"Sudah hampir selesai, satyanetraku mulai terasa efeknya, apalagi pembangunan yang kami lakukan bersama sekarang jadi berjalan lebih efektif dan efisien sejak penggantian metode pemerintahan, semua berjalan dengan sangat tertata dan cepat jika kukerjakan sesuai dengan kemampuanku," pikir Yusuf sambil berlatih dengan sangat keras bersama anggota militer yang mereka miliki. Sementara itu disisi lain Gibran sedang sibuk mengurus keluar masuknya informasi dalam ruangannya, "dengan semua barang yang kupunya, aku baru bisa mengawasi detail yang ada disekitaran wilayah yang sedang dibangun Yusuf ini, tenaga manusianya juga kurasa akan mulai bisa dikembangkan dengan pola perekrutan yang sudah dirapikan saat ini," pikir Gibran yang saat itu sedang berjaga didepan ruang pengawasan, "tuan Gibran, mohon maaf, katamu kalau radar berwarna hijau maka ada orang asing, ini di radar luar terlihat berwarna sedikit kehijauan, apa artinya ini," ucap salah seorang dari pengawas disana, "segera siapkan kamera, kita harus tau apa itu musuh atau tidak," ucap Gibran sambil menghubungi Yusuf dan Sekar, "halo, terdeteksi orang asing memasuki wilayah kita, segera lakukan tindakan preventif," ucap Gibran menggunakan alat telekomunikasi miliknya.
Sementara itu diruang persenjataan terlihat Sekar sedang memilah peralatan untuk pasukan mereka, "hmm ada orang asing ya, cepat sekali mereka memasuki tempat ini," pikir Sekar saat melihat pesan dari Gibran lalu segera bersiap dengan persenjataannya, "pasukan, tolong siapkan diri kalian dengan persenjataan terbaik yang kalian bisa, kita mungkin akan bertarung," ucap Sekar lewat alat telekomunikasi pada pasukan yang saat itu sedang berlatih dengan Yusuf dan disaat yang sama segera menuju ruang komando.
Sesampainya di ruang komando, Sekar segera mendapati Yusuf sudah berada disana dan mengatur strategi bersama pasukannya, "nampaknya dari kelompok pak Arya, mereka berencana untuk menyerang kita kan, atau sekedar bernegosiasi untuk kerjasama," tanya Gibran, "ini kompetisi Gibran, kemungkinan terbesarnya mereka akan menyerang mengingat kerjasama tidak diperkenankan, kemungkinan lainnya adalah mereka berusaha menyerang orang lain, hanya saja mereka melewati wilayah kita, berarti kita tetap harus mengecek mereka, jangan biarkan mereka melewati wilayah kita sesuka hati, kita harus punya otoritas penuh atas wilayah kita, kita setidaknya harus dihargai di wilayah kita sendiri," ucap Yusuf sambil bersiap dengan peralatan perangnya lalu berjalan menuju keluar dan segera memanggil angsanya untuk ditunggangi, "kenapa sih dia serius sekali menghadapi orang-orang yang kita kenal," gumam Sekar yang terlihat sedikit sedih, "kali ini adalah masalah otoritas wilayah, kita memang harus berdaulat atas wilayah kita sendiri, karena itulah kita harus memberikan tanda, kalau mereka melawan maka kita juga harus memberikan perlawanan," balas Gibran sembari mengikuti Yusuf, "mereka sudah jauh lebih baik daripada dulu, mereka takkan berhenti untuk menunggu perkembanganku, aku harus berusaha mengimbangi mereka, membantu mereka meski sedikit," pikir Sekar saat mengikuti mereka.
Sesampainya di wilayah pertemuan, Yusuf segera menengok menyaksikan pak Arya sedang duduk tenang memimpin pasukannya kearah Yusuf, "hentikan langkahmu Yaksharajan, kenapa kau berpikir kami akan mengizinkanmu untuk melewati wilayah kami begitu saja," pekik Yusuf diangkasa, "minggirlah Surajyesta, aku ingin menuju ke wilayah tengah, bukankah engkau telah terusir darisana, bagaimana dirimu akan menang jika terus lari," balas Arya, "bukankah jika menerjang musuh tanpa perhitungan maka dampak kerusakan akan lebih besar wahai maharajaku, engkau sendiri yang selalu mengatakan bahwa memaksimalkan potensi diri akan lebih bagus daripada berusaha merebut potensi orang lain, daripada harus menghancurkan musuh lebih baik kita membangun diri sendiri bukan, lalu kenapa dirimu menyerang," tanya Yusuf, "hahahaha dasar naif, ini kompetisi nak, bukan Dunia nyata, menang disini adalah harus, dan kita harus melakukan segala cara yang mungkin untuk dilakukan," balas Arya, "tapi sayang sekali pak Arya, untuk seranganmu selanjutnya kau harus melewati wilayah kami, berarti ada bayaran yang harus kau berikan pada kami untuk bisa melewati wilayah ini," ucap Yusuf dengan lantang, "lalu apa yang akan terjadi pada kami kalau kami tidak mau membayar biaya jalan darimu itu," tanya Arya, "mudah sekali, kami akan melawanmu," ucap Yusuf sambil menyiapkan zirahnya untuk melapisi dirinya dan angsanya, "menarik sekali, jadi dirimu ingin mempertahankan kedaulatan wilayahmu, baiklah, aku akan menyerangmu," ucap Arya sambil juga menyiapkan peralatan perangnya diikuti oleh Damar dan Roni yang menjadi timnya, "kuatkan hatimu Sekar, ayah bukannya mau membencimu, ini hanya sebuah pertandingan, kau boleh membuktikan kekuatanmu disini putriku," teriak Roni saat melihat Sekar masih berpikir keras untuk memberikan perlawanan atau tidak, "ayahmu benar, bersiaplah Sekar, saat ini kalau dirimu tidak bertarung justru dirimu akan mengecewakannya," ucap Yusuf yang kemudian melesat kedepan diikuti oleh Gibran.
Pertempuran akhirnya dimulai dengan bertemunya pukulan Yusuf dengan Arya yang sempat mengguncang medan pertempuran, Damar yang menyaksikan hal ini segera memukul Yusuf meski Yusuf dengan cepat memblokir serangan Damar, "maharaga memang sebuah anugrah yang luar biasa, kekuatan yang kau pakai ini sungguh luar biasa, padahal hanya hentakan fisik saja," ucap Yusuf sambil menghentakkan Damar yang kemudian melompat kebelakang, "kau tidak menggunakan zirahmu nak," ucap Arya sambil mengarahkan beberapa serangannya pada Yusuf yang saat itu memblokirnya dengan pukulannya kemudian melepaskan serpihan vidhata miliknya untuk memojokkan Arya, "zirah pak!?, aku mau memakainya tapi dirimu sendiri tidak memakai kekuatan matamu, bagaimana caramu mau mengimbangi diriku kalau begitu," ucap Yusuf sambil bersalto kebelakang dan membuat beberapa tembakan laser air kearah Arya, "cih, kau ingin aku serius ya, menarik sekali, tapi tidakkah dirimu juga harus serius," ucap Arya sambil melayangkan beberapa pukulan yang membuat Yusuf bergerak dengan cepat kebelakang sebelum akhirnya Arya menyalakan teknik murugan petir ditangannya lalu melepaskannya dalam bentuk berbagai sambaran petir yang akhirnya memaksa Yusuf untuk mengaktivasi zirahnya untuk menahan sambaran petir dari Arya dengan mengganti material penyusunnya dengan kain, lalu dengan cepat membalas serangan tadi dengan melemparkan selendang untuk mengikat kaki Arya dan melemparkannya lalu menembaki Arya dengan puluhan serangan vidhata, kemudian dengan segera Roni menembaki Yusuf dengan roket sebelum akhirnya Yusuf tahan dengan mudah menggunakan zirahnya sebelum akhirnya Roni ditembak oleh Sekar dengan serangan balistik milik putrinya itu, "kau melepaskan bom nuklir pada ayahmu yang pasti bisa menahannya, tapi itu bagus, kau sudah melampaui perasaanmu," ucap Gibran, "tunggu dulu, nampaknya mereka bukan satu-satunya yang ada disini, nampaknya pertempuran ini akan jauh lebih seru lagi, ayo muncullah kalian semua, bukankah kalian menunggu momentum orang lain bertempur, ayo kemarilah, kita selesaikan kompetisi ini tanpa keraguan," teriak Yusuf, "bahahaha, kemampuan sensorikmu sudah meningkat drastis ya, Yusuf," ucap Lintang yang muncul dari bayangan bersama Rasha dan Bowo, "jangan bersenang-senang sendirian dong Yusuf, ada aturan untuk saling menyerang disini kan," suara Steve menggema dari tempatnya bersama dengan wujudnya dan kedua rekan setimnya, Zahra dan Iqbal, "serasa reuni ya, sayang sekali gaada Ihsan dan Alim disini," ucap Yusuf sambil menyeringai senang, "nampaknya mereka bertiga bukan satu-satunya tim yang tiba disini, kurasa semua tim akan segera kesini," ucap Gibran, "iyalah namanya saja simulasi peradaban, jelas akan terjadi perang habis-habisan," ucap Yusuf sambil kembali menenangkan dirinya untuk menghadapi kedua saudaranya dan juga gurunya sendiri.