Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #93

Sang Inovator

Rabu, 22 mei 2013, Keraton Suralaya, "jadi hari jum'at besok dirimu berangkat ke Manikabuana," tanya Ihsan, "begitulah, aku ingin bersiap disini sebelum berangkat, sumber daya disini jauh lebih melimpah," ucap Yusuf, "namanya saja ibukota, ada banyak orang disini sudah cukup mumpuni untuk berderma cukup banyak sehingga menjadi tambahan bagi pendapatan artaguna mereka," ucap Ihsan, "jadi mereka mengeksploitasi konsep berderma itu ya, menarik sekali," ucap Yusuf, "hmm jadi gimana keberangkatanmu, butuh apa aja Suf," tanya Ihsan, "tidak ada kok, aku mau bersantai dulu disini sambil sedikit-sedikit latih tanding denganmu, hmm Ihsan, memangnya menjadi pemimpin memang bisa membuat seseorang sekuat ini!?," tanya Yusuf, "mungkin saja, tapi ini bukan seperti yang kau bayangkan, kalau sekedar ditunjuk sebagai pemimpin mungkin tidak, tapi kalau dirimu melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi maka dirimu akan jadi kuat juga, saat ini aku harus mengakomodasi kebutuhan banyak orang semampuku, tentu saja setiap hari aku harus melampaui semua batas kemampuanku, apalagi sekarang aku sedang dipisahkan dengan shaktiku," ucap Ihsan lirih sambil meneruskan kesibukannya, "kau sangat merindukannya ya, baru sebentar saja padahal," ucap Yusuf, "sudahlah, kita tak perlu membicarakan itu, Yusuf, kau benar-benar mau menjadi Brahma dan menerima seluruh tanggung jawabnya kan!?," tanya Ihsan, "kau benar," ucap Yusuf, "motivasimu apa!?," tanya Ihsan, "hhh kau terus menanyakannya, sudah kubilang kalau itu untuk mempermudah kemajuan teknologi di seluruh Dunia," ucap Yusuf, "itu untuk memastikan dan memperkuat keyakinanmu, lagipula teknologi kan banyak," ucap Ihsan, "integrasinya juga harus matang, aku sendiri memang hanya fokus pada kriya dan manufaktur, tapi orang-orang di aliansi nanti kan banyak, mereka akan saling menyumbangkan pengetahuan dan sudut pandang keilmuan masing-masing," ucap Yusuf, "benar Yusuf, sayang sekali aku mungkin tidak akan ikut menikmatinya sebelum Dunia benar-benar damai, sedangkan untuk itu mungkin harus pecah perang dan aku tak ingin melakukannya," ucap Ihsan, "kau sendiri yang membuat keputusan negara koloni, akibatnya dirimu menjadi sendirian, padahal situasinya agak kurang memungkinkan," ucap Yusuf, "hmmph, benar sekali, bagaimana kalau kita berlatih saja," ucap Ihsan sambil keluar dari ruangannya menyisakan satu atmasenanya disana, "okelah," balas Yusuf sambil mengikuti Ihsan, "aku benar-benar tertinggal dibandingkan dengannya, dia melepaskan atmasena semudah itu," pikir Yusuf, "hmm Shafa, bagaimana kabarmu disana ratuku, semoga kau baik-baik saja, hmm mungkin aku tidak bisa secara langsung melindungimu, tapi aku masih bisa berusaha, akan kubuat Yusuf menjadi Brahma maafkan aku Shafa, aku baru bisa percaya dengan temanku saja," pikir Ihsan sambil melayang ke arena diikuti oleh Yusuf.

Sesampainya di arena latihan Ihsan segera menghirup napas dalam-dalam dan menunjukkan matanya yang sudah berubah, "gilak, langsung pakai naranetra, okelah aku juga akan menggunakan zirahku," ucap Yusuf sambil mengaktifkan zirah model terbarunya, "tentu saja aku akan menggunakannya, aku juga sedang melatih mataku," ucap Ihsan yang kemudian melesat kearah Yusuf dan mulai beradu serangan, beberapa pukulan dan tendangan tajam dilancarkan oleh Ihsan namun Yusuf berhasil menangkis dan mengirimkan beberapa serangan yang harus dihindari Ihsan dengan berguling cepat ditanah sambil memanggil trisulanya dan langsung memberikan tikaman kearah Yusuf yang menangkalnya menggunakan tongkat yang baru dibuatnya sebelum akhirnya memanjangkannya untuk menyerang Ihsan yang menghindari sambil memanjangkan tangannya untuk menyerang Yusuf, meski masih bisa dihindari, "heheh, bisa sampai sejauh itu aplikasi penggunaan sidhimantra milikmu," ucap Yusuf, "hahaha, kan sudah kubilang sebelumnya kalau diriku mendapatkan banyak inspirasi dari mengawasi rakyatku," balas Ihsan sambil melompat kebelakang dan menarik lagi tangannya, namun Yusuf sudah ada dihadapannya dan mereka kembali saling serang, saat itu Ihsan melemparkan beberapa sabit udara yang sempat memberikan irisan pada zirah Yusuf sebelum akhirnya meniup Yusuf dengan sangat keras dimana Yusuf memblokirnya dengan menyusun perisai dari zirahnya untuk menahan dampak tiupan Ihsan, "heeeh, zirahmu bagus sekali Suf," ucap Ihsan, "mekanismenya memang kubuat agar bisa kugunakan sekreatif mungkin," balas Yusuf sambil melemparkan beberapa belati pada Ihsan yang saat itu memblokirnya dengan tembok tanah lalu meluncurkannya kearah Yusuf yang harus menghancurkannya, "matane, secepat itu sekarang manipulasi energimu," ucap Yusuf yang terbelalak dengan pukulan api Ihsan yang ada didepannya sehingga Yusuf terpental cukup jauh, "yoi masbro, gimana!?," balas Ihsan, "taek, cepat sekali tempo seranganmu," balas Yusuf sambil melemparkan perisainya kearah Ihsan yang bisa mementahkan serangan itu dengan memanggil trisulanya kembali ke tangannya, "kuakui skill mekanikmu adalah salah satu yang paling tinggi, trisula milikku saja adalah buatanmu Yusuf, sudah sewajarnya senjata buatanmu sekarang sangat bagus kalau set senjata pertamamu saja sudah sekuat ini," ucap Ihsan, "hmmm terimakasih untuk pujiannya, tapi trisula itu kuat karena energimu menempanya menjadi sangat kuat, kontribusiku sangat kecil dalam membuat senjatamu sekuat sekarang, sebagian besar memang tergantung dari penggunanya, kini bahkan ranting yang lapuk akan menjadi senjata mistis apabila engkau yang memakainya," ucap Yusuf, "begitu ya, menarik juga, masalahnya desain tetap dari pengrajinnya," ucap Ihsan sambil mengeluarkan busur pinaka miliknya dan menembakkan beberapa panah yang cukup kuat untuk membelah langit, "orang gila, kekuatan macam apa tadi itu," ucap Yusuf, "hmm masih belum terlalu terkontrol ya energi masifku," ucap Ihsan, "pertumbuhan jumlah energimu itu memang sangat absurd, apa ini juga karena dirimu mengemban amanah dengan baik!?," tanya Yusuf, "begitulah, dengan jumlah atmasenaku yang sekarang aku bisa mendapatkan pengalaman hidup yang sangat banyak hanya dalam hitungan detik, tentu saja aku berlatih sangat cepat, sayangnya aku harus terus mereparasi tubuhku dengan energi yang kupunya karenanya," ucap Ihsan, "hah!?, apa maksudmu!?," tanya Yusuf, "efeknya mirip seperti penuaan dini, meski kita bisa menanggulanginya dengan kontrol energi yang membuat diri kita bisa terus awet muda tapi tetap saja memori yang sangat banyak akan merasuk dikepala dan membakar pikiranku, selain itu aku perlu mengganti sistem kinerja tubuhku agar bisa mengakomodasi peremajaan dan regenerasi secara otomatis," ucap Ihsan, "begitu ya, jadi dirimu yang sekarang bisa dibilang abadi oleh banyak orang," ucap Yusuf, "hehe begitulah, kekebalan otomatis terhadap hampir semua fenomena alam, racun dan penyakit, termasuk berbagai serangan-serangan normal yang tidak sanggup membunuhku, bagi orang biasa regenerasi dan peremajaan secepat ini akan dianggap keabadian, tapi kita tau bahwa ini bisa ditembus dengan cara tertentu," balas Ihsan, "Ihsan, aku juga punya regenerasi otomatis, tapi tidak secepat dan sebaik dirimu, versimu itu sepertinya versi yang sudah berevolusi sangat jauh," ucap Yusuf sambil kembali memasang kuda-kuda lalu mulai kembali menyerang Ihsan yang menangkisnya dengan mudah lalu menendang Yusuf menjauh, "hahaha, apa kau lupa kalau diriku sebenarnya terkena banyak sekali penyakit, tidak menular sih tapi sangat merusak, itulah yang membuat pemulihan tubuhku secepat ini, kalau untuk hidup saja aku perlu untuk beregenerasi maka aku memang harus memaksa kemampuan ini untuk bekerja semaksimal mungkin tanpa celah sedikitpun," ucap Ihsan sambil beradu serangan dengan Yusuf dan terus mempercepat temponya hingga akhirnya Yusuf menggunakan vidhata miliknya untuk menjauhkan Ihsan yang selanjutnya menembakkan beberapa bholenath kecil pada Yusuf lalu Ihsan mengeruk tanah dan melemparkannya dalam bentuk badai puing-puing yang kemudian dia tata menjadi sebuah kastil yang kemudian dilayangkan ke angkasa, "bajingan, skill apa ini," ucap Yusuf saat Ihsan tiba-tiba berada dihadapannya dan memberikan tendangan keras, "ini adalah kemampuan teknis yang kuulik dengan peningkatan brahma yang ada di rajanetraku," ucap Ihsan sebelum membuat banyak sekali atmasena dan mulai mengikat Yusuf dengan batuan hingga akhirnya Yusuf menghancurkannya dari dalam dengan mengaktivasi kundalini mahamantra miliknya, "hhh aku harus mengakui keunggulanmu Ihsan, aku sudah tidak berada di mode dasarku," ucap Yusuf, "heeh, kenapa tidak kita lanjutkan ke fase selanjutnya sampai puncak kekuatan kita," tanya Ihsan sambil memotong-motong bangunan buatannya berbentuk dadu dengan elemen anginnya lalu menatanya ke daratan, "tidak disini tempatnya kalau mau menggunakan kekuatan penuh, mungkin kalau tempat dan arenanya tepat kita bisa menggunakannya, lagipula tujuan latihanku adalah untuk meningkatkan kendali atas energiku," ucap Yusuf, "benar juga, yasudah kalau begitu," balas Ihsan saat menurunkan tekanan energinya bersama Yusuf lalu kembali kedalam gedung keraton beristirahat sejenak.

Beberapa saat kemudian, "prabhu, aden, aku buatkan manisan untuk kalian, kuharap kalian suka," ucap Lina saat menyambut Ihsan dan Yusuf didepan gerbang, "woah, terimakasih mbak, eh ayo Ihsan," ucap Yusuf saat melihat Ihsan sedikit murung saat mengambil air di pancuran untuk dia minum dan membasuh muka, "terimakasih bu Lina," ucap Ihsan sambil memberikan senyum kecil pada Lina, "heh prabhu, jangan murung terus ih, kalau rani melihatmu seperti ini dia juga akan sedih," ucap Lina dengan ketus, "heh, jangan begitu, emang agak repot kalau urusannya hati mbak, eh aku makan ya," ucap Yusuf sambil mulai memakan manisan buatan Lina dan mengambil segelas cola, "dah hampir seminggu ini aden, murung aja terus, mending kalau nyoba berkunjung kek, telpon kek atau minimal kirim pesan, ini nggak, diam aja di keraton, terus nangis sendirian dikamar, gamau cerita, sok tegar aja terus," gerutu Lina, "maaf bu," ucap Ihsan sambil membawa gelas untuk mengambil minum di pancuran dan selanjutnya berjalan ke meja untuk makan kudapan meski masih muram, "heh, Ihsan, kau telepon lah sesekali, gak gitu caranya belajar merindu," ucap Yusuf, "sudahlah, gausah bicarakan Shafa dulu, kalian bisa tidak sih gausah mengurus perasaanku, sudah biarkan saja, biarkan sajaaa," ucap Ihsan yang air matanya mulai merembes keluar sambil makan dengan kesal, "kok lucu sih!?, ekspresi kesalnya itu ihhh candu banget," pikir Lina saat melihat Ihsan yang sedang makan dengan kesal, "eeee!?, kupikir bakal seram, kok malah menggemaskan gitu sih," pikir Yusuf sambil mencoba memencet pipi Ihsan yang semakin kesal dibuatnya, "heeehh aku kadang lupa bahwa dirimu itu anak kecil prabhu, ah sudahlah, hmm oiya aden, jum'at depan dirimu berangkat ya," tanya Lina, "hmm iya mbak, do'akan ya," ucap Yusuf, "semoga selalu diberikan yang terbaik oleh Tuhan, butuh bekal apa aden," tanya Lina, "do'a kalian semua sudah merupakan hadiah terbesar bagiku, oiya Ihsan, aku boleh menggunakan bengkel keraton atau tidak!?," ucap Yusuf, "boleh kok, untuk apa," tanya Ihsan, "hmm aku mau menambahkan material-material unik kedalam zirahku, kali ini aku harus memaksimalkan kinerja zirahku, aku tak mau gagal kali ini, lawanku di kompetisi nanti adalah para Ishvara, lalu ada Sandi yang menggunakan berbagai cara untuk menjadi lebih kuat serta jangan lupakan dua saudara kita yang kuat itu, mas Steve dan mas Lintang, aku merasa kalau ideologiku harus kuperjuangkan dan kupoles menuju kesempurnaan dan langkah pertamanya adalah membuktikan kemampuanku sebagai mekanik, kemampuanku sebagai ilmuwan," ucap Yusuf, "begitu besar dedikasimu untuk Dunia ini Yusuf, tapi ingatlah saat berada disana, siapapun lawanmu dan dengan cara apapun persaingan kalian, jangan remehkan mereka dan jangan berpikir kalau menjadi Brahma adalah tujuanmu, ingat tujuan kita semua hidup di Dunia adalah untuk memberikan manfaat sebesar mungkin dan mendekat pada Tuhan yang Maha Esa, entah bagaimana caranya itu tergantung kemampuan masing-masing, yang penting tujuan terlaksana," ucap Ihsan, "iya Ihsan," ucap Yusuf, "meski begitu aku harus mengusahakan jalan ini, memimpin aliansi sebagai Brahma bukanlah posisi yang remeh, semua karyaku akan dihargai saat itu," pikir Yusuf sambil meminum colanya.

Lihat selengkapnya