pada banyak orang, hmm ayo masuk, bawa apa kau," tanya Ihsan, "biasalah, daganganku, daging hiu asap," ucap Rio, "hoo menarik, ada beberapa koloni lain yang mau bersaing dengan kolonimu disini, kau yakin tak mau pindah kesini," tawar Ihsan, "koloniku sudah dapat yuridiksi setara dengan apa disini," tanya Rio, "setara kota lah, mungkin karena ukurannya cukup besar akan segera menjadi kerajaan setelah status Jonggring Saloka naik," ucap Ihsan, "koloni tunggal apa gabungan nih, kalau gabungan aku gak mau naik jadi kerajaan, ribet," ucap Rio, "kalau dari status saat ini bisa sih jadi kerajaan koloni tunggal," ucap Ihsan, "sip, aku akan mempertimbangkan untuk pindah, jadi dimana kamarku," tanya Rio, "ayo ikut," ucap Ihsan sambil membimbing Rio menuju ruangannya didalam keraton yang sangat luas, "aku sendiri di ruangan ini!?, luas sekali, bahkan ada taman didalam ruangan ini," gumam Rio menyaksikan ruangan sebesar stadion olahraga itu sebagai kamarnya, "hmm tentu saja, ada kelebihan uang pembangunan jadinya dipakai untuk membangun keraton," ucap Ihsan, "kau yang benar aja bro, keraton makaradwaja saja tidak semegah ini, ini bangunan paling besar disini kan!?," ucap Rio, "sebenarnya tidak, keraton ini bukan fokus pembangunan infrastruktur disini, ini cuma rumahku, masih banyak pusat perbelanjaan, pusat kesehatan, sekolah, dermaga dan barak militer yang jauh lebih besar dari keratonku, kau bisa baca statistiknya di papan sih," ucap Ihsan yang membuat Rio sedikit kaget, "pantas saja posisinya sebagai orang terkaya di Dunia tidak tergoyahkan, dia adalah monarki absolut diatas negara koloni yang berdiri diatas konsorsium pedagang-pedagang besar, bagaimana caranya menundukkan negeri yang berisi para konglomerat kelas dunia yang membuat kelompok-kelompok sendiri saja sudah membingungkan diriku, tapi dia melakukan lebih dari itu, wilayah ini adalah hak miliknya, hartanya sangat banyak, takhta berdatangan padanya dan wanita terbaik yang akan menghibur dirinya, apa kuncinya," pikir Rio saat Ihsan membawakan barangnya dengan riang, "Ihsan, aku nanti boleh berkeliling kan," tanya Rio, "silahkan saja, yang penting nanti di acara penobatan kau datang," balas Ihsan sambil berjalan keluar menuju ruangannya sendiri. Malam harinya Rio berpamitan pada Ihsan untuk berkeliling dan segera melesat pergi, "dia bahkan belum bertemu dengan siapapun selain diriku dan penjaga kamar, hhhh, biar sajalah," pikir Ihsan sambil melatih pasukan.

Jum'at, 19 april 2013, persiapan penobatan Ihsan sebagai seorang Ishvara telah dilakukan dan hampir selesai, para tamu terlihat berdatangan dari berbagai penjuru, "hmm kau akhirnya datang juga Rio, kemana saja kau selama disini," tanya Ihsan pada Rio yang baru saja datang setelah sekian lama berkeliling, "maaf, aku cuma mau mengecek banyak tempat, kau benar Ihsan, keraton ini bukan yang paling besar, tapi mungkin yang paling indah sih, kau yang desain ya," ucap Rio, "hmm iya, Shafa banyak membantu pembangunan dan dekorasi keraton ini, aku padahal maunya yang biasa aja, yasudahlah lagipula sekarang keraton jadi lebih ramai dan akhirnya struktur besar ini jadi sangat berguna untuk tamu-tamu penting yang datang setiap saat," ucap Ihsan, "hmm rancangan dari Shafa, tapi tetap saja ini keraton paling mewah yang pernah kulihat," ucap Rio saat menyaksikan gerbang keraton yang sangat besar dimasuki banyak sekali konglomerat yang membawa ratusan hewan kurban terbaik mereka, "ini upacara penobatan yang sangat besar, semua orang itu membawa banyak sekali ternak, bahkan ada yang membawa kamadhenu atau surabhi, untungnya rombonganku juga bawa kamadhenu," pikir Rio, "kalau dirimu mau bersiap silahkan Rio, aku akan menyambut tamuku disini," ucap Ihsan, "baiklah," balas Rio sambil berjalan menuju ruang penobatan.

Sesampainya di ruang penobatan, Rio menyaksikan Shafa sedang mendekorasi tempat itu, "hei Shafa, bagaimana kabarmu," sapa Rio, "baik," balas Shafa sambil meneruskan dekorasi, "hmm kenapa begitu, jangan kasar-kasar pada teman lama," ucap Rio sambil berjalan kearah Shafa untuk memandanginya, "cantiknya," pikir Rio saat memandangi wajah sang ratu Jonggring Saloka yang tiba-tiba menendang wajahnya dengan sangat keras sampai menggema di ruangan itu, "apa maksudmu memandangiku seperti itu hah," bentak Shafa, "hhhhh kita baru bertemu lagi dan kau langsung menendangku seperti itu, sakit tau," keluh Rio sambil membersihkan darah di hidungnya dan melihat mata merah menyala Shafa yang sedang marah, "semua orang yang merusak kehormatan wanita harus dihukum ditempat, kalau ratu seperti diriku dihina, bagaimana nasib wanita biasa," ucap Shafa dengan suara mengerikan dari mulutnya yang mengeluarkan asap, "iya-iya, aku takkan menggodamu, obsesimu pada Ihsan tidak pernah berhenti rupanya Shafa, aku hanya ingin melihat ruang takhta disini, eee bukannya ini hanya taman biasa, kenapa pula dengan meja batu itu, hmm gak ada atapnya juga, eh ini maksudnya apa sih, apa ini beneran ruang takhta yang akan dipakai untuk penobatan, kalian punya banyak ruangan yang lebih mewah dari lapangan luas di sebuah taman, mana pula tempat duduknya," tanya Rio, "Ihsan minta seperti ini saja, katanya dia bosan dengan semua lorong keraton dan membuat taman disini untuk penobatan dan tempat bermeditasi, " balas Shafa, "tapi tamu disini sangat banyak, tempat duduk mereka hanya karpet saja nih!?," tanya Rio, "itulah keputusannya," ucap Shafa sambil kembali mendekorasi tempat itu dengan bunga-bunga.

Malam harinya para tamu undangan segera diantar ke ruang takhta, saat itu juga keempat saudara Ihsan datang dengan atribut terbaik mereka ke upacara penobatan Ihsan, "hhh dia tetap melakukan hal ini, semoga dia baik-baik saja," gumam Alim saat baru saja keluar dari vimananya bersama Shifa, "hmmm kau tau sendiri kalau dia memang sangat sulit dihentikan, kita harus bisa mengambil manfaat dari penobatan Ihsan," balas Yusuf yang datang bersama Sekar, "kalau kudengar darinya, ini adalah metode untuk menyatukan aliansi Brahmanda dan Vaikunta yang sudah mulai panas, menurutku ini bagus sih, iya tidak Zahra," ucap Steve diikuti anggukan kecil Zahra yang ada disampingnya, "meski begitu aku tidak terlalu yakin ideologinya bisa diterima di kedua aliansi, monarki kolonial ini lebih mirip dengan negara-negara Dunia ketiga yang menolak keberadaan kedua aliansi," ucap Lintang yang saat itu datang bersama Rasha, "anak itu memang banyak berkembang, tak ada yang menyangka dia sudah sanggup membangun wilayahnya sampai pantas menjadi negara berdaulat," ucap Rasha, "gak ngunu mbak, waktunya gak pas, aku dengar negara Reksanara menentang pendirian negara ini dan menantangnya berperang, mana diterima pula sama Ihsan, ini negara baru loh, gimana caranya menang melawan negara adidaya seperti itu," bantah Alim, "kau terlalu meragukan saudaramu sayang, kau sendiri baru saja menaklukkan indra, jangan heran kalau adikmu akan melakukan hal yang sama, menantang seorang Ishvara," ucap Shifa, "gak gitu hitungannya Shifa, kita memenangkan perang lewat serangan mendadak ke ibukota, saat itu yang kita lawan hanyalah indra dan sebagian kecil pasukan Devaloka, perang total adalah melawan seorang Ishvara ditambah seluruh pasukannya, skalanya benar-benar berbeda, apalagi dahulu Sakra tidak berani menantang seorang Nostradamus selaku Tsar di Reksanara, dia sendiri yang mengakui itu, dulu dia bisa mengeksekusi Maharani karena kerjasamanya dengan Narendra dan Sagaraputra, persiapannya juga lebih lama, kita sama sekali belum bertempur melawan seluruh kekuatan Devaloka," ucap Alim, "iya juga, kekuatan penuh dari Reksanara bukan main-main, ini memang bukan duel, tapi mereka adalah negara yang sudah dibangun bertahun-tahun lamanya, kekuatan militer mereka juga sangat kuat, kabarnya merekalah yang mengeksekusi tuan Dharmakusuma dan Bhataramuni, ya meskipun mereka masih lemah sih setelah berduel, dan itu sudah lebih dari seratus tahun lalu, sekarang mereka pasti jauh lebih kuat lagi," ucap Yusuf, "apakah kita bisa membantu mereka menyelesaikan masalah ini," ucap Sekar, "kuharap bisa sih, semoga saja," ucap Yusuf, "gak bisa, tantangan seperti ini hanya boleh diselesaikan kedua pihak bersangkutan, kalau kita membantu malah akan terjadi peperangan yang lebih besar," balas Steve, "tapi kalau dipikir-pikir lagi, negara Jonggring Saloka ini mungkin lebih kuat dari yang kita kita, semua kelompok yang saling saling bersaing menuju puncak disini adalah aset yang belum bisa kita hitung secara akurat kekuatannya, tipe negara koloni ini mungkin bisa memberikan banyak kejutan nantinya," ucap Zahra, "hmm bisa jadi sih," ucap Steve, "ei Steve, itu mirip dengan keragaman yang ada di Sahasradwipa, belum ada bukti tersendiri kalau keragaman itu akan membantu peperangan, buktinya kami masih pakai pelatihan formal dalam satu lembaga, kesatuan lebih penting saat perang," ucap Lintang, "hmm daripada itu kurasa kita sudah sampai, heeeh, terakhir kali aku kesini kurasa tidak sebesar ini keratonnya, kau pula ngapain disitu Ihsan," ucap Rasha menyaksikan Ihsan sedang berada diluar, "hehe, aku ingin bertemu saudara-saudaraku, tenang saja, ini hanya atmasena kok," ucap Ihsan, "hoi Ihsan, kau gak bisa nunggu sedikit kah, kenapa sih buru-buru banget menjadikan wilayahmu negara berdaulat," ucap Alim dengan kesal, "tenang saja cak, aku akan menang," balas Ihsan tanpa ragu, "terserah kau lah," pikir Alim yang tak bisa menahan senyumnya sambil memasuki ruang takhta bersama rombongannya, saat itu mereka mendapatkan tempat khusus dari seroja raksasa yang terletak di empat penjuru ruang takhta sementara yang lain duduk diatas karpet, tak ada pembagian disana, seorang raja dan rakyat biasa duduk ditempat yang sama, keempat saudara Ihsan akan berjaga dipojok ruang takhta sehingga ditempatkan di seroja raksasa untuk memperluas pandangan mereka, saat itulah atmasena Ihsan menghilang.

Tak berselang lama para tamu sudah mengambil tempat masing-masing yang sudah diisi dengan berbagai macam jamuan, ada yang duduk diantara sungai, ada yang bernaung dibawah pohon, ada yang menempati posisi dekat dengan semak-semak sambil memakan berry yang tumbuh disana, tak berapa lama shanka dibunyikan tanda upacara penobatan akan segera dimulai, saat itu juga altar penobatan dinyalakan disekitar takhta batu Ihsan, dan sebuah jalan dibukakan untuk Ihsan yang melangkah maju dan juga memancarkan tekanan energi yang luar biasa sehingga sebagian orang ada yang tak sanggup dan jatuh pingsan karenanya sehingga harus dibawa pergi oleh tim medis, begitu Ihsan sampai di takhta batunya dia segera duduk bersila diatasnya sambil mengeluarkan trisula dan menghantarkannya dengan sangat keras ketanah sehingga timbul getaran kuat, semua orang memfokuskan pandangan pada Ihsan yang hanya mengenakan sarung batik dan juga tasbih rudraksa di tangan dan lehernya serta seekor ular dilehernya yang tampak mengawasi orang-orang disana saat Shafa datang membawa kendi berisi air yang segera diguyurkan untuk membasuh badan Ihsan, dilanjutkan dengan kunyit, susu, madu kemudian baru dibilas lagi dengan air, setelah itu Ihsan diguyur dengan bunga dari para hadirin sebelum akhirnya dipakaikan riasan bulan sabit yang biasa dia pakai dikepalanya dan juga kain mori untuk membungkus badannya yang liat seperti batu, "terimakasih Shafa," bisik Ihsan sebelum akhirnya memandang tamu satu persatu dengan sangat tajam, "para hadirin sekalian, saat ini saya umumkan bahwa wilayah Jonggring Saloka akan segera menjadi sebuah negara berdaulat, kami para warga disini sudah membangun tempat ini dengan keringat, darah dan air mata kami, serta mempercayakan padaku kedudukan untuk memimpin, sebelumnya apabila ada dari hadirin sekalian yang tidak berkenan silahkan berdiri, saya siap menghadapi kalian semua disini,"ucap Ihsan dengan lembut, segera setelah pernyataan itu dilontarkan seorang tamu berdiri mengeluarkan senjatanya dan menembak kepala Ihsan, namun Ihsan dengan cepat menangkapnya dan melemparkan balik peluru itu kearah kepala penyerangnya hingga hancur tanpa sisa, "baiklah, siapa lagi yang masih belum bisa menerima kedaulatan negeri ini, tolong sampaikan dengan baik, kami akan berusaha menampung masukan kalian, tapi kalau kalian melawan, izinkan kami untuk membela diri," ucap Ihsan dengan senyum lembutnya saat orang-orang masih kaget dengan kejadian yang berlangsung begitu cepat itu, "orang tadi pembunuh bayaran yang cukup terkenal, dia bahkan tidak menatapnya saat menyerang balik serangan tadi, sekarang kau sangat mengerikan Ihsan," pikir Rio yang berada tepat didepan Ihsan yang sedang menunggu hadirin untuk menyetujui kenaikannya, hingga akhirnya mayat tadi dibersihkan dan akhirnya prosesi dilanjutkan dengan semua orang yang berada disana menyetujui kenaikan Ihsan sebagai Ishvara, "Alim, apa memang harus seperti itu caranya menjadi seorang Ishvara," ucap Shifa, "iya Shifa, memang seperti itulah pemimpin, dia harus siap menghadapi segala tantangan dan membuat orang jera dengan tindakannya," ucap Alim sambil terus menatap Ihsan yang mulai berbicara, "baiklah, apabila tidak ada masalah lagi maka kuanggap kalian menyetujui kedaulatan negeri ini, lanjutkan acaranya," ucap Ihsan saat akhirnya Shafa memakaikan kalung bunga dilehernya, "maka dengan ini kami mengangkatmu wahai pashupati yang terhormat untuk memimpin kami sebagai seorang Ishvara di negeri Jonggring Saloka yang akan dikenal dunia dengan nama Mahadewa," ucap Shafa dengan lantang seusai memakaikan kalung bunga dileher Ihsan diikuti dengan salam penghormatan dari hadirin diikuti dengan pujian pada sang Mahadewa.

Lihat selengkapnya