Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #96

Padmasana

"Hmmmh jadi begitu keputusannya ya, memulai dari nol dan hanya boleh membawa persenjataan yang umum dipakai selama lebih dari sebulan dan kegunaan persenjataan yang dibawa dari luar hanya boleh untuk mempertahankan diri dari serangan, apa itu berarti aku tidak bisa membawa zirah viranciku, sejauh ini hasil voting yang kudapatkan sudah lumayan, harusnya aku bisa melakukan ini, tapi karena model zirahku baru aku tidak bisa membawanya, sayang sekali belum genap sebulan kupakai," renung Yusuf saat menatap kolam di istana giok yang memantulkan wajahnya, "apa yang kau pikirkan Yusuf, kenapa murung begitu," tanya Sekar sambil memainkan veenanya dan berjalan kearah Yusuf, "aku tidak tau, tapi aku merasa bahwa mereka mencoba memojokkanku, mencoba melucutiku dari kekuatanku, apa mereka benar-benar tidak menginginkan diriku memimpin mereka," tanya Yusuf, "ckckck, sungguh aneh mendengarmu murung seperti ini, apakah dirimu berpikir kalau mereka mencoba melemahkanmu dengan melucuti zirahmu!?," tanya Sekar yang diikuti anggukan pelan dari Yusuf, "nampaknya ambisimu untuk meraih gelar Brahma telah membutakanmu dari kekuatanmu yang sebenarnya, apa engkau sekarang berpikir bahwa zirahmu adalah kekuatanmu!?, apa dirimu sekarang berpikir bahwa alat-alat buatanmu sendiri bisa membawamu kepada kesuksesan, kenapa sampai pikiranmu mengarah kesitu, bukankah dari pikiran yang sama semua alat dan zirahmu itu bisa kau buat, ini bukan halangan bagimu tapi kesempatan bagimu untuk membuktikan bahwa kekuatanmu yang sebenarnya berasal dari jiwamu yang mendorong raga dan pikiranmu untuk berkarya, inilah kesempatan bagimu untuk melampaui semua batas kekuatanmu dan alatmu adalah manifestasi dari kekuatanmu, bukan sebaliknya, itulah yang selalu kulihat darimu, seorang yang selalu mencari solusi untuk permasalahan, bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk orang banyak, aku tau dirimu banyak kecewa karena banyak yang belum mampu mengikuti langkahmu, tapi jangan berhenti mencoba, jangan berhenti berusaha dan dengan begitu engkau takkan pernah membuatku berhenti jatuh cinta," ucap Sekar, "terimakasih Sekar, tapi ini mungkin berarti mereka tidak menerimaku, mungkin aku tidak diperbolehkan untuk menuju takhta yang kutuju, bahkan meski diriku menjadi juara, mungkin mereka hanya akan memberontak," balas Yusuf, "itu mungkin saja benar, tapi penilaian orang bisa berubah, tugas kita di Dunia hanya berusaha menjadi lebih baik setiap saat, karena itu berjuanglah setiap saat untuk menjadi lebih baik, masih banyak orang yang mendukungmu, setidaknya jangan kecewakan mereka dengan menyerah," ucap Sekar, "baiklah, aku paham, terimakasih Sekar, aku akan berusaha lagi, hasil biarlah Tuhan yang menentukan," ucap Yusuf sambil mengangkat tangannya dan memanggil tongkat perangnya, "satya danda, tongkat yang kubuat bersama trisula dan chakra, hmm nampaknya aku memang jauh tertinggal dari kalian Ihsan, Alim, dua senjata biasa saja dariku sudah kalian bawa ke berbagai pertempuran sehingga menjadi sangat luar biasa, sedangkan aku disini tidak melatih kemampuanku memakai senjata yang kubuat sendiri dan terlalu fokus membuat lebih banyak lagi, kali ini akan kubuktikan pada kalian bahwa aku tidak hanya kuat dengan mesin-mesin buatanku, aku akan buktikan pada diriku sendiri bahwa aku bisa lebih dari itu, lebih dari yang Dunia lihat dariku, aku seorang pejuang, menyerah bukanlah opsiku sekarang, aku harus mencoba, sesempit apapun celah kemenangannya, aku adalah seorang inovator, seorang pembangun, kalau tidak ada jalan menuju keberhasilan maka aku akan membuatnya dengan tanganku sendiri," gumam Yusuf saat mulai melangkah keatas kolam dan berdiri diatas air yang ditumbuhi tanaman teratai, "memang begitulah seharusnya wahai srsta, terimakasih telah kembali membuatku terpesona," pikir Sekar saat menyaksikan Yusuf mulai menghela napas panjang lalu mulai berlatih dengan tongkat perangnya.

Keesokan harinya mereka menuju papan pengumuman dimana para kontestan akan diumumkan dan seseorang pembawa pesan naik ke mimbar untuk membacakan daftar peserta yang dicalonkan menjadi Brahma, "tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian, perkenalkan nama saya Shen dan saya akan membacakan sembilan orang yang akan berkompetisi dalam perebutan Padmasana yang indah di Padmaksetra sebagai seorang Brahma, diposisi kesembilan ada Saint Peter, sang Ishvara dari Satyabala serta seorang diplomat yang memiliki koneksi keseluruh Dunia, diposisi kedelapan ada Exellente Nostradamus, sang Ishvara dari Reksanara yang menyatukan negaranya pasca konflik sipil dengan tangan besinya, diposisi ketujuh ada Yaksharajan Arya, sang Ishvara dari negeri Sahasradwipa seorang yang dengan tangannya sendiri mengeksekusi dan membersihkan negaranya dari bermacam oknum yang merugikan negaranya, keenam ada Devasenapati Lintang, sang jendral militer tertinggi Sahasradwipa yang terkenal sebagai panglima perang terbaik yang selama ini mengabdi kepada perdamaian Dunia dan menyelesaikan konflik di berbagai penjuru jagat raya, posisi kelima diduduki oleh Nagaraja Qin Shi Huang, sang Ishvara dari Manikabuana yang sanggup membuat orang-orang menaklukkan bencana dengan teknologi darinya, posisi keempat diduduki oleh Grahamuni Salman yang mengambil resiko untuk perubahan dan dengan itu dapat memaksimalkan potensi negaranya dalam waktu singkat baik dari penguasaan wilayah maupun kesadaran warga, posisi ketiga ada Mahavatara Sandi, putra mahkota kekaisaran Manikabuana yang memegang kekuatan dari kesembilan navagraha sekaligus pejuang yang belum pernah dikalahkan, posisi kedua diduduki oleh Ganadhipa Steve, sang putra mahkota serikat Panditanagara yang selama ini berjuang untuk membawa pembaharuan dan keadilan sekaligus seorang pemuda yang mendongkrak negerinya untuk tetap menjadi negara adidaya meski sekarang tak lagi memiliki kekuatan navagraha, terakhir diposisi pertama, kontestan paling muda disini, seorang pemuda yang terus memaksa Dunia untuk bergerak maju, sang inovator dari negeri Sahasradwipa, Surajyesta Yusuf," teriak orang bernama Shen itu dengan sekuat tenaga diikuti riuh antusiasme warga yang berharap kebijaksanaan dari sang Brahma.

"Nampaknya semua ketakutanmu itu adalah tanda kepedulian yang kau miliki Yusuf, lihatlah sekarang, banyak orang yang mendukungmu," ucap Sekar sambil membawakan makanan dan minuman kesana, "hmm, jadi kita akan bertempur sebagai tim lagi nih, semoga kali ini bisa lah ya," ucap Gibran, "aku mohon bantuannya ya, ini takkan mudah, tapi semoga saja kita bisa melakukannya," ucap Yusuf sambil terus berlatih dengan gigih, "oiya Yusuf, daridulu nampaknya dirimu ingin menyusun satyanetra, bagaimana prosesnya," tanya Gibran, "kau benar Gibran!!, aku harusnya ingat itu, terimakasih, mungkin sekarang adalah waktunya bagiku untuk melampaui batas kemampuanku dan membangkitkan satyanetra, mumpung ada juga orang yang bisa melakukannya disini, Exellente Nostradamus dan juga Saint Peter adalah dua orang yang memilikinya, dengan itu mungkin saja aku bisa sedikit mengejar ketertinggalanku terhadap Ihsan dan Alim, efektivitas seratus persen terhadap semua jurus dan inkantasinya adalah jalan yang sempurna untuk memulainya," ucap Yusuf dengan riang, "tapi Yusuf, kau jangan lupa dengan rencana awalmu untuk membuat zirah dari rongsokan, kau akan tetap melakukannya kan!?, kau akan tetap berkarya untuk semua orang kan," tanya Sekar yang sedikit cemas, "tenang saja Sekar, aku takkan kehilangan jalanku, satyanetra bukanlah percabangan yang berbeda dari jalan yang selama ini kutempuh, melainkan mesin baru untuk menempuh jalan yang sama jauh lebih cepat," balas Yusuf yang mulai mengkonsentrasikan dirinya untuk melatih satyanetra dan mengubah tempo latihannya menjadi jauh lebih tenang dari sebelumnya, "semoga benar Yusuf, tolong jangan kehilangan jalanmu," pikir Sekar saat melihat Yusuf mulai melakukan gaya latihan yang berbeda dari sebelumnya dan membuatnya menjadi khawatir.

Lihat selengkapnya