Senin, 1 Juli 2013, "akhirnya lencana ini selesai juga, ini akan membantuku untuk kampanye militer kearah negeri Ashoka," ucap Alim yang baru saja menyelesaikan lencana militernya, tak menunggu waktu lama, Alim segera berjalan keluar menuju pasukannya sambil membawa lencana buatannya untuk diuji coba.
Sesampainya di tempat latihan, Alim segera menemui Soma dan Sura untuk menyerahkan lencana itu, "Soma, Sura, lencananya sudah selesai, apa kalian mau mengujinya untukku," ucap Alim sambil menyelesaikan dua lencana pertamanya, "apa ini aden, kenapa kau membuat hal ini," tanya Sura, "hmm itu lencana yang akan membantu kalian untuk menggunakan banyak energi dengan menggunakan energi kalian sendiri," ucap Alim, "menarik, tapi apa fungsinya pada kami, bukannya kami sudah punya tanda yogi yang bisa memberi kami banyak energi," tanya Sura, "nampaknya mekanismenya agak beda, ini untuk penyimpanan energi berlebih untuk dialirkan lagi kedalam tubuh ya," ucap Soma sembari mengalirkan energinya kedalam lencana itu lalu menariknya lagi kedalam tubuhnya, "menarik, tenaga yang diberikan sangat bersih, mencoba mengalirkan energinya lebih banyak dan membuat senjata darinya, " Ehhh!!!?, kok bisa begitu sih!?, unik juga," ucap Sura, "makanya jangan kebanyakan tanya, praktik itu juga penting," ucap Soma, "hiih iyadah," balas Sura sembari mencoba menggunakan lencananya untuk memunculkan banyak jenis senjata, "woaaah ini keren, bentuk energinya bisa diubah sesuai kebutuhan," ucap Sura kegirangan, "meskipun benda itu kecil tapi itu kususun dengan inti padmanabha yang biasanya kita gunakan dalam pertanian, kalian tau sendiri seberapa kuat inti itu bukan, itulah reaktor energi didalam lencana ini sehingga energinya bisa sampai dimaterialisasikan dan dibentuk sesuka hati penggunanya," ucap Alim, "kau jenius aden, menggunakan mesin yang digunakan untuk mengalirkan energi pada tanah menjadi senjata, dengan ini kami tidak perlu menggunakan banyak energi untuk bisa menggunakan akses terhadap persenjataan yang simpel," ucap Sura sambil mengubah bentuk energi di lencananya menjadi pedang besar sedangkan Soma mengubahnya menjadi busur dan anak panah, "ini sangat ringan, seperti tidak memegang apapun, apa tidak ada versi yang menggunakan material sungguhan aden," tanya Soma, "kau suka kalau ada berat alaminya ya, tambahkan saja material yang kau inginkan kedalamnya lalu dia akan memprosesnya dan menghasilkan material yang sama," ucap Alim, mendengar itu Soma langsung menuju barak dan memasukkan kayu, logam dan bulu kuda, kemudian dengan cepat membuat ulang busurnya, "hmm ini baru busur panah, hmm berarti ini juga bisa membuat zirah," ucap Soma, "ya itu bisa juga, gunakanlah sekreatif kalian, aku pergi dulu ya, mau mengecek informasi terbaru," ucap Alim yang kemudian berjalan untuk menuju Amra di ruangan pengawasan miliknya.
Sesampainya diruang pengawasan, "bagaimana kabarmu Amra," tanya Alim, "aku baik-baik saja aden, eh ada beberapa informasi yang kudapat mengenai jalur dagang menuju negeri Ashoka, kita bisa menyerang kapan saja, kabarmu gimana," ucap Amra, "owh aku sedang bahagia sekali, kita akan memanfaatkan jalur itu untuk membuat beberapa pos militer, kalau sudah siap maka kita akan menyerang dengan kekuatan penuh menuju taman Ashokavatika, ibukota mereka, kalau berdasarkan perkiraanku kita bisa melakukan serangan pada tanggal 7, kalau bisa jadikan lebih cepat," ucap Alim sambil mengecek data yang ada, "ah ini ada beberapa hal yang bisa dimanfaatkan, beberapa planet dengan penduduk yang bergantung pada pertanian, kita bisa jadikan mereka pangkalan militer dengan pasukan kita yang bisa bertani, program ini akan meningkatkan ekonomi mereka sekaligus menjadi pasukan tambahan bagi kita," ucap Alim saat mengecek datanya, "begitu ya, jadi karena itu dirimu membuat banyak pasukan bisa bertani," ucap Amra, "justru aku membuat para petani bisa bertarung, buat apa kerja militer kalau mereka tidak punya latihan harian dengan mengerjakan lahan, aku sudahan dulu ya, nanti malam kita bergerak," ucap Alim sambil berjalan pergi dari tempat itu, "ok aden, hhh secepat itu dia menyusun strategi, dia memang ksatria tingkat tinggi," gumam Amra yang kembali ke meja kerjanya untuk terus memantau dan menyortir informasi yang masuk.
Malam harinya Alim sudah bersiap dengan armada dagang miliknya, "jadi kau akan ikut berangkat, kenapa sih selalu sok heroik," keluh Shifa sambil menyerahkan bekal, "ini untuk pengawasan produk pertaniannya Shifa, memang ada beberapa hal yang harus kuawasi, ingat wilayah aliansi ini harus mulai bersatu sebelum serangan yang kulakukan, aku tidak mungkin menundukkan mereka semua dengan kekuatanku saja, aku butuh lebih dari itu dan solusi dariku adalah pemberdayaan pangan, minta tolong jaga keratonku dulu ya, aku berangkat dulu," ucap Alim, "hati-hati ya, makan bekalmu," ucap Shifa, "iya, daaah semua," ucap Alim sebelum akhirnya masuk ke vimananya dan berangkat bersama jutaan saubha vimana lain yang dia gunakan untuk mengangkut komoditas pangan dalam jumlah luar biasa banyak, "aku tidak menyangka kalau dulu dia adalah anak biasa yang tinggal di pinggiran kerajaan ayahku, kini situasi berbalik, ayahku yang sekarang memerlukan kerjasama darinya untuk menjual produk kerajaan," pikir Shifa saat menyaksikan Alim pergi bersama armadanya.
Sementara itu di ruangan vimana, "persiapannya sudah kan, pak Mistari," tanya Alim, "sudah siap aden, untuk para petani pemula, kami akan ajarkan menanam padi, tapi kalau yang sudah mulai menanam akan kami sesuaikan dengan tanaman mereka masing-masing," ucap Mistari yang ternyata tinggal di Devaloka, "jangan lupa untuk mengajarkan tatacara mengelola pupuk, itu akan mengurangi biaya produksi dalam jumlah besar serta membantu membersihkan limbah rumah tangga," ucap Alim, "wah terimakasih mengingatkan lho aden, hampir lupa saya, hmm sebentar ya kumasukkan, sosialisasi pengelolaan pupuk, nahh sudah aden," ucap Mistari, "bagus, terimakasih banyak pak, oiya nanti para sukarelawan tolong ditampung ya, pastikan juga terus memperbaharui informasi dengan mengunggah keberlangsungan program yang kita lakukan kedalam sistem," ucap Alim, "owh siap kalau itu aden, toh nanti mereka akan jauh lebih mengandalkan informasi darisitu, saya kan hanya membantu dalam praktek dan motivasi," ucap Mistari, "bagus, saya tinggal dulu ya," ucap Alim sambil beranjak pergi menuju ruangan lain di vimana itu, "siap aden," ucap Mistari saat Alim pergi darisana.
Sementara itu diruangan lain Alim menemui Bagas yang sedang para pekerja disana disana, "kau yakin mereka adalah orang-orang yang cocok untuk bertarung Alim," tanya Bagas saat merasakan langkah Alim menuju tempat itu, "kenapa memangnya, kau kurang percaya pada mereka!?," tanya Alim, "benar, aku masih sedikit kurang bisa mempercayai mereka," ucap Bagas, "bukankah katamu semua orang bisa bertarung, lagipula para pekerja lahan itu lebih kuat karena kegiatan sehari-hari mereka," tanya Alim, "itu benar Alim, tapi kau juga perlu tau kalau kalau insting petarung mereka tidak akan setajam petarung murni," ucap Bagas, "tapi jumlah mereka bisa jauh lebih banyak, ingat, kita juga berniat untuk membuat pasukan sebanyak mungkin dan menguasai komoditas," ucap Alim, "cih, itu tidak akan sebanding kalau dihadapkan dengan pasukan negeri Ashoka, kita hanya menang jumlah punggawa saja dibandingkan mereka," ucap Bagas, "itu dia tujuanku, melawan veerasena memang akan sulit, punggawa mereka akan sangat terlatih, karena itu kita harus mengimbanginya dengan jumlah kita, waktu kita tidak lama untuk bersiap, harus ada draft militer dari warga, sedangkan mereka takkan tertarik untuk masuk jika tidak ada keuntungan bagi mereka, dimana yang kita tawarkan adalah lahan," ucap Alim, "kau kejam Alim, ingat, kualitas akshauhini dari mereka takkan bagus, kalau kita mengandalkan jumlah maka kita harus menang jauh agar tidak dimanfaatkan oleh musuh untuk berkembang," balas Bagas, "iya, aku mohon bantuanmu ya, inilah kesempatan emas kita untuk merebut gelar Vishnu dan diakui oleh aliansi, maafkan aku karena persiapannya mendadak, kuharap dirimu bisa ikut andil secara besar," ucap Alim, "aku akan terus membantumu kok," balas Bagas, "terimakasih," balas Alim sembari memeluk kawannya itu, "aku tidak tau langkahku ini benar atau salah, tapi inilah hal terbaik yang bisa kulakukan, inilah caraku memelihara pohon dharma," pikir Alim sambil melepaskan pelukannya dan kembali mengurus pekerjaannya di vimana itu.