Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #92

Perebutan Takhta

"Haaah, Manikabuana, lama tidak kesana, kompetisi devasena waktu itu masih terngiang di kepalaku," gumam Yusuf sambil duduk bersantai di balkon kastilnya memandangi taman bunga ditemani soda dan es krim, "hmm aku perlu berlatih, Ihsan dan Alim sudah melaju terlalu jauh, Ihsan sudah melakukan peningkatan besar-besaran pada peningkatan pengelolaan energi, membuat sebuah negara berdaulat dan bahkan mengalahkan kekuatan militer negara Reksanara lalu Alim sudah menginisiasi revolusi pangan dan menginisiasi persatuan aliansi Vaikunta, aku perlu melakukan lompatan besar, aku perlu untuk berkembang, semenjak perdagangan internasional dipercepat berkali-kali karena pembangunan jalur kosmik waktu itu, Dunia berjalan jauh lebih cepat, bahkan para pedagang sudah mulai membuat bintang-bintang baru diantaranya, mungkin ini adalah waktu dimana umat manusia berkembang paling pesat, bahkan ada yang mengaku sebagai bagian dari para dewa, dasar arogan, yah tapi itu wajar sih, mereka belum pernah merasakan kekuatan bisa diraih semudah sekarang," pikir Yusuf sambil menghabiskan kudapannya lalu menyiapkan barang untuk menuju keraton Makaradwaja.

Beberapa saat kemudian, Yusuf bersiap untuk berangkat bersama Sekar menuju keraton, "tumben kita gak bareng Gibran juga," ucap Sekar, "kurasa dia juga sudah dipanggil untuk membantu, kita akan datang ke Manikabuana dengan tim berisi 11 orang dengan maharaja," ucap Yusuf, "memangnya seberapa penting pertemuan ini sampai harus membawa kesebelasan kesana, ini kan bukan kompetisi sepak bola," balas Sekar, "siapa tau Sekar," ucap Yusuf saat memasuki vimana bersama Sekar untuk berangkat menuju keraton.

Sesampainya di keraton Makaradwaja, "ngapain kau bawa rokok besar itu ke sini!!, bukannya kau tidak merokok Yusuf, " teriak Sekar saat baru saja pintu vimana terbuka, "heeeh, ini cerutu buat pak Arya, seri yudhistira, kata pak Mistari ini yang paling enak, digulung manual oleh para maestro, ini gulungan pak Mistari sendiri, 7 batang cerutu parejo berukuran corona dengan level gelap maduro, bungkusnya pakai tembakau khusus seri indraprastha yang terkenal kokoh dan isiannya adalah tembakau utuh dari seri sumeru yang terkenal dengan rasanya yang padat dan tarikannya mantap, eee itu kata pak Mistari sih dan memang produksinya sangat terbatas dan hanya dijual di pasar lelang," ucap Yusuf sambil membawa kotak kayu jati berisi tujuh batang cerutu itu untuk menemui maharaja, meski saat itu Sekar jadi cukup sebal. Begitu masuk keraton mereka melihat beberapa orang disana termasuk ayahanda Sekar, pak Roni, "kalian datang juga, heh!?, apa kotak kayu itu, kok wangi," ucap Roni, "rokok itu ayah," jawab Sekar ketus, "hehe, hadiah buat Yaksharajan," ucap Yusuf, "hooh, kayaknya mahal, oiya ayo ke ruangan pak Arya, dia sudah menunggu kalian," ucap Roni, "iyadong, biasalah pak, sekalian promosi," ucap Yusuf, "hahaha, baguslah, ayo ikut," ucap Roni sambil membawa mereka menuju ruang rapat yang begitu dibuka baru Arya, Lintang dan Nisa yang datang, "eh sudah datang," sapa Nisa, "iya dong bu guru, hmm mana yang lain," tanya Yusuf, "sekarang sudah enam orang, tinggal lima lainnya, Gibran, Bowo, pak Damar, bu Ine dan bu Rina," ucap Lintang, "bawa apa dirimu Yusuf," ucap Arya saat baru saja membuka kotak rokoknya dan akan menyalakannya, "hehehe, hadiah untukmu pak, oiya yang ini jangan dulu dinyalakan, coba dulu hadiahku," ucap Yusuf, "cih, rokok ya, memangnya ada yang lebih enak dari cerutu seri arjuna!?," tanya Arya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotak kayunya sebelum akhirnya melihat kotak rokok Yusuf dan terbelalak kaget, "heeeeh!?, darimana kau dapat kotak langka itu, kotak itu, tidak salah lagi, kotak kayu cendana yang sudah dipernis dan tulisan dengan tinta emas serta ukiran pola melati, itu seri yudhistira, berikan padaku, aku mau mencoba barang langka ini," ucap Arya, "hahahaha, kau seperti belum pernah mencoba aja pak," ucap Lintang, "hei nak Lintang, mana tau kau urusan percerutuan ini, dari semua batangan cerutu yang berbedar di jagat raya, inilah rajanya," ucap Arya yang langsung merapikan cerutunya yang tadi lalu menerima kotak kayu dari Yusuf dan membukanya, "nggak pak, maksudku seharusnya anda punya modal untuk beli barang itu, masa gak pernah beli," ucap Lintang, "hmm Lintang, ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli hanya dengan uang, ini saja contohnya, ini cerutu event yang hanya bisa dibeli secara lelang setiap awal bulan dan aku selalu kehabisan stok karena sibuk mengurus negara, hhh namanya amanah sih, gabisa menikmati hobi, jadi selama ini aku menunggu dengan sabar sambil mencoba varian yang lain," ucap Arya sembari mengeluarkan sebatang cerutu dan mulai memotong lalu menghangatkannya untuk kemudian mulai dia hisap dengan penuh kenikmatan, "haaaah, kualitasnya emang beda, sayang sekali ini hanya rokok event," gumam Arya yang nampak sangat menikmati hadiah dari Yusuf tanpa menyadari kalau Gibran, Bowo, Damar, Ine dan Rina akhirnya tiba disana, "untuk apa dirimu mengumpulkan kami disini Arya, kuharap ini urusan penting," ucap Rina, "huk, huk, hmm aduuuh, eh permaisuri Mayavati, hmm ini loh ada undangan pertemuan untuk memilih Brahma, "Brahma!?, ide itu akhirnya benar-benar terlaksana, kupikir itu hanya akan menjadi khayalan suamiku saja," ucap Rina dengan wajah berbinar, "hmm jarang sekali melihatmu begitu gembira Rina," pikir Ine, "hmm Brahma ya, ide lama dari prabhu Faisal, itu ide menarik, semenarik yang kau pegang di tanganmu itu Arya, kasih dong satu," ucap Damar dengan senyum tipisnya, "hmmmh, tapi aku hanya punya tujuh batang, kalau mau kau kukasih sekotak yang seri arjuna," ucap Arya, "hhh maruk, sebatang wae lho," balas Damar, "udahlah mas, kasih aja, lagian mereka tamu negara, jamuannya juga harus yang terbaik dong," ucap Nisa, "ahhh yaudahlah, nih pak Damar," ucap Arya dengan ketus sambil membagi sebatang cerutu hadiahnya, "hahaha gitu dong, jarang-jarang dapat yang seri ini, emang kualitas terbaik mah," ucap Damar dengan senyum lebar sambil menyalakan dan menghisapnya, "nah, berhubung semuanya sudah berkumpul mari kita mulai diskusinya, jadi isu disini akan kubuka dengan isu penunjukan Brahma, pimpinan tertinggi aliansi Brahmanda yang merupakan aliansi yang didasarkan dengan ideologi demokrasi, pertemuan akan diadakan di istana giok di kekaisaran Manikabuana untuk memutuskan cara untuk memilih Brahma dan akan langsung dilanjutkan dengan proses seleksi," jelas Arya, "tunggu, ini baru diskusi saja, kukira kita langsung ke penunjukan," ucap Bowo, "heheh, sabar mas Bowo, jadi kita akan mengusulkan apa untuk melakukan pemilihan," ucap Gibran, "ada isu bahwa akan diadakan turnamen, untuk detailnya mungkin masih bisa didiskusikan, tapi kalau memang harus ada turnamen maka itu adalah keputusan terbaik dan paling mudah untuk melakukannya, apalagi di negara kita ada tiga orang atimaharathi, diriku, pak Arya dan juga Yusuf, kita pasti menang," ucap Lintang, "kurasa kompetisinya tidak seperti itu Lintang, buktinya ada desas-desus kalau negeri Manikabuana punya calon Brahma selain Ishvara mereka, kalau tidak salah Sandi namanya, dia sampai menyerap kesembilan energi navagraha untuk melakukannya," ucap Arya, "kompetisi individual ya, tapi kalau begitu malah lebih kearah adu kekuatan tempur saja, buat apa!?," tanya Damar, "itulah masalahnya, kita belum tau sistemnya, karena itu pertemuan ini akan sangat penting," ucap Arya, "apapun hasilnya, kita harus siap menghadapinya, selain itu pimpinan aliansi ini pasti bertujuan untuk mempersiapkan konflik akbar kedepannya, jadi begini, pertanyaanku simpel saja, kalau semisal ada orang selain Ishvara yang ditunjuk menjadi Brahma, bagaimana cara mereka untuk mempertahankan kedaulatannya tanpa harus mengganti seorang Ishvara," tanya Yusuf dengan penuh percaya diri, "hhh nampaknya dirimu sangat berambisi menjadi seorang Brahma ya Yusuf, untungnya kita punya jawaban untuk itu, jadi semenjak ada pembangunan jalur kosmik terjadi revolusi dagang besar-besaran, banyak wilayah baru bermunculan dan berubah jadi semakin kuat, termasuk satu tanah yang dijanjikan dan saat ini masih menjadi sengketa, Padmaksetra," ucap Arya dengan senyuman lebar, "hmm wilayah di perbatasan Panditanagara, Satyabala dan Reksanara, menarik sekali, sudah banyak sekali rumor tentang netralitas wilayah itu karena saking strategisnya, kalau markas aliansi Brahmanda ada disana maka semua jadi masuk akal, kita memang akan menyongsong konflik terbesar, dharmayudha," pikir Yusuf dengan serius mendengarkan setiap perbincangan disana.

Lihat selengkapnya