Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #116

Transcendental World

Jum'at 21 Juni 2013 dimalam hari sebuah vimana berderu diplanet yang dekat dengan istana giok, dimana Ihsan, Alim dan Shifa turun dari vimana tadi untuk menemui Yusuf, dimana ada vimana lain yang juga sudah mendarat disana, "vimana ini, tak salah lagi, dia ada disini," ucap Ihsan yang langsung tersenyum lebar dan langsung saja memanggil lembunya untuk berangkat ke istana giok, "hhh langsung aja berangkat begitu kalau udah lihat ada tanda-tandanya, dasar Ihsan," gumam Alim, "namanya aja rindu, eh kita naik burung hantuku saja, jangan terlalu berisik, bagi sebagian besar dari mereka, kita adalah lawan yang harus diwaspadai," ucap Shifa sembari memanggil burung hantu raksasa miliknya untuk terbang dengan tenang menuju istana giok.

Sementara itu di Jonggring Saloka, "jadi berapa stok batu bara yang berhasil dikumpulkan," tanya Anas pada seorang lelaki, "oi Anas, kita juga kekurangan opium untuk anastesi," sahut Andre yang berada disebelahnya, "sabarlah pak, dia bukan pengedar opium," sahut Anas, "kenapa kalian tanya tentang stok batu bara, bukannya sudah ada energi bersih dari lingga yoni," ucap orang tadi, "simpel saja sebenarnya pak, kami ingin kembali mendaur ulang bara itu untuk dijadikan arang diudara untuk makanan tumbuhan, selain itu menggunakan batu bara terlihat lebih estetik untuk membuat beberapa kendaraan berbahan bakar uap," ucap Anas, "estetika ya, menarik sekali, nampaknya keraton ingin benar-benar memonopoli perdagangan, tapi aku suka ini, apalagi harga yang ditawarkan lumayan besar, aku terima penawaran kalian," ucap pria tadi sambil mengulurkan tangannya yang segera disambut oleh Anas, "terimakasih atas kerjasamanya pak, kami akan memanfaatkan batu bara darimu untuk membuat kota yang lebih indah lagi," balas Anas saat bersalaman dengan pria itu lalu segera pergi, "sekarang ayo kita cari opiumnya, ada beberapa pengedar narkoba yang sebelumnya sudah ditandai disini, mereka juga memakai bahan baku opium, aku ingin mendapatkan stok terbaik mereka, mungkin tiga sampai lima orang cukup, sisanya kita musnahkan," ucap Andre, "siap," ucap Anas sembari melangkah kedepan diantara mayat-mayat yang sudah berjatuhan, "dasar orang gila, bagaimana cara mereka menemukan tempat persembunyianku, kalau aku tidak setuju apakah mereka juga akan mengeksekusi diriku," pikir pria tadi yang keluar dari bayangan dengan penuh luka.

Disisi Dunia yang lain, "Brahma sudah dipilih rupanya, anak itu ya, Yusuf, wajar saja sih, pengaruhnya memang cukup besar, mereka akan berkembang pesat secara keilmuan, apa pula ini, saptarshi, tujuh macam kecerdasan buatan yang didasarkan pada tujuh bidang ilmu untuk berkembang, informasi yang mereka dapat pasti akan sangat banyak, apalagi koneksinya satu aliansi, kalau mereka bisa mengolah informasi dengan baik maka bukan tidak mungkin bahwa umat manusia akan menjadi begitu berkembang dan mencapai potensi penuh mereka," pikir Sakra diruang takhtanya, "kalau begitu kita juga harus bergegas untuk mencari Vishnu untuk mengimbangi perkembangan mereka," ucap Bagas yang baru saja selesai berlatih, "tidak semudah itu untuk mencari pemimpin, apalagi negara-negara yang bergabung di aliansi Vaikunta masih banyak yang memiliki kepentingan pribadi, lawan terberat kita juga pemegang samsaranetra, orang yang cukup kuat untuk membolak-balikan hidup dan mati, kita harus berhati-hati, siapkan saja temanmu untuk ini, perjalanannya takkan mudah," ucap Sakra sambil menatap dalam-dalam wajah Bagas.

Taman Ashokavatika, "apa ini, kita kecolongan, mereka sudah memilih Brahma, sedangkan kita belum melakukan apapun, Yudi, kita akan pecah dua tim kita, kau akan menjadi raja sementara disini, aku akan bergerak," ucap Gifar dengan amarah terasa jelas diwajahnya, "aku paham tuan, tolong jaga kesehatanmu dan ibu ratu," ucap Yudi sembari membungkuk pada Gifar yang mulai berjalan keluar bersama Alan, Feni, Zuhri dan Malvin, "Jack, tinggal kita berlima disini bersama Yasha, Rizal dan Paul, kau paham dengan perintah tuan Gifar kan," ucap Yudi, "dia akan berkeliling Dunia menghabisi para raja bersama pasukannya, sedangkan kita harus menjaga kedaulatannya disini, itu mudah saja, tapi apa dirimu yakin mereka bisa menumbangkan aliansi sekuat Brahmanda tanpa keberadaan kita," tanya Jack, "jangan kau remehkan tuan Gifar, dia belum pernah kalah," ucap seorang lelaki yang muncul dari bayangan, "dia akan berangkat untuk menaklukkan Brahma, aku sebenarnya ingin melihat kekuatannya, tapi sayang sekali aku tidak diajak," ucap Yasha dengan seringai penuh percaya diri, "kau yang sekarang takkan mampu menahan kekuatan tuan Gifar, orang-orang yang diajaknya adalah dua makhluk abadi, ibu ratu yang memiliki kemampuan untuk secara khusus menahan kekuatan tuan Gifar, dan Alan, orang yang memang cukup kuat untuk bertarung bersama tuan Gifar," ucap Rizal, "bukan itu alasan kita tidak diajak, kita tidak diajak karena tuan Gifar mempercayai kita untuk melindungi rumahnya, berbanggalah," ucap Yudi sembari menatap para anggota Maharsi yang tersisa disana satu per satu untuk meyakinkan mereka.

Beberapa saat kemudian di istana giok, "ini sudah malam Yusuf, istirahat dulu," ucap Sekar saat menyaksikan Yusuf masih bekerja tanpa henti untuk menyelesaikan permasalahan kecerdasan buatannya, "aku tidak punya waktu untuk ini, semuanya harus kuselesaikan secepatnya," balas Yusuf yang masih saja mengotak-atik rumus yang tertera pada layar, "tapi, kau bisa sakit," ucap Sekar yang akhirnya dihentikan oleh sebuah tangan wanita dibelakangnya, "sudahlah Sekar, jangan dulu, biarkan dulu dia bekerja," ucap wanita itu dengan lembut, "tapi Shafa, dia sudah melakukannya dari tadi siang, hanya berhenti untuk beribadah dan berdo'a, bagaimana aku tidak khawatir," ucap Sekar pada wanita tadi yang merupakan Shafa, "biarkan saja dulu, saat aku bersama Ihsan dia juga seperti ini, mereka akan berhenti sendiri nanti," ucap Shafa dengan lembut sembari mendudukkan Sekar seusai memberikan kue buatannya pada Yusuf, hingga akhirnya Shafa menoleh kebelakang dan melihat Ihsan sedang terpaku menatapnya, "lama tak berjumpa, Nareshwari," ucap Ihsan lirih yang seketika memecah tangisan Shafa hingga tersungkur ketanah, "kau benar-benar berani datang kesini ya Ihsan, dasar anak nakal," ucap Shafa yang segera dipeluk Ihsan, "tentu saja, temanku baru saja mendapatkan amanah besar, tentu aku akan datang, apapun resikonya," ucap Ihsan, "orang gila, disini wilayah aliansi Brahmanda dan dirimu masih berani ada disini, meskipun aku pemimpin disini sekarang, tapi bukan berarti diriku bisa mengizinkan penyusup masuk," ucap Yusuf yang menghentikan pekerjaannya untuk memeluk Ihsan, "ah burung hantumu ini benar-benar senyap Shifa, aku sampai tidak dihiraukan," ucap Alim yang baru turun dari wahana Shifa, "bukankah itu bagus, kita jadi tidak ketahuan," ucap Shifa, "kalau dipikir-pikir tidak juga sih, kan Ihsan juga kesini dengan lembunya, waktu kita singkat disini," ucap Alim, "jadi apa tujuan kalian kesini," ucap Yusuf, "ahh, aku hanya ingin memberikan selamat dan do'a untukmu saudaraku," ucap Ihsan yang tersenyum lebar melihat saudaranya menjadi penguasa, "terimakasih, lalu kau Alim," ucap Yusuf, "pertama selamat atas terpilihnya dirimu, semoga engkau bisa menjalankan amanah ini dengan baik, kedua ada beberapa masalah setelah dirimu keluar dari arena dan menjadi Brahma, banyak orang yang tak terima, kapan pelantikanmu Yusuf," tanya Alim, "hmm sekitar dua bulan dari sekarang, banyak persiapan untuk itu, yang paling ribet sih pemindahan domisili ke Padmaksetra," ucap Yusuf, "kalau begitu siapkan saja matang-matang semuanya, ada kabar kalau organisasi Maharsi sudah bergerak dan mengincar dirimu, aku akan memanfaatkan kesempatan ini untuk bergerak juga ke negeri Ashoka, bersiaplah Yusuf, yang mengejarmu saat ini adalah Samsaramurti, Gifar itu sendiri, manusia yang bahkan tidak diketahui batas kekuatannya, setauku dia adalah manusia terkuat yang masih bernapas di Dunia ini," ucap Alim memperingatkan Yusuf, "itulah yang dari kemarin kukhawatirkan, karena itu proyek ini harus segera selesai, agar semua orang bisa terkoneksi dan mempersiapkan diri dengan jauh lebih baik, setidaknya untuk menanggulangi kerusakan yang besar dan melakukan evakuasi dengan cepat kalau terjadi serangan," ucap Yusuf yang tiba-tiba serius, "kalau begitu akan ada dua divisi dong, keilmuan dan informasi praktis," tanya Ihsan, "benar sekali, ini akan menjadi solusi dari lambatnya informasi yang masuk," jawab Yusuf, "memangnya bagaimana cara kerjanya sih proyek saptarshi ini," tanya Ihsan yang mulai penasaran, "hmm simpel saja sebenarnya, kita akan mengumpulkan para cendikiawan diseluruh wilayah kita, masing-masing dari mereka akan diberikan akses untuk memberikan pendapat keilmuan dalam sebuah topik dan mengungkapkan topik baru selama diskusi, hal ini akan turut dibantu dengan keberadaan kecerdasan buatan yang kita buat untuk mengolah informasi itu selama orang-orang ini tidur, mulai dari mengurutkan validitas, keabsahan informasi dan juga relevansi, selain itu mereka juga akan memproses ratusan informasi sederhana yang bisa diproses oleh komputer, kami juga akan terus meningkatkan fungsi dari superkomputer ini agar informasi yang diterima oleh masyarakat awam mudah dicerna dan menarik, hal ini akan didasarkan oleh pola visual, auditori dan kinestetik masing-masing orang, pastinya tiap wilayah akan memiliki kecenderungan berbeda tergantung dari adat-istiadat dan preferensi setempat, tapi aku masih belum menemukan tatacara untuk melakukannya" jelas Yusuf, "itu menarik, terimakasih untuk catatannya ya Yusuf," ucap Alim, "hmm apa kesulitan yang kau hadapi selama ini," tanya Ihsan, "hmm itu sih, mendata cendikiawan dari seluruh wilayah Brahmanda butuh waktu, sedangkan untuk sekarang pemrosesan informasi sangat lambat dibandingkan kebutuhan," ucap Yusuf, "owh itu ya, aku ada ide sih, kenapa tidak mengumpulkan kesadaran setiap orang dalam bentuk kecerdasan buatan, kalau tujuh induk kecerdasan buatannya untuk verifikasi saja, jadi setiap orang akan memiliki hak bersama untuk saling mengkaji keilmuan yang mereka sukai serta memberikan informasi terkini pada setiap orang tanpa harus terjadi diskriminasi," ucap Ihsan, "menarik juga, tapi bagaimana kalau ada informasi yang buruk," tanya Yusuf, "itulah kegunaan dari verifikator, dengan begitu semua orang akan bisa berkontribusi tanpa kau harus takut informasi yang diberikan tidak valid, benarkan Ihsan," ucap Alim meyakinkan Yusuf, "eee iya begitu, hmm mungkin akan kuterapkan juga di wilayahku, idemu ini ternyata sangat menarik Yusuf," ucap Ihsan, "bisa-bisanya kau memberi saran tanpa tau solusinya," ucap Alim, "ehehehe, namanya kemajuan memang harus jalan dulu, nanti kalau sepanjang jalan ada rintangan bisa dipikirkan cara melewatinya," ucap Ihsan, "itulah yang membuatmu sering terkena masalah, dasar bocah ngasal," ucap Alim dengan geram yang membuat Ihsan tertunduk malu, "aku tidak percaya dia adalah pemimpin yang sangat dihormati, tingkahnya masih seperti anak kecil, wajar sih, dia kan memang anak kecil," pikir Alim sambil memainkan ekor matanya, "hoo begitu ya, menarik sekali, setiap orang bisa mengunggah sebagian kesadarannya untuk melakukan diskusi bersama yang nantinya diverifikasi oleh para ahli, aku akan coba memakainya, terimakasih Ihsan, Alim, kalian memang sangat cerdas," ucap Yusuf, "hahaha, itulah, aku selalu siap membantu, ada alasan kenapa banyak orang yang percaya padaku," ucap Ihsan yang segera dibungkam Alim, "berisik, ah Yusuf, anggap saja ini bantuan dari saudaramu, jadi bagaimana, bolehkah kami juga ikut memakai inovasimu ini," ucap Alim, "silahkan, aku tidak akan melarang, lagipula kalau ada pesaing akan jadi lebih seru," ucap Yusuf, "dengan ini kita masih bisa berbicara meski hanya dari Dunia maya, terimakasih Yusuf, aku menghargai inovasimu ini, aku akan memakainya dengan penuh tanggung jawab," ucap Ihsan sambil menepuk Yusuf dan tersenyum lembut pada saudaranya itu, "semoga kau dilancarkan segala urusannya Yusuf, kalau butuh bantuan bilang saja," ucap Alim yang akhirnya membuat air mata Yusuf mengalir dan akhirnya memeluk kedua saudaranya itu, "aku akan selalu rindu waktu kita tinggal disatu atap, saudara-saudaraku, terimakasih untuk semua dukungan dan do'a kalian, semoga semuanya berjalan lancar agar kita bisa kembali berkumpul sebagai saudara, makan dan minum bersama, bukan sebagai lawan yang saling menghunuskan senjata pada satu sama lain," pikir Yusuf sambil memeluk erat Ihsan dan Alim dan terus menangis malam itu.

Lihat selengkapnya