Bhairava

Ghozy Ihsasul Huda
Chapter #122

Perang Dingin

Selasa, 2 juli 2013, Alim terlihat sedang berlatih di sebuah wilayah baru diikuti ratusan orang yang dia baru saja rekrut untuk menjadi pasukannya, "ini adalah cara bagi kalian untuk membela diri kalian, ingat kuncinya adalah membela diri, gerakannya tidak harus persis sama dengan yang kuajarkan, semua tambahan diperbolehkan seperti senjata, memanfaatkan keuntungan dari tempat dan juga kalau terpojok jangan ragu untuk lari, lakukan itu agar diri kalian selamat," ucap Alim dengan lantang sambil menunjukkan gerakan demi gerakan untuk pertarungan, "namun satu hal, aturan ini takkan berlaku selama peperangan, saat pertempuran gerakan harus menyesuaikan instruksi dan senjata juga harus menyesuaikan strategi, mundur bukanlah opsi sampai diperintahkan seperti itu, tolong bedakan dengan baik," suara Alim kembali menggelegar ditempat latihan saat tubuhnya berbalik menatap orang-orang itu dengan serius lalu kembali menunjukkan gerakan-gerakan pada mereka yang diikuti oleh pasukannya dengan serempak.

Disaat yang sama ditempat lain, "hmm bagaimana caraku menyelesaikan misi ini, mencari lokasi persebaran amrita, bukannya ajeng Shifa udah punya," gumam Amra sambil mengemudikan kapal untuk mengitari lautan guna mencari wilayah untuk mengekstrak amrita, "tuan Amra, saya menemukan wilayah yang bisa digunakan sebagai tempat budidaya rumput laut," ucap salah seorang pekerjanya, "owh, bagus, amankan tempat itu," balas Amra, "hmmmh bagaimana ini, sudah beberapa planet kujelajahi dan belum juga ada yang bisa memproduksi amrita, cirinya padahal sudah kuidentifikasi, ini sudah sebuah planet penuh kehidupan tapi dimana aku bisa temukan sebuah tempat yang cukup dalam untuk membenamkan gunung lalu diaduk, ini tidak masuk akal," pikir Amra sambil mengelilingi permukaan lautan dan mulai melihat hamburan cahaya putih yang membentuk sebuah jalan menuju cahaya putih yang lebih banyak, "hoo, lautan putih ini, mungkinkah ini lautan susu, berarti didalamnya akan ada nektar kehidupan, amrita, hmm mungkin saja, aku harus mencobanya," pikir Amra sambil memacu kapalnya kearah hamburan cahaya itu dan benar saja, tak lama kemudian dia berada di lautan dalam berwarna putih yang sangat luas.

Di wilayah itu Amra menghentikan kapalnya untuk menelpon bantuan, "ini akan cukup lama, tapi para nelayan itu jumlahnya sangat banyak, kuharap akan banyak kapal yang cukup kuat untuk memutar gunung," pikir Amra sambil menunggu di lautan itu, "tuan Amra, ada apa sampai dirimu berhenti, bukankah kata aden Alim kita harus terus mencari harta karun yang mungkin diekstrak di lautan," tanya krunya tadi, "owh tenang saja, kita hanya mendarat sebentar untuk mengekstrak harta paling berharga, amrita," ucap Amra saat itu.

Sementara itu di taman Ashokavatika, "kenapa ini Yud!?, seperti ada peningkatan jumlah dan kegiatan manusia di jalur antara negeri ini ke Devaloka," ucap Jack, "kita harus mengkonfirmasi hal itu terlebih dahulu, persiapkan personel militer kita juga untuk memantau keadaan, asumsiku adalah hal ini terjadi karena peningkatan jumlah produk dagang di jalur itu sehingga warga harus beradaptasi, tapi karena ini dari Devaloka maka kita perlu berhati-hati, negeri itu baru-baru ini juga mengalami ledakan ekonomi yang fantastis, gaya hidup masyarakat disana juga mulai menunjukkan perubahan kearah masyarakat yang mengandalkan sumber daya agraria, ini cukup berbeda dengan kebiasaan mereka yang selama ini menunjukkan ketergantungan pada penjualan senjata dan obat-obatan, mungkinkah ini pekerjaan Narayana," ucap Yudi, "sekarang keponakanmu itu mulai meresahkan ya, tidakkah dirimu berpikir yang dia lakukan ini bisa jadi hal yang berbahaya," balas Jack, "itu masih asumsiku Jack, jangan kau telan mentah-mentah, pengaruh Alim memanglah besar tapi sebagian yang dia usahakan itu bermanfaat," ucap Yudi, "kau terlalu naif Yudi, kegiatan anak ini sudah terlalu berbahaya, dia mungkin sedang mengincarmu," balas Jack, "dia mungkin memang sedang mengincarku tapi apa yang dia lakukan saat ini sangatlah bermanfaat, coba identifikasi lagi masalah yang ditimbulkan olehnya dan barulah kita bisa menindaklanjutinya," ucap Yudi sembari melesat pergi untuk berlatih, "dasar naif kau Yudi, hmm baiklah biar aku lakukan sendiri, Yasha, Rizal, apa kalian masih disana," ucap Jack sembari menatap kebelakang menyaksikan Yasha dan Rizal sedang berlatih, "ada apa ini Jack," tanya Yasha, "bolehkah aku meminta bantuan kalian untuk memburu pria bernama Alim ini," ucap Jack, "boleh saja, aku juga penasaran dengannya," ucap Rizal, "hmm saudara-saudaranya waktu itu juga membuatku sebal, kalau kita habisi anak ini apakah akan membawa anak-anak waktu itu pada kita, aku masih ingin menghajar mereka," ucap Yasha, "mungkin saja, tapi berhati-hatilah, orang ini bukan orang yang lemah, persiapkan diri kalian untuk pertarungan berkaliber tinggi," balas Jack, "ya Jack, doakan kami," balas Yasha sembari berjalan pergi, "tolong persiapkan alasan kenapa kami pergi Jack, aku mengandalkanmu," ucap Rizal sambil menyusul Yasha, "ya, semoga berhasil," gumam Jack menyaksikan rekan-rekannya pergi dari sana.

Sore hari ditempat Alim, "hhh masih banyak saja orang-orang yang mengacau kegiatan ini, mereka kenapa sih," pikir Alim yang baru saja membantai satu pasukan besar yang menentangnya, "mungkin mereka menentang pemotongan gunung disini, itu wajar saja sih Alim," balas Amra, "kan sudah kubilang kalau akan ada ganti rugi, ah sudahlah, sudah tak bernyawa juga kok mereka," ucap Alim sembari mengeluarkan chakranya dan memperbesarnya untuk kemudian dia gunakan untuk memotong gunung dihadapannya lalu dia angkat dan letakkan diatas garudanya, "sheshnaag, maafkan aku, kali ini tak ada vasuki untuk memutarnya, bisakah engkau menggantikan peran vasuki," ucap Alim sembari memanggil ularnya yang segera muncul memenuhi lautan, "woaah, aden, ularmu itu besar sekali, memangnya bisa digunakan untuk mengaduk lautan susu ini," tanya Amra dengan lantang, "aku tidak tau, kalau semisal tidak cocok maka aku akan mengaduknya sendiri, kita perlu amrita untuk meningkatkan kekuatan pasukan kita," balas Alim, "hhh baiklah, ayo yang lain," ucap Amra sembari memerintahkan pasukannya untuk bergerak dan mulai mengaduk lautan susu itu, "semoga tidak banyak racun halahala disini sehingga bisa kualirkan keluar dengan mudah, aku takkan senekat Ihsan untuk menelannya begitu saja, hhh dia bahkan mengatur dan melatih tubuhnya agar bisa berkembang kearah itu, dia memang adikku yang luar biasa," pikir Alim sembari memulai proses pengadukan lautan.

Beberapa waktu kemudian Shifa tiba di tempat pengadukan, "mbak Fio, kenapa kau tidak mengabariku sih kalau akan ada samudra manthana disini," ucap Shifa, "tapi ajeng, kita memang tidak diundang untuk agenda ini, inikan kegiatan para laki-laki," ucap Fio, "nggak gitu mbak, astaghfirullah, aku mau mempersiapkan makanan untuk mereka, prosesi pengadukan lautan susu akan sangat melelahkan," ucap Shifa, "owh begitu, eh aku penasaran, kenapa kita tidak diajak ya, padahal kita kuat loh, kenapa tidak boleh ikutan dan kenapa alasannya hanya karena kita wanita," tanya Fio, "entahlah mbak, tapi selama ini kukira kita sebagai wanita memang tidak terlalu pandai untuk bekerjasama dalam urusan fisik, proses seintens ini hanya bisa dilakukan oleh para laki-laki yang bergotong-royong, ego kita terlalu tinggi untuk itu, bukan karena kita lemah," ucap Shifa saat kemudian tiba di area pengadukan yang mulai bergejolak karena panas yang ditimbulkan oleh gesekan ular Alim dan gunung pengadukannya, "inikah persiapan yang diperlukan untuk menantang Narendra, sungguh mengerikan, tapi aku tidak heran sih, Narendra memanglah sekuat itu," pikir Shifa sembari mulai menyiapkan makanan untuk para pekerja disana yang mengaduk lautan yang sedang mendidih.

Lihat selengkapnya