Jum'at 28 juni 2013, dini hari di Devaloka, seorang sedang mencoba menyeret tubuhnya menjauh dari sesuatu, wajahnya nampak ketakutan dan tubuhnya bersimbah darah, dia berusaha untuk berlari namun begitu dia mencoba mengangkat tubuhnya kembali sebuah piringan bercahaya menebas lehernya dengan rapi, "itu yang terakhir hari ini, kenapa aku sampai harus melakukan ini, aku tak suka sampai harus membunuh, tapi mereka sudah berbuat tidak benar, biarkan ini jadi pelajaran bagi mereka," gumam seorang lelaki yang menarik kembali piringan bercahaya itu keujung jarinya dan membuat wajahnya terlihat jelas, dia Alim yang sedang menitikkan air mata karena tidak suka dengan apa yang dilakukannya, lalu perlahan Alim mengambil langkah untuk pulang sambil menyimpan piringan bercahaya tadi ke dimensi lain bersamaan dengan itu dia segera terbang pergi dari sana dan kembali menuju keratonnya.
Sesampainya di keratonnya, Alim segera membersihkan badan dikamar mandi luar untuk menunggu waktu shubuh untuk beribadah. Pagi hari jam 07.00, Alim sarapan pagi bersama para punggawanya, "hei Alim, bagaimana ini, semenjak Yusuf terpilih menjadi Brahma semua orang mulai panik dan melakukan hal-hal yang tidak bisa diterima, padahal regulasinya jelas, kenapa memangnya," tanya Bagas dengan wajah seriusnya, "bagaimana caranya dirimu tidak bisa menyimpulkannya Bagas, mereka adalah para mafia dan teroris yang kabur dari wilayah aliansi Brahmanda yang mereka rasa kurang aman untuk beroperasi, apalagi semenjak proyek saptarshi mendapatkan banyak sekali pendukung yang menginginkan lingkungan yang lebih tertata rapi dan karena mereka kabur kemari, mereka bertemu dengan orang-orang di wilayah sini dan membuat kerjasama, jadilah wilayah ini jadi lebih kacau dari biasanya," ucap Shifa, "apalagi sang penguasa negeri Ashoka kabarnya telah pergi dari takhtanya, jadi lebih kacau lagi, selama ini para penjahat itu meringkuk ketakutan dibawah kekuasaan sang Prajapati dan kekuatan absolutnya," timpal Amra, "kalau begitu negeri Ashoka sudah kehilangan kekuatan terbesar mereka, pantas saja seluruh aliansi Vaikunta terkena dampaknya, orang sekuat itu tak bisa asal meninggalkan posisinya," ucap Soma, "tapi itu bisa jadi kesempatan emas kita untuk menjadikan tuan Alim sebagai Vishnu, kampanye militer akan sangat memungkinkan saat ini tanpa keberadaan manusia mengerikan itu, bagaimana menurutmu tuan Alim," ucap Sura, "kita masih harus mengecek semua persiapan kita untuk melakukan sebuah serangan, kepergian Prajapati juga belum dikonfirmasi, kalau kita gegabah kita malah bisa dihancurkan di negeri Ashoka, perlu diingat kalau mereka adalah negara adidaya saat ini, kita tetap harus berhati-hati," ucap Alim sambil memakan sarapannya, "bukankah kau sudah mengincar Narendra sejak dulu, inilah kesempatanmu Alim, karena dialah tuan Sakra punya cukup kekuatan untuk mengobrak-abrik Devasena waktu itu, karena dialah Maharani sampai harus meregang nyawa, karena dialah ayahmu yang kau sayangi sampai harus meninggal," ucap Bagas dengan lantang, "kau benar, ini kesempatanku, manusia biadab itu harus mati," pikir Alim, "tapi Bagas, kita tetap harus menyusun rencana agar tidak banyak korban jiwa, mau bagaimanapun dia juga salah satu kekuatan terbesar aliansi kita," ucap Alim sambil tersenyum manis lalu menyelesaikan sarapannya dan kemudian pergi dari meja makan.
Tak berselang lama dari itu Alim segera menuju telaga untuk sekadar membasuh muka, "Narendra, aku ingin sekali menghajar bajingan itu, mana balas budinya pada nenekku yang sudah merawatnya, mana!?, dasar anjing, adik macam apa yang tidak peduli dengan kehidupan kakaknya sendiri," gerutu Alim dengan api amarah yang membara hingga energi yang begitu panas keluar dari tubuhnya, untuk menenangkan dirinya Alim segera masuk lebih dalam ke telaga itu, hanya untuk menyadari kalau panas amarahnya menguapkan air di telaga itu sedikit demi sedikit sampai tangan Shifa menggenggam pundaknya, "cukup Alim, jangan jadikan amarahmu itu alasan untuk membunuh ikan-ikan yang tidak bersalah sedangkan dirimu tak cukup lapar untuk memakannya, jangan sia-siakan rezeki, tenangkan dirimu sebentar, jangan terus begini," pinta Shifa, "tau apa dirimu Shifa, dialah alasan ayahku terbunuh, bagaimana caraku untuk tidak marah, aku ingin menghabisinya tapi dia adalah bagian dari aliansi, keseimbangan tetap harus dijaga bukan," keluh Alim yang mulai menenggelamkan dirinya lagi namun Shifa menariknya keatas, "sudahlah, maafkan saja, lagipula dia pamanmu sendiri, berdamai sajalah dengannya, berdamailah dengan dirimu sendiri maka hidupmu akan bahagia," ucap Shifa sambil mengeringkan tubuh Alim, "tidak, dia hanya dirawat nenekku saja, titipan dari temannya dulu yang meninggal saat pembantaian bangsa Raghu di salah satu distrik di kota Gandaberunda waktu itu oleh Suryabaskara karena diindikasi akan melakukan pemberontakan, memang darahnya itu busuk, bukannya terimakasih dengan rezeki yang sudah diterima malah memberontak juga, kan tolol," ucap Alim, "jangan begitu Alim, dia juga keluargamu, coba terima lagi dia seperti nenekmu menerimanya dahulu," ucap Shifa, "dan membiarkannya membuat kerusakan sekali lagi, ada batasan untuk memaafkan Shifa, dia tetap harus diberi pelajaran, biar dia tau rasanya menderita," ucap Bagas yang baru saja datang, "Bagas!!, kenapa kau malah memanas-manasi Alim sih!?, kau paham kondisinya tidak sih!?, dengarkan aku Alim, jangan biarkan dendam menguasai hatimu, tolong jangan dituruti, dia mungkin juga menderita, keluarga aslinya dibantai loh," ucap Shifa, "tidak Shifa, dia tetap harus diberi pelajaran, Bagas, bagaimana dengan persiapan kampanye militer kita untuk menyatukan seluruh wilayah aliansi Vaikunta," tanya Alim, "semuanya sudah dipersiapkan dengan baik, varietas tanaman untuk logistik sekarang hanya butuh waktu dua hari untuk panen, persenjataan sudah lengkap dan pasukan sudah disiapkan, semua sudah sesuai dengan rencanamu," ucap Bagas, "bagus, kalau begitu kita berdiskusi dengan yang lain untuk membuat jalur kampanye militer kita, target utama kita adalah negeri Ashoka, lebih tepatnya menundukkan kepala Narendra," ucap Alim sambil berjalan pergi untuk berlatih, "apa yang kau lakukan Bagas!!, kau sadar dengan konsekuensi perkataanmu itu!?, tak sadarkah dirimu seberapa kuat Narendra," bentak Shifa, "mungkin dirimu yang lupa dengan kekuatan besar Narayana, dia bahkan lebih kuat dari Brahma," ucap Bagas, "Yusuf belum lama ini menjadi Brahma, lagipula negara-negara yang tergabung dalam aliansi Brahmanda itu negara maju yang mengandalkan sistem, bukan kekuatan besar orang-orang didalamnya, kontras dengan aliansi Vaikunta yang belum terlalu terorganisir dan semua sedang berlomba menjadi yang paling berpengaruh untuk memimpinnya, perebutan takhta di aliansi Vaikunta tidak pernah berhenti Bagas dan kau akan mengetahui semengerikan apa orang-orang kuat di aliansi ini," ucap Shifa, "aku tau itu, tapi aku juga tau kalau Alim bisa menjadi Vishnu, dialah manusia yang akan mengukir kebenaran dihati orang lain, baik itu kawan maupun lawan, dia takkan berhenti, karena dialah Narayana, sang ksatria penegak dharma," ucap Bagas dengan lantang meski masih membuat Shifa pergi menuju Alim.
Sesampainya ditempat Alim berlatih, Shifa melihat Alim dengan serius melatih gerakannya dengan atmasenanya sendiri, wajahnya terlihat penuh keseriusan dan tubuhnya penuh dengan keringat, "apa yang dia pikirkan saat ini, wahai Tuhan, jangan biarkan dia berlatih hanya untuk menuntaskan dendam, terus jadikan dirinya seorang penegak kebenaran, aku mohon pada-Mu wahai yang maha benar," gumam Shifa saat menyaksikan Alim bergerak semakin cepat dalam latihannya hingga getarannya menghembuskan angin kearah Shifa, "anggap saja dendamku itu bonus dari perjalananku menegakkan dharma wahai Narayani, aku tak pernah kehilangan jalanku, satu hal yang perlu kau ingat Narayani, untuk menumbuhkan pohon dharma selain perlu dipupuk dengan kebenaran juga perlu untuk dijaga dengan memberantas kesalahan," ucap Alim menyahuti Shifa sambil terus berlatih, "terserah kau lah, aku akan turut membantu agar tak sesat jalanmu," pikir Shifa sembari menatap kekasihnya yang terus berlatih tanpa henti.